Awalnya Jijik Melihat Mayat Sudah Membusuk

Kamis, 20 April 2017 – 00:14 WIB
Mayat. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, MALANG - Ada "tangan-tangan dingin" yang memudahkan para penyidik Satuan Reserse Kriminal (Reskrim) mengungkap beragam kasus kriminalitas.

Pecahan kaca ataupun serpihan kecil kertas bisa menjadi petunjuk pengungkapan kasus, di tangan tim identifikasi Polres Malang Kota yang dipimpin oleh Iptu Subandi, Kaur Reg Identifikasi.

BACA JUGA: Awas Kalau Berselingkuh!

Bergelut dengan teka teki, bergelut dengan jejak, sidik jari, hingga mengotak-atik jasad mayat, baik yang utuh maupun sudah membusuk, menjadi pekerjaan yang sering dilakukan oleh Subandi.

“Awalnya jijik lihat darah atau mayat yang sudah membusuk, tapi lama kelamaan menemukan trik-trik, hingga terbiasa,” ujar Subandi, seperti diberitakan Malang Post (Jawa Pos Group).

BACA JUGA: Polri Terkesan Lamban Usut Kasus Novel

Menghadapi kondisi seperti itu, menurut Subandi, bisa menyebabkan orang pintar menjadi bodoh, orang yang teliti menjadi teledor.

Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi petugas dari tim identifikasi, untuk melatih konsentrasi dan kemampuan nalar dalam memecahkan suatu kasus.

BACA JUGA: Jasad Tanpa Kepala Gegerkan Warga

Ia bersyukur pekerjaan yang dilakoninya saat ini bukan hanya bermanfaat untuk sebuah pengungkapan kasus. Lebih dari itu, selalu membuatnya ingat kepada Allah SWT, Sang Maha Pencipta.

“Ada pelajaran hidup dalam setiap kasus yang kami tangani, mengingatkan akan kehidupan dan kematian,” ujar perwira yang pernah mendapatkan berbagai pelatihan mulai dari DIV (Disaster Investigation Victim) hingga berbagai pelatihan lain.

Andai setiap peristiwa bisa dibaca dan dipahami oleh setiap orang yang melihat, Subandi yakin setiap orang akan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.

Ayah lima anak ini mengawali kariernya di Kepolisian sejak masuk Bintara Polisi pada tahun 1983. Di awal karier, suami dari Sustriani ini sama sekali tidak punya angan-angan akan mempunyai tugas melakukan identifikasi.

“Awalnya saya hanya hobi fotografi, menghasilkan foto seni, kemudian berkembang menjadi foto peristiwa dan foto kejahatan,” ujarnya.

Perkembangan kejahatan yang mengikuti perkembangan zaman, membuat tuntutan identifikasi semakin berkembang, termasuk Subandi dituntut untuk meningkatkan kualitas penanganan kasus.

Teka-teki kejahatan dan kerumitan yang dihadapi dalam setiap kasus menjadikan sebuah tantangan.

Ada kepuasan tersendiri saat identifikasi berhasil mengungkap sebuah kejahatan.

Ia mencontohkan, ketika terjadi pencurian di sebuah rumah, saat itu penyelidikan nyaris mentok karena tidak ada bukti sama sekali yang tersisa.

Sementara yang tertinggal hanyalah sebuah sidik telapak kaki. Berbekal telapak kaki ini, Subandi berhasil membantu Satuan Reskrim menangkap pelaku.

“Jari manusia dan jari kaki manusia tidak akan sama satu dengan lainnya dan tidak akan berubah, itu yang jadi patokan saya, hingga akhirnya terungkap kasus ini,” ujarnya.

Karena kinerjanya, ia pernah mendapatkan penghargaan dari Kapolri Jendral Anton Soejarwo di era pemerintahan Presiden Soeharto.

Kini identifikasi dihadapkan pada berbagai tantangan, termasuk harus menggunakan beragam peralatan canggih berbasis data kependudukan.

“Kita harus terus belajar, mengikuti perkembangan zaman, tidak boleh berhenti,” ujarnya. (dan/han)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tersandung Hukum, Siswa Tetap Ikut UNBK


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Kriminalitas   mayat   Polisi  

Terpopuler