jpnn.com - BOGOR - Spekulan dan sejumlah oknum mulai memanfaatkan momentum naiknya harga gas LPG 12 Kg. Selain merusak harga di pasaran, beberapa oknum mulai gencar melakukan aksi culas. Yakni dengan mengoplos gas 3 kg ke tabung 12 kg. Aksi yang juga membahayakan nyawa masyarakat itu dilakukan terang-terangan dilakukan di Kecamatan Tamansari Bogor.
Penelusuran Radar Bogor, pengoplosan gas dilakukan di sebuah gudang di tengah kebun di wilayah RT 05/12, Desa Sukamantri, Kecamatan Taman Sari. Gudang pengoplosan bercat hijau muda itu sudah operasi sejak dua bulan lalu. Masyarakat sekitar mengaku resah dengan kegiatan tersebut. Warga tidak bisa berani menindak karena kerap kali sejumlah oknum aparat nampak mondar-mandir di sekitaran gudang.
Dalam sehari dua truk engkel dan tiga mobil pikap putih mengangkut gas 3 Kg dan 12 Kg terlihat keluar masuk gudang. Warga semakin curiga dengan keberadaan gudang pengoplosan gas di wilayahnya lantaran isi gas yang mereka beli di toko cepat habis.
BACA JUGA: Tak Cermat Susun APBN, Pemerintah Dinilai Bebani Rakyat
"Saya gunakan gas tiga kilogram. Biasanya, gas itu bertahan tiga minggu meski untuk merebus air. Tapi sekarang, seminggu saja saya sudah habis," kata salah seorang ibu asal Rt 03/10 Desa Sukamantri, Kecamatan Taman Sari, yang namanya enggan dikorankan kemarin.
Hal yang sama juga dirasakan oleh para tetangganya. Warga RT 04/11, Desa Sukamantri, Kecamatan Taman Sari menduga kurangnya gas LPG 3 kg ini berkaitan dengan aktifitas pengoplosan gas di wilayah RT 05/12 tersebut. Dia mengatakan, pengoplosan tersebut kerap kali dilakukan secara terbuka.
"Dari jalan umum dapat terlihat jelas aktifitas tersebut," terang dia. Wartawan koran ini juga mendapat kesaksian dari salah satu mantan pekerja di gudang tersebut. Pria yang meminta namanya tidak disiarkan ini menjelaskan, aktifitas pengoplosan gas telah berjalan selama kurang lebih dua bulan.
Selama kegiatan pengoplosan, tabung gas ukuran 12 Kg yang kosong disuntik beberapa tabung gas 3 Kg. Tak jelas takaran pasti terkait pengonversian satu gas ukuran 12 kg yang diisi 'gas melon'. "Setiap gas (3 Kg) diambil sedikit-sedikit," jelasnya.
Setiap gas 12 Kg yang sudah dioplos biasanya dijual ke wilayah Cijeruk dan Cigombong. Sementara, gas 3 Kg yang isinya sudah berkurang dijual kembali di wilayah Taman Sari.
BACA JUGA: AP I Akan Rekrut Ratusan Pekerja
"Gas itu dijual ke para pengusaha ayam, rumah makan atau restoran di area Cijeruk, Caringin dan Cigombong," terang dia.
Meski telah mengetahui ada kejanggalan, ia mengaku tak memiliki keberanian untuk melapor karena dirinya kerap melihat sejumlah oknum aparat datang ke lokasi. "Saya sering lihat anggota berseragam datang bergantian. Saya dengar yang punya jenderal," terang dia.
Ketika dikonfirmasi, Kapores Bogor, AKBP Asep Saprudin mengatakan pihaknya tidak bisa berkomentar banyak. Yang pasti, Asep berjanji akan langsung menyelidikinya."Kami akan lidik malam ini," tegasnya kepada Radar Bogor, saat dihubungi.
Terpisah, Kapolres Bogor Kota AKBP Bahtiar Ujang Purnama menyatakan, dampak kenaikan gas 12 kg ini tentunya akan berdampak besar bagi upaya tindakan kriminal, salah satunya mengoplos. Untuk itu dia meminta kerjasama semua pihak agar melaporkan jika memang ada temuan di sekeliling wilayah mereka yang diduga melakukan tindakan ini.
Bahkan kata Ujang, sudah memerintahkan anggotanya agar intens melakukan penyelidikan, sebagai upaya mengantisipasi tindakan tersebut.“Polres Bogor Kota sedari awal sudah siap, saat ini tim sudah saya turunkan," katanya. (azi/Ind/mas)
BACA JUGA: Naikkan Harga Elpiji, Pertamina Dinilai Langgar Konstitusi
BACA ARTIKEL LAINNYA... Telat Tetapkan APBD, Kucuran Dana Pusat Ditunda
Redaktur : Tim Redaksi