Awas, Hidroksiklorokuin untuk Pasien Corona Justru Meningkatkan Risiko Kematian

Sabtu, 23 Mei 2020 – 07:07 WIB
Hydroxychloroquine. Foto: AP Photo/John Locher

jpnn.com, WASHINGTON - Hydroxychloroquine (hidroksiklorokuin) ternyata bukan obat manjur bagi pasien penyakit virus corona 2019 (COVID-19). Alih-alih menyembuhkan, obat malaria itu justru bisa membahayakan pasien COVID-19 karena memicu aritmia yang berpotensi menimbulkan serangan jantung.

Sebuah studi baru yang dipublikasikan jurnal The Lancet mengungkap bahwa hidroksiklorokuin meningkatkan risiko kematian pasien COVID-19. Kesimpulan hasil studi itu tentu tak bisa diremehkan.

BACA JUGA: Setop Obati Pasien COVID-19 Pakai Klorokuin! Ini Efek Sampingnya

Studi itu melibatkan 96 ribu pasien virus corona dari enam negara berbeda yang dirawat pada periode 20 Desember 2019 hingga 14 April 2020. Hampir 15 ribu pasien diobati dengan hidroksiklorokuin maupun klorokuin saja, atau dikombinasikan dengan antibiotik.

Menurut Dr. Matthew Heinz, dokter di Tucson Medical Center, Arizona, Amerika Serikat (AS), jumlah sampel itu lebih banyak ketimbang yang pernah dilaporkan. “Hasilnya cukup meyakinkan dan konsisten,” ujarnya.

BACA JUGA: Mohon Maaf, Obat Hidroksiklorokuin tak Banyak Membantu Pasien Corona

Klasifikasi dalam studi itu adalah 1.868 pasien yang mengonsumsi klorokuin saja. Selain itu ada 3.783 pasien yang mengonsumsi klorikuin plus antibiotik.

Selanjutnya ada 3.016 pasien mengonsumsi hidroksiklorokuin saja. Sementara 6.221 pasien mengonsumsi hidroksiklorokuin plus antibiotik.

BACA JUGA: Prancis Larang Penggunaan Klorokuin untuk Pasien Virus Corona, Kecuali

Angka kematian pasien yang dirawat dengan hidroksiklorokuin dan sejenisnya ternyata lebih tinggi ketimbang yang tidak mengonsumsi obat-obatan itu. Hanya sekitar 9 persen pasien yang tidak mengonsumsi obat-obatan meninggal di rumah sakit.

Adapun angka pasien dengan klorokuin yang meninggal adalah 16 persen. Selanjutnya pasien dengan hidroksiklorokuin yang meninggal dunia di angka 18 persen, klorokuin plus antibiotik (22 persen), serta hidroksiklorokuin yang dikombinasikan antibiotik (24 persen).

Setelah memperhitungkan faktor usia, merokok, berbagai kondisi kesehatan dan hal lain yang berpengaruh pada kelangsungan hidup, peneliti memperkirakan penggunaan hidroksiklorokuin dan sejenisnya kemungkinan telah berkontribusi 34-45 persen pada risiko kematian yang diamati.

“Ini benar-benar memberikan beberapa tingkat kepervayaan bahwa kita tidak mungkin melihat manfaat besar dari obat-obatan ini dalam pengobatan COVID-19, bahkan kemungkinan membahayakan,” ujar Dr. David Aronoff, ahli penyakit menular di Vanderbilt University Medical Center.

Hidronsiklorokuin merupakan obat radang sendi yang bisa juga digunakan untuk mencegah dan mengobati malaria. Untuk memperoleh obat itu pun harus dengan resep dokter.

Presiden AS Donald Trump mengaku mengonsumsi hidroksiklorokuin. Presiden ke-45 AS itu mengombinasikan hidroksiklorokuin dengan antibiotik azithromycin.(usatoday/ara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler