Awas! Letusan Utama Gunung Agung Diprediksi 1 Bulan Lagi

Selasa, 28 November 2017 – 09:44 WIB
Warga Kubu masih menggarap lahan untuk ditanami jagung, Minggu (26/11). Foto: Agung Bayu/Bali Express

jpnn.com, KARANGASEM - Status Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali kembali ditetapkan ke level tertinggi yakni Level IV (Awas) sejak Senin (27/11) pukul 06.00 Wita. Pusat Vulakonologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memprediksi, letusan utama Gunung Agung bisa terjadi satu bulan setelah letusan pendahuluan.

Kabid Mitigasi Gunung Api PVMBG I Gede Suantika menjelaskan, peningkatan status Gunung Agung menjadi level tertinggi ini dikarenakan beberapa aspek. Salah satunya adalah dengan meningkatnya aktivitas gunung yang dibuktikan dengan adanya letusan freatik dan letusan magmatik.

BACA JUGA: Gunung Agung Awas, Jalur Lahar Malah Menyempit

Selain itu, Gunung Agung hingga kini masih mengeluarkan abu vulkanik dengan ketinggian mencapai 3.000 meter. Hal lainnya yang turut menjadi pertimbangan adalah terpancarnya sinar lava pada malam hari di kawah Gunung Agung yang merupakan pertanda bahwa saat ini lava sudah mendekati bibir kawah.

Bahkan, sehari sebelum dinaikkan statusnya, terjadi dua kali dentuman di Gunung Agung yang terdengar hingga radius 12 Km. “Ciri-ciri tersebut menandakan bahwa tekanan atau energi di dalam Gunung Agung masih tinggi, diprediksi akan terjadi letusan besar,” paparnya.

BACA JUGA: Warga Gelar Ritual Khusus Sambut Lahar Dingin Gunung Agung

Sementara itu, terkait dengan adanya gempa hingga saat ini belum tercatat. Sedangkan soal adanya pencerahan cahaya di puncak Gunung Agung, disebut sebagai akibat dari aktivitas magnatik yang tinggi di dalam kawah Gunung Agung.

Berdasarkan pantauan Bali Express sejak Senin (27/11) pagi, di beberapa sungai yang berhulu di Gunung Agung turut mengalami banjir lahar hujan. Suantika menjelaskan, bahwa lahar hujan bisa terjadi ketika adanya pertemuan antara abu vulkanik dengan air hujan. “Material magma sudah berinteraksi dengan air hujan, itulah yang disebutkan dengan lahar hujan,” ungkapnya.

BACA JUGA: Gunung Agung Awas, Mobil Mulai Membeludak Tinggalkan Bali

Pun demikian, menurutnya dalam terminologi Gunung Api dikenal dengan dua istilah yakni lahar hujan dan lahar letusan. Jadi lahar hujan itu identik dengan kondisi yang dingin, karena akibat pertemuan abu vulkanik dengan air hujan, sedangkan untuk lahar letusan umumnya sangat panas, karena proses pembentukanya dikarenakan adanya danau di kawah yang menyebabkan adanya luberan lahar, dan itu tentu panas,” jelasnya.

Terkait dengan adanya ancaman bahaya, pihaknya mengaku hingga saat ini radius 6 Km sudah terdampak terhadap adanya lahar hujan ini. Pun demikian, Suantika mengatakan bahwa saat ini sungai yang berhulu di Gunung Agung rata-rata mengalami PH yang menurun atau berada di tingkat asam. “Nah kalau masyarakat berada di sekitar air yang mengandung asam tentu tidak baik,” katanya.

Jika mengacu pada letusan Gunung Agung tahun 1963, Gede Suantika mengatakan bahwa letusan yang terjadi saat ini merupakan tipe letusan pendahuluan. Terkait dengan kondisi itu pihaknya memberikan tenggang waktu hingga satu bulan untuk terjadi letusan utama. “Letusan utama bisa terjadi satu bulan dari letusan pendahuluan,” paparnya,

Terkait dengan adanya kemungkinan letusan utama terjadi sebelum waktu satu bulan, pihaknya mengaku masih ada kemungkinan letusan terjadi kapan saja, karena saat ini Gunung Agung berstatus Awas, sehingga letusan dapat terjadi kapan saja.

"Kalau melihat perjalananya Gunung Agung bisa dibilang unik, karena sedikit berbeda dengan gunung-gunung lainnya. Tapi kalau lihat letusan tahun 1963, ya kira-kira sebulan dari sekarang,” pungkasnya.

Hingga saat ini Suantika mengatakan pihaknya tidak lagi bisa menghitung adanya kegempaan. Hal ini lantaran Gunung Agung hingga saat ini terus mengalami gempa tremor menerus. “Jadi parameter kami sudah tidak kegempaan lagi. Untuk gempa saat ini sulit dihitung. Karena aktivitas Gunung Agung sudah berada di sekitar kawah, yang tercatat hanya tremor menerus, dan pengamatan gunung secara visual,” bebernya.

Uniknya, hingga ditetapkan kembali menjadi awas, zona perkiraan bahaya letusan hanya 8 km dan 10 km sektoral. Atau lebih sempit jika dibandingkan dengan Gunung Agung menyandang status awas sebelumnya. Seperti diketahui, saat status Awas sebelumnya, zona bahaya ditetapkan menjadi 9 km dan 12 km sektoral. (bx/gus /bay/yes/jpr)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lahar Dingin Bikin Warga Teringat Letusan Gunung Agung 1963


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler