jpnn.com - NEWYORK--Borok Badan Keamanan Nasional AS (NSA) kembali terungkap. Berdasarkan bocoran data intelijen whistle blower Edward Snowden, lembaga ini bukan hanya menyadap para pemimpin dunia saja, namun NSA diketahui juga menyadap pusat data Yahoo dan Google.
Menurut washingtonpost, jutaan data dikumpulkan tiap hari dari jaringan internal perusahaan internet raksasa tersebut. NSA menyadap data dalam satu waktu saat melintasi kabel optik dan perlengkapan jaringan lain yang tersambung dengan pusat data Google dan Yahoo.
BACA JUGA: Hadirkan Teknologi Masa Depan
Penyadapan ini guna mengumpulkan sejumlah informasi mulai dari metadata hingga teks, audio dan video, yang kemudian disaring dengan program NSA bernama Muscular, dioperasikan bersama rekan NSA dari Inggris, GCHQ.
Sebelumnya NSA sudah memiliki 'pintu masuk' ke akun Google dan Yahoo melalui sebuah program yang disetujui pengadilan bernama Prism.
BACA JUGA: Sediakan Enkripsi Agar Kerahasiaan SMS Terlindungi
Pengungkapan penyadapan terbaru ini muncul beberapa jam setelah delegasi pejabat intelejen Jerman tiba di Washington untuk berbicara dengan Gedung Putih menyusul klaim yang menyebut AS Klik menyadap telepon genggam Kanselir Angela Merkel.
Namun, laporan terbaru ini lagi-lagi dibantah oleh Direkur NSA, Jenderal Keith Alexander yang mengatakan tidak memiliki akses ke komputer Google dan Yahoo. Kepada Bloomberg TV Keith pihaknya mengaku tidak memiliki otorisasi untuk masuk ke server dan mengambil data perusahaan AS.
BACA JUGA: Hacker Inggris Ditangkap karena Jebol Situs Pemerintah Amerika
Sementara itu, Kanselir Jerman Angela Merkel menanggapi serius isu penyadapan ini dengan mengirim dua orang penasihat utamanya, Cristoph Heusgen penasihat kebijakan luar negeri dan kordinator intelejen Guenter Heiss untuk membicarakan masalah tersebut.
Pekan depan, kepala badan spionase Jerman juga akan berkunjung ke Washington. Pertemuan ini dianggap sebagai upaya untuk membangun kembali kepercayaan dan bagaimana badan intelejen kedua negara mungkin atau tidak untuk bekerja dalam satu harmoni.
Kepala Badan Intelejen AS selama ini membela kebijakannya mengawasi para pemimpin negara asing sebagai kunci operasi, tetapi hal ini justru memicu kemarahan dari para sekutu yang turut disadap seperti Jerman, Prancis dan Spanyol. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penjualan Naik, Laba Apple Malah Jeblok
Redaktur : Tim Redaksi