jpnn.com, JAKARTA - Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono mengungkapkan bahwa operasional jaringan teroris Jemaah Islamiyah (JI) dibiayai dari berbagai sumber, salah satunya kotak amal.
Menurut Argo, kotak amal tersebut kerap diletakkan di minimarket dan warung makan konvensional di tengah masyarakat.
BACA JUGA: Pengakuan Profesor Bom Tangkapan Densus 88 di Lampung: Ada Kata Haram
"Penempatan kotak amal mayoritas di warung-warung makan konvensional karena tidak perlu izin khusus dan hanya meminta izin dari pemilik warung yang biasanya bekerja di warung tersebut," kata Argo dalam keterangannya, Jumat (18/12).
Kotak amal untuk mengumpulkan dana operasional kelompok teroris itu dirancang sedemikian rupa agar tidak dicurigai masyarakat. Selanjutnya, kotak amal itu diatasnamakan suatu yayasan.
BACA JUGA: Brigjen Awi: JI Masih Bertahan dan Memiliki Kekuatan Militer
Salah satu nama yang dipakai untuk kotak amal itu ialah Yayasan One Care. "Dari kotak amal, dari menyisihkan pendapatannya, juga dari Yayasan One Care," ujar Argo.
Lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1991 itu menambahkan, saat ini masih ada sekitar 6.000 anggota aktif JI di Indonesia.
BACA JUGA: Waspada, Ribuan Teroris Masih Berkeliaran di Indonesia
Polri memperoleh informasi itu setelah memeriksa 23 terduga teroris jaringan JI yang ditangkap Densus 88 Antiteror di Lampung beberapa waktu lalu.
"Dari penjelasan beberapa tersangka, sekitar 6.000 jaringan JI masih aktif. Ini menjadi perhatian kami," ujar Argo.
Sebelumnya Densus 88 Antiteror memboyong 23 terduga teroris itu ke Jakarta pada Rabu lalu (16/12). Dari 23 teroris itu dua yang masuk daftar pencarian orang (DPO) terkait berbagai aksi teror, yakni Taufik Bulaga alias Upik Lawanga dan Zulkarnain alias Arif Sunarso.(mcr1/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Dean Pahrevi