jpnn.com, JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyatakan ekonomi Indonesia relatif baik di tengah situasi perekonomian global yang sedang tidak baik-baik saja karena meningkatnya harga komoditas energi dan pangan di pasar mancanegara.
Hal itu ditanggapi berbagai pihak.
BACA JUGA: 2 Cara Kemenag Pacu Ekonomi Umat
Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Dzulfian Syafrian meminta semua pihak harus tetap waspada atas potensi distorsi perekonomian.
Menurutnya, meski perekonomian nasional saat ini dalam keadaan relatif baik, tetapi ada potensi distorsi ekonomi dari tiga jalur.
BACA JUGA: PKT Bikin Limbah Batu Bara Jadi Barang Bernilai Ekonomi dan Bermanfaat
"Saluran harga minyak dunia, kenaikan harga pangan, dan kenaikan suku bunga," kata Dzulfian di Jakarta, Selasa (26/7).
Menurut Dzulfian, ketiga hal tersebut harus diwaspadai karena berdampak kepada kebijakan fiskal, moneter, dan juga stabilitas harga.
BACA JUGA: Ratusan Warga Deklarasi Dukung Sandiaga Uno, Berharap Ekonomi Makin Baik
Dia mencontohkan pada kasus kenaikan harga minyak dunia, akan berdampak pada besaran subsidi yang mesti diberikan pemerintah ke Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Makin tinggi harga minyak dunia, khususnya Pertalite dan solar bahkan Pertamax, makin besar pula subsidi yang mesti dikucurkan. Alhasil, semakin besar beban APBN," katanya.
Dzulfian mengatakan kenaikan harga energi dan komoditas pangan, secara global juga akan mempengaruhi harga-harga komoditas di dalam negeri, sehingga akan memicu terjadinya inflasi yang tidak terkendali.
Dampak kenaikan harga energi, komoditas pangan, dan inflasi tersebut akan menambah beban bagi masyarakat Indonesia, terutama kalangan masyarakat menengah ke bawah.
"Kenaikan harga-harga pangan akan memukul masyarakat di kalangan menengah bawah karena konsumsi mereka masih didominasi oleh barang-barang makanan dan minuman. Oleh karena itu, ketika harga barang-barang makanan naik maka masyarakat kecil yang paling terpukul," ucapnya.
Oleh karena itu, Dzulfian mengharapkan subsidi yang diberikan untuk membantu masyarakat dapat benar-benar tepat sasaran, agar daya beli tetap terjaga dan kinerja konsumsi tidak turun.
"Memberikan subsidi langsung ke masyarakat yang membutuhkan dan melakukan penyesuaian harga agar masyarakat menyesuaikan pemakaiannya sesuai kebutuhan dan daya beli mereka," katanya.
Selain itu, sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter menjadi opsi untuk menjaga stabilitas perekonomian, yang diikuti dengan upaya diversifikasi pangan dan energi, termasuk sumber pangan dan energi dari luar negeri. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul