jpnn.com, WASHINGTON - Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Iran semakin tegang. Senin (24/6) Washington menjatuhkan sanksi kepada Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran, dan beberapa petinggi pemerintah serta militer.
Sebelumnya, Penasihat Keamanan Nasional John Bolton menegaskan bahwa AS masih membuka pintu negosiasi dengan Iran.
BACA JUGA: Militer Amerika Jauh Lebih Kuat, Tetapi Iran Punya Teknologi Mematikan
Kebijakan kontradiktif AS itu membuat Presiden Iran Hassan Rouhani berang. "Ini jelas-jelas sebuah kebohongan," katanya sebagaimana dikutip Agence France-Presse kemarin, Selasa (25/6).
Menurut dia, tidak mungkin sanksi dan ajakan berunding datang dari pemerintahan yang sama. Jika bukan rentetan sanksi itu yang pura-pura, ajakan berundinglah yang berupa kepalsuan. Atau, bisa jadi duanya adalah kebohongan.
BACA JUGA: Minyak Bumi, Bahan Bakar Konflik AS Vs Iran
BACA JUGA: Militer Amerika Jauh Lebih Kuat, Tetapi Iran Punya Teknologi Mematikan
Rouhani juga tidak terima dengan masuknya nama Khamenei ke daftar hitam AS. Menjatuhkan sanksi kepada tokoh 80 tahun itu malah menggarisbawahi kebodohan Gedung Putih.
BACA JUGA: Iran Klaim Gagalkan 33 Juta Serangan Siber AS
"Menjatuhkan sanksi kepada beliau supaya apa? Supaya tidak bepergian ke AS? Wow," ujarnya dalam pertemuan dengan para menteri yang disiarkan stasiun televisi nasional.
Rouhani mengatakan bahwa AS salah sasaran jika menjatuhkan sanksi kepada Khamenei. Tidak seperti pemimpin dunia yang lain, Khamenei bukanlah tokoh yang gemar menimbun harta. Dia hanya memiliki sebuah rumah sederhana dan hosseiniyeh atau tempat ibadah Syiah. Aset itu tentu saja tidak bisa disita atupun dibekukan.
Di hadapan media, Presiden Donald Trump menegaskan bahwa sanksi-sanksi itu dia jatuhkan sebagai balasan terhadap Iran yang telah menembak jatuh pesawat pengintai RQ-4A Global Hawk pekan lalu. Sanksi-sanksi tersebut akan membuat mereka yang namanya tercantum dalam daftar hitam tidak bisa menggunakan sistem perbankan internasional. AS juga membekukan aset milik mereka.
Trump menganggap Khamenei bertanggung jawab atas sikap permusuhan yang ditunjukkan rezim Iran. Sebab, pengganti mendiang Ayatollah Ruhollah Khomeini itu adalah sosok yang sangat dihormati di Negeri Para Mullah tersebut.
Sang Ayatollah juga mengawasi Garda Revolusi Iran yang oleh AS dideklarasikan sebagai organisasi teroris asing. Versi AS, Garda Revolusi adalah dalang penembakan kapal-kapal tanker minyak di Selat Hormuz. (sha/c25/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Satu Detik
Redaktur & Reporter : Adil