Minyak Bumi, Bahan Bakar Konflik AS Vs Iran

Rabu, 26 Juni 2019 – 02:17 WIB
Situasi di Timur Tengah memanas setelah dua kapal tanker diserang di Teluk Oman pekan ini. Foto: Google

jpnn.com - Ambang konflik bersenjata Iran dan AS selalu punya satu benang merah: minyak bumi. Dari komoditas itu, kedua negara kini hampir mengulang sejarah.

Tiga dasawarsa lalu, Iran dan AS (bersama Iraq) terjebak dalam perang lantaran minyak. Dimulai dari persaingan dua negara tetangga di kawasan Teluk tersebut, AS yang saat itu dipimpin Ronald Reagan sampai dibuat pusing karena pasokan minyak dunia terganggu.

BACA JUGA: Iran Klaim Gagalkan 33 Juta Serangan Siber AS

Tahun lalu minyak pula yang membuat Iran kembali mengamuk. Trump kembali mengembargo komoditas minyak Iran. Langkah itu membuat ekonomi Iran menyusut 3,9 persen. Padahal, ekonomi mereka pada 2017 baru saja tumbuh 3,8 persen.

''Tahun ini prediksi ekonomi mereka turun 6 persen. Mereka pasti merasa tidak punya pilihan lain,'' tutur Aniseh Tabrizi, peneliti Royal United Services Institute, kepada CNBC.

BACA JUGA: Jual Ratusan Orang ke Timur Tengah, Abdul Raup Untung Rp 900 Juta

Karena itu, hampir setahun setelah sanksi AS berlaku, kapal tanker di Selat Hormuz mulai berguguran. Mereka dikabarkan lumpuh karena serangan dari Iran. Tentu, Hassan Rouhani bersikukuh menyangkal semua tudingan.

Mereka berharap insiden itu bisa membuat pasokan dunia terganggu. Dengan begitu, harga minyak bumi bisa naik. Beberapa hari ini harga minyak Brent memang naik hingga USD 65 (Rp 918 ribu) per barel. Kalau tidak ada penyelesaian problem, harga bisa menembus USD 100 (Rp 1,4 juta) per barel.

BACA JUGA: Bareskrim Bongkar Perdagangan Orang ke Timur Tengah, 1000 Korban Diamankan

Pengamat ekonomi menilai ''dorongan'' dari Iran kurang ampuh. Mereka masih tertutupi dengan isu perang dagang Tiongkok-AS. Namun, kemungkinan Iran melakukan aksi yang lebih besar dari serangan sporadis ke kapal tanker sangat kecil.

''Saya yakin Iran pun tidak ingin sampai perang dan menutup jalur Selat Hormuz. Hal itu akan menjadi bumerang bagi mereka,'' kata Eugene Gholz, pakar politik University of Notre Dame, kepada Politico. (bil/c15/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Timses Prabowo - Sandi Sebut Hasil Survei LSI Denny JA Berbahaya


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler