Ayo Traveling Demi Menjaga Kesehatan Mental, Hindari Depresi

Kamis, 01 Desember 2022 – 17:14 WIB
Ilustrasi stres dan depresi. Foto : Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya aspek kesehatan mental masih minim di tengah tingginya jumlah populasi manusia yang beraneka ragam karakter.

Menurut data yang dilansir oleh Kemenkes pada 2021, tercatat 20 persen dari total penduduk Indonesia mengalami potensi masalah kesehatan mental.

BACA JUGA: 13 Buah Sehat yang Bisa Membantu Melawan Depresi

Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan mental mendorong Traveloka turut berkontribusi aktif untuk memberikan solusi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat.

Traveloka, lebih dari sekadar platform perjalanan, aktif berinisiatif untuk bekerja sama dengan organisasi nirlaba untuk mendukung tercapainya kesehatan mental yang lebih baik di kalangan generasi muda.

BACA JUGA: Traveler Harus Tahu! Ini 5 Manfaat Asuransi Perjalanan saat Traveling

Traveloka bekerja sama dengan Asosiasi Kesehatan Remaja Indonesia (AKAR) yaitu organisasi yang memiliki fokus perhatian pada kesehatan remaja usia 10-24 tahun.

“Diperlukan upaya dari kita sebagai individu sekaligus bagian dari suatu komunitas sosial untuk memperdalam nilai dan komitmen terhadap kesehatan mental. Kami yakin, peran kolaboratif Traveloka bersama AKAR akan memperkuat edukasi mengenai pentingnya kesadaran untuk menjaga kesehatan mental, serta memberikan dukungan berbasis komunitas melalui jaringan layanan dan teknologi yang dapat diakses, terjangkau, dan berkualitas," ujar Shirley Lesmana, Chief Marketing Officer Traveloka.

BACA JUGA: Ini Cara Mendapatkan Akses Internet Saat Traveling ke Luar Negeri

Mempromosikan dan menjaga kesehatan mental remaja dan dewasa muda membawa manfaat tidak hanya untuk kesehatan mereka, tetapi juga untuk ekonomi dan masyarakat.

Shirley menambahkan keberadaan dewasa muda yang sehat akan membawa kontribusi yang besar terhadap kualitas tenaga kerja Indonesia, keluarga, komunitas dan masyarakat secara umum.

Menurut WHO, separuh dari gangguan mental bermula pada umur 14.

Namun banyak kasus yang terjadi tidak terdeteksi dan tanpa tindakan.

Berbagai faktor ditengarai sebagai pemicu masalah keseimbangan kesehatan mental ini di antaranya tekanan dalam pekerjaan, masalah keluarga, pendidikan, dan kehidupan sosial.

Organisasi Kesehatan Dunia WHO mencatat pada 2019 sebanyak hampir satu miliar penduduk dunia mengalami gangguan kesehatan mental.

Angka ini meningkat secara signifikan pada masa pandemi Covid-19. Di Indonesia, hasil penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia 2021 menemukan mayoritas remaja dan dewasa muda berusia 16 -24 tahun memasuki periode kritis kesehatan mental.

Lebih lanjut penelitian tersebut menemukan bahwa hampir 96% remaja dan dewasa muda mengalami gejala kecemasan (anxiety) dan 88% di antaranya mengalami gejala depresi.

Ketua dan Founder AKAR, dr. Fransisca Handy, ikut menjelaskan ketika seseorang merasakan emosi yang sangat kuat dapat diikuti dengan keluhan fisik.

Kesehatan jiwa dipengaruhi faktor-faktor seperti tingginya tingkat stres di pekerjaan atau perkuliahan, masalah percintaan atau hubungan dengan keluarga dan teman, persaingan lewat sosial media, dan sebagainya serta kemampuan untuk mengelola situasi dan emosi yang dirasakan.

Informasi terkait regulasi emosi dan cara pengelolaan stress yang sehat belum banyak diketahui masyarakat, khususnya anak muda.

Banyak anak muda berkeluh kesah di sosial media atau bercerita pada orang yang salah atau melakukan hal-hal yang terkesan membantu sesaat seperti merokok dan perilaku adiktif lainnya sebagai cara mengelola stress. 

Salah satu kekhawatiran yang disampaikan dr. Fransisca adalah jika hal ini dibiarkan berlarut-larut akan memengaruhi kualitas hidup mereka ke depannya.

“Di sinilah kami aktif mengampanyekan pentingnya menjaga memiliki kemampuan regulasi emosi yang sehat, mengelola stress, mengenal dan menghargai diri sendiri sebagai upaya untuk menjaga kesehatan jiwa anak muda dan kepada masyarakat pada umum. Kita semua bertanggung jawab untuk membentuk ekosistem yang kondusif bagi kesejahteraan anak muda. Kami bersemangat menyambut kolaborasi dengan Traveloka untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan jiwa khususnya dikalangan Gen-Z dan Millenials,” tambah dr. Fransisca.

Bersamaan dengan kolaborasi bersama AKAR dan diiringi dengan semangat  merayakan hidup ‘Life, Your Way’, Traveloka mengajak masyarakat, terutama generasi milenial dan generasi Z, untuk tidak lupa menyempatkan diri berhenti sejenak dan beristirahat di tengah-tengah padatnya aktivitas hidup.

Tekanan dalam pekerjaan serta tuntutan untuk selalu menunjukkan performa terbaik pada akhirnya menimbulkan burnout atau kondisi yang mana seseorang merasa lelah secara fisik, mental, dan emosional.

Traveloka akan berkolaborasi dengan AKAR Indonesia dalam bentuk donasi untuk mendukung terlaksananya kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan empowerment kepada remaja Indonesia melalui program Youth Akar Indonesia.

“Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah yang sangat kompleks dan dilematis dikarenakan stigma yang terlanjur melekat akibat kurangnya pemahaman akan isu ini. Oleh karena itu, pentingnya berhenti sejenak memberikan waktu bagi diri untuk mengenal dan mencintai diri sendiri sangat penting dilakukan. Kegiatan-kegiatan seperti mencari pengalaman baru melalui traveling maupun eksplorasi hal-hal baru melalui aktivitas liburan dan berwisata dapat menjadi salah satu upaya mengenal dan mencintai diri yang baik," lanjut dr. Fransisca.

Data hasil penelitian di tahun 2020 yang telah diterbitkan di jurnal Nature menyimpulkan orang-orang yang melihat pemandangan yang berubah-ubah setiap hari, cenderung lebih bahagia.

Oleh karena itu, apa yang dikerjakan Traveloka dengan Akar menjadi sangat penting untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya memberi ruang pada diri untuk rehat sejenak.

Kolaborasi antara Traveloka dengan AKAR dalam menyikapi masalah kesehatan mental merupakan salah satu contoh kepedulian sektor swasta terhadap isu-isu sosial di masyarakat.

Sebagai brand terdepan di Asia Tenggara dalam kategori perjalanan, Traveloka bekerja sama dengan jutaan mitra guna memperbanyak pilihan yang dapat ditawarkan kepada para penggunanya.

Traveloka juga memberikan kemudahan bagi mereka yang mencari alternatif liburan dengan tujuan mengembalikan kebugaran jiwa dan raga melalui perawatan di spa atau wellness center, kegiatan outdoors seperti hiking santai, wisata air panas, dan sebagainya.

Solusi kebutuhan gaya hidup ini disajikan secara menyeluruh dalam satu aplikasi sehingga memudahkan para pengguna setia Traveloka untuk dapat mengatur sendiri kebutuhan perjalanan mereka. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler