jpnn.com, BOGOR - Anda pengin tahu resep umur panjang? Datanglah ke timur Kabupaten Bogor Jawa Barat. Ya, di Desa Sukamulya, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Anda akan melihat manusia-manusia berumur panjang.
Ada yang menyebut desa ini dengan Desa Panjang Umur. Desa yang dihuni para lansia berusia di atas 75 tahun, berkulit keriput, dengan gigi yang tak lagi sempurna, serta gaya jalan yang sudah membungkuk sambil berpegangan tongkat kayu.
BACA JUGA: 7 Wanita Malam dan 2 Waria Kena Razia, Satu Dijemput Orang Tuanya
Letak desa ini sekitar 35 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Bogor. Radar Bogor pun mendatangi salah satu kampung di desa tersebut. Namanya Kampung Pamongkolan. Sangat mudah menemui lansia di sana. Ada yang sedang duduk di atas teras rumah panggung. Maupun pekarangan rumah.
Radar Bogor pun melihat penampakan aktivitas wanita lansia yang sedang berkerumum. Tepatnya di sebuah gubuk yang berada di Kampung Panongkolan, RT 01/05, Desa Sukamulya, Kecaman Sukamakmur, Kabupaten Bogor.
BACA JUGA: Untung Ada Kupat Tahu Doclang 405 di Jembatan Merah
Ada tujuh lansia wanita yang terlihat disana. Duduk berkumpul di atas teras rumah panggung bilik bambu. Mereka tengah didata oleh Babinkamtibnas Desa Sukamulya, Brigadir Buana Adi Putra dan Ketua RT setempat, Jamil perihal bantuan PKH.
Sebagain lansia di sana tampak berperilaku seperti ABG. Suaranya masih lantang, tetapi artikulasinya mulai hilang. Saat ditanya terkadang nyambung. Terkadang harus berulang-ulang hingga paham.
BACA JUGA: Ricuh, HMI Duduki Paksa Ruang Rapat di Kantor Wali Kota Bogor
Seperti kala Radar Bogor menanyakan kisah Omah (78) kala masa penjajahan dahulu. Ingatanya masih tajam saat mengisahkan itu. Kala itu, usianya baru menginjak lima tahun. Setiap hari, nenek mengenakan kebaya biru itu mendengar suara dentuman senjata.
“Unggal poe ngadenge suara kitumah. Baheula ge, pas keur leutik, emak disumputkeun ku bapak ka kebon awi (setiap hari mendengar suara begitu. Dulu juga, waktu masih anak-anak, nenek disembunyikan ke kebun bambu),” kisahnya.
Kisah serupa pun diceritakan Rohami (80). Di balik rautan keriput wajahnya, nenek mengenakam ciput hitam bermotif bunga itu juga mengalami masa-masa zaman penjajahan Belanda dan Jepang. “Ngalaman duanana. Walanda jeng jepang (mengalami keduanya. Belanda dan jepang),” tuturnya.
Lalu, untuk rahasia panjang umur para lansia di sana? Tidak ada yang spesial. Seperti ramuan khusus panjang umur. Di sana gen yang kuat akan bertahan, dan yang lemah akan pergi. Hal itu tak lepas dari tingkat kesejahteraan masyarakat di sana yang rendah. Sehingga gen yang kuatlah yang bertahan sampai sekarang.
Jadi alasan penduduk di sana bisa berumur panjang bukan karena rahasia ramuan atau ritual tertentu. Dahulu orang-orang di sana untuk keluar dari bukit desa membutuhkan waktu dua hari dan harus berjalan kaki. Desa ini dulunya terisolir. Karena tidak ada obat, tanpa perawatan medis yang kuat akan bertahan sampai sekarang.
Pun dengan makanan yang dikonsumsi. Tidak ada makanan khusus juga pola hidup sehat. Bahkan, para lansia di sana tidak pernah memikirkan makan dengan lauk pauk empat sehat lima sempurna. Apa yang mereka dapat makan hari itu. Ya, itu yang mereka makan. Itu masih berlaku hingga saat ini.
“Mun tuang mah tuang naon wae. Nu penting halal. Rek jeng lauk, rek jeng hayam, rek jeng daun nya dituang. Tara polah pilih emak mah. (kalau makan ya makan apa saja. Yang penting halal. Mau dengan ikan, mau ayam, mau dengan daun dimakan. Tidak pilah pilih nenek),” ucapnya.
Namun, ada satu yang bisa menjadi rahasia panjang umur para lansia di sana. Apa itu?
Selama hidup, mereka tidak pernah memusingkan hidupnya. Alias tidak banyak pikiran. Mereka hanya memikirkan hari yang mereka jalani saat itu. Jarang, bahkan tidak pernah memikirkan hari esok.
“Tibaheula tara loba mikir isukan kudu kumaha. Nya jalani we ayena. Isukan kumaha isukan deui. Can tentu isukan aya umur (dari dulu jarang banyak berpikir besok harus bagaimana. Ya jalani saja hari ini. Besok bagaimana besok lagi. Belum tentu besok ada umur),“ katanya sambil tertawa. (all/ysp)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pesan dan Pantun Kang Emil pada Perayaan Cap Go Meh di Bogor
Redaktur & Reporter : Adek