jpnn.com, BOGOR - Buat masyarakat Bogor, makanan doclang sudah tak asing lagi. Makanan khas yang terdiri dari irisan lontong ukuran besar, lalu ada kentang, tahu, kerupuk dan telur rebus. Seiring waktu, doclang tak lagi seperti dulu. Makanan rakyat ini mulai tergerus zaman, susah dicari.
Untung ada Kupat Tahu Doclang 405 di Jembatan Merah Kota Bogor, milik Firdaos. Nama itu bak jadi legenda. Aos, sapaan karibnya, memulai jualan doclang pada 2002 silam.
BACA JUGA: Ricuh, HMI Duduki Paksa Ruang Rapat di Kantor Wali Kota Bogor
Dia bercerita, sebelum menjual doclang, dia sempat membuka warung rokok di tempat yang sama.
Aos mengaku, awal mula menjual doclang karena memang makanan legenda ini harus dilestarikan. Lalu, dia pun belajar membuat doclang bersama sang istri.
BACA JUGA: Pesan dan Pantun Kang Emil pada Perayaan Cap Go Meh di Bogor
Sudah 14 tahun berjualan doclang, terhitung 2002 sampai 2016 silam. Setelah itu, Aos tidak menjajakan doclang yang berada di sekitar Jembatan Merah lagi.
“Saya sudah tidak berjualan lagi sejak 2016. Saat ini yang menjajakan doclang anak pertama, adik, dan keponakan,” ujarnya kepada Radar Bogor saat ditemui di kediamannya di Jalan Gunung Batu, Gang Kosasih RT 01/01, Kota Bogor.
BACA JUGA: Nakal, 11 ASN Kabupaten Bogor Terjaring Razia Satpol PP
Dia mengaku, selama ini dia sendiri yang meracik semua bahan bumbu untuk jualannya, agar terus menjaga rasa dan kualitas doclang miliknya.
“Sekarang fokus masak bahan-bahan doclang di rumah. Jadi, anak pertama dan adik saya secara bergantian yang menjaga dagangan,” kata ayah empat orang anak ini.
Dia menceritakan kembali pada saat awal dirinya membuka usaha ini. Menurutnya, tiga tahun pertama menjual doclang, belum mendapat untung yang sepadan. Karena pada saat itu, dirinya juga masih menjual rokok, jadi dirinya lebih banyak mengambil untung dari hasil penjualan rokok.
Karena kegigihan dan keyakinannya untuk memajukan makanan legendaris ini, dia terus berusaha menjual dagangannya lebih giat lagi, dengan bermodalkan hasil penjualan rokok yang dia jual setiap hari.
Awalnya, dia ragu akan doclang yang dia jual karena dianggap makanan zaman dulu. Namun, semangatnya dan sang istri tak pernah padam. Hingga saat ini terbukti perkembangan doclang nya yang sudah terkenal, baik dari Bogor maupun luar Bogor.
“Alhamdulillah perkembangan sekarang ramai terus. Pengunjung banyak datang, tidak hanya akhir pekan. Hari-hari biasa pun selalu ramai,” terangnya.
Karena banyaknya pelanggan, doclang yang dia jual buka hingga 24 jam non-stop. Hal ini karena masukan-masukan dari pelanggan yang berdatangan untuk membukanya 24 jam. Maka dengan seperti itu, doclang yang dijual dengan harga Rp12 ribu ini, sudah mampu memperkerjakan karyawan sebanyak sembilan orang.
“Iya buka selama 24 jam karena memang pesanan dari pelanggan. Karyawan bekerja secara bergantian. Karyawan pun masih keluarga dan tetangga sekitar,” katanya.
Demi mengikuti perkembangan zaman dan memudahkan pelanggan, doclang miliknya tak hanya dijual di sekitar Jembatan Merah, kini penikmat doclang bisa memesan melalui aplikasi online. Selain itu, dia selalu menerima banyak pesanan untuk berbagai acara. Baik itu acara besar maupun acara biasa.
Saat perayaan Cap Go Meh (CGM) atau Bogor Street Festival (BSF) kemarin, dirinya membawa sekitar 200 porsi. Dan, dirinya mengaku semua itu hampir habis dinikmati oleh pengunjung yang berdatangan.
“Pertama kali jualan di CGM tahun ini. Namun, tahun-tahun sebelumnya hanya kebagian pesanan kupatnya saja yang dipesan oleh panitia di sana. Jumlahnya pun sampai 600 kupat yang dipesan,” ucapnya.
Menurutnya, ciri khas doclang miliknya itu terletak pada kupat miliknya. Aos mengaku bahwa kupat miliknya dibungkus dengan daun patat.
“Kalau di sini asli bikin ketupatnya dari daun patat. Dari awal masih berbentuk beras, lalu dikukus, dan dijual pun memakai daun patat. Kupatnya sama saja sepertinya, namun ngerebusnya lama bisa 12 jam, jika lama ngerebusnya beda hasilnya seperti kenyal-kenyal. Memang lima jam juga matang, hanya jika direbus selama 12 jam, kupat akan lebih lezat,” jelasnya.
Ia berencana untuk membuka cabang kedua yang akan dibuka tidak jauh dari tempatnya tinggal. Menurutnya, bukan tanpa alasan membuka dekat rumah. Selain untuk dapat lebih dekat, juga di sekitar tempatnya tinggal selalu mendapat banyak pesanan kupat.
“Kalau hari besar selalu banyak yang memesan kupatnya saja. Misal lebaran, tahun baru, atau perayaan lainnya,” tukasnya. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kota Bogor Kekurangan 241 Guru Agama Islam
Redaktur & Reporter : Adek