jpnn.com - JAKARTA – Peringatan Hari Badak Sedunia dirayakan Kamis (22/9) hari ini.
Di Ujung Kulon, WWF berpartisipasi pada serangkaian acara yang diselenggarakan oleh Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).
BACA JUGA: Derita TKI di Penjara Malaysia, Sungguh tak Manusiawi
Dipusatkan di Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Pandeglang, tema yang diusung ialah Bersama Kita Bisa, Selamatkan Badak Jawa.
Acara peringatan hari badak dunia sekaligus penandatanganan deklarasi“Merayakan Keanekaragaman Hayati turut dihadiri Bupati Pandeglang Irna Narulita.
BACA JUGA: Kapsiah Tetap Sehat di Usia 125 Tahun, Rahasianya Zikir dan Salat
Agenda konservasi badak termasuk edukasi di sekolah-sekolah sekitar TNUK, Kota Pandeglang dan Suaka Margasatwa Cikepuh, Sukabumi dilaksanakan atas kerja sama dengan Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Pemerintah Daerah Pandeglang, Yayasan Badak Indonesia, Yukindo, Himpunan Mahasiswa Lestari Alam (HIMALA) Universitas Mathla’ul Anwar, ALABAMA, AKSI, Pagar Kulon.
Bupati Pandeglang menyambut baik deklarasi dan peringatan hari badak Nasional yang di adakan Balai TNUK, LSM serta aktivis lingkungan hidup.
BACA JUGA: Dikira Dukung Atlet di PON, Politikus Gerindra Ternyata Pesta Narkoba
Irna mengajak seluruh masyarakat dunia usaha dan stakeholder yang hadir untuk turut berkontribusi terkait rencana konversasi Badak Jawa dan keanekaragaman Hayati.
“Saya pernah berkunjung ke Taman Nasional Way Kambas dengan penangkaran Badak yang dikelola dengan baik dan mudah-mudahan di Pandeglang terbentuk kepengurusan Javan Rhino Study and Conservation Area (JARISCA),” ungkapnya.
Ia berharap masyarakat Pandeglang masih bisa melihat badak. Pun, bisa mengundang wisatawan dalam negeri serta mancanegara untuk melihat satwa liar badak bercula satu.
Dia tak lupa meminta dukungan seluruh pemangku kepentingan mendorong konservasi Badak Jawa yang kini hanya tinggal 63 ekor.
“Saya berharap semua empati mampu menjadi magnet bagi wisatawan untuk hadir, meningkatkan Pandeglang dan JARISCA menjadi kebanggaan kami,” tuturnya.
Kepala TNUK Mamat Rahmat mengatakan bahwa Ujung Kulon telah menjadi aset dunia.
“Bersama kita bisa menyelamatkan keanekaragaman hayati khususnya Badak Jawa yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon, Insya Allah masyarakat dan Badak mesra, semua stakeholder, semua pihak baik pusat maupun daerah bersinergi menyelamatkan Badak beserta habitatnya, serta mensejahterakan masyarakat,” paparnya.
Selain Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus), kondisi Badak Sumatera (Dicerorinus sumatranus) juga tak lebih baik. Badak Jawa menghadapi masalah keterbatasan luasan habitat untuk mengakomodir pertumbuhan populasinya.
Selain itu pertumbuhan Langkap (Arenga obsitulia) yang sangat cepat sehingga telah menahan ketersediaan pakan Badak Jawa.
Berdasarkan data terakhir yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jumlah Badak Jawa di habitat terakhirnya di kawasan TNUK sebanyak 63 ekor.
Sementara itu, Badak Sumatera diperkirakan hanya tersisa kurang dari 100 ekor berdasarkan kesimpulan para ahli dalam pertemuan PHVA (Population and Habitat Viability Assessment) pada 2015 lalu.
“Untuk menyelamatkan Badak Sumatera yang semakin kritis, perlu adanya pendekatan konservasi berbasis spesies seperti yang dilakukan pada Badak Jawa,” ujar Yuyun Kurniawan, Program Koordinator Proyek Ujung Kulon WWF-Indonesia.
Meski jumlah populasi Badak Sumatera relatif lebih besar ketimbang populasi Badak Jawa, namun keberadaanya tersebar dalam sub-sub populasi yang kecil. Dengan demikian, peluang pertumbuhan populasi Badak Sumatera relatif lebih rendah dibandingkan dengan Badak Jawa.
“Jika tidak dilakukan upaya-upaya proaktif untuk mengkonsolidasikan sub-sub populasi yang kecil tersebut, maka ancaman kepunahan lokal Badak Sumatera sangat mungkin terjadi,” pungkasnya. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gara-gara Cemburu, Siswa SMK Tega Bunuh 2 Temannya
Redaktur : Tim Redaksi