Pihak militer mengatakan puing-puing pesawat yang mengangkut 22 orang dan hilang ditemukan berserakan di lereng pegunungan Nepal.

Tentara belum memberikan informasi tentang mereka yang selamat.

BACA JUGA: Pertemuan Menteri Luar Negeri Tiongkok dan Sejumlah Negara Pasifik Mungkin Berdampak Besar Bagi Australia

Kemarin (30/05), pesawat Tara Air jenis Twin Otter kehilangan kontak dengan menara bandara ketika terbang di daerah ngarai sungai dan puncak gunung, tepat sebelum dijadwalkan untuk mendarat.

Pihak tentara mengatakan pesawat tersebut jatuh di daerah tujuannya yaitu Sanosware, daerah Mustang, dekat pegunungan Jomsom.

BACA JUGA: Hukuman Mati Meningkat di Myanmar, Sementara di Tiongkok Disembunyikan

Waktu perjalanan pesawat Tara Air yang terbang dari kota Pokhara, 200 kilometer barat Kathmandu ini seharusnya hanya 20 menit.

Sebuah foto lokasi kecelakaan yang diposting pihak tentara di Twitter menggambarkan bagaimana beberapa bagian pesawat tersebar di sekitar lereng gunung.

BACA JUGA: Kisah Memilukan Para Korban Penembakan Massal di Texas

Namun, belum ada rincian yang diberikan menyusul foto tersebut.

Pencarian pesawat telah dihentikan karena cuaca buruk dan kurangnya penerangan pada Minggu (29/05) malam, tetapi akan dilanjutkan hari ini (30/05).

Menurut data dari flightradar24.com, pesawat berusia 43 tahun itu lepas landas dari Pokhara pada pukul 09:55 waktu setempat dan mengirimkan sinyal terakhirnya pada pukul 10:07 di ketinggian 3.900 meter.

Di dalam pesawat, terdapat empat orang India dan dua orang Jerman, sementara tiga awak dan penumpang lainnya adalah warganegara Nepal.

Badan pemantau cuaca Nepal mengatakan sejak pagi hari kemarin (29/05), langit di daerah Pokhara dan Jomsom diselimuti awan tebal.

Destinasi pesawat ini, yaitu Jomsom, terkenal di kalangan pejalan kaki asing yang hendak menelusuri jalur pegunungan dan bagi peziarah India dan Nepal yang ingin mengunjungi kuil Muktinath.

Twin Otter, pesawat yang awalnya dibangun oleh pabrik pesawat Kanada De Havilland, telah beroperasi di Nepal selama sekitar 50 tahun.

Menurut Aviationnepal.com, sejauh ini, jenis pesawat tersebut sudah mengalami 21 kecelakaan.

Pesawat dengan sayap yang dipasang di atas dan roda mendarat yang tetap tersebut dikenal dengan daya tahan dan kemampuannya untuk lepas landas dan mendarat di landasan pacu yang pendek.

Produksi pesawat tersebut tadinya berakhir pada tahun 1980-an, sebelum perusahaan Kanada lainnya, Viking Air, kembali memproduksi model tersebut pada tahun 2010.

AP/REUTERS

Diproduksi oleh Natasya Salim dari laporan dalam bahasa Inggris

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tionghoa Australia Masih Terus Mengalami Serangan Rasisme Setelah Pandemi COVID

Berita Terkait