Bagini Cara Penjabat Gubernur Jateng untuk Antisipasi Cuaca Ekstrem

Jumat, 15 Maret 2024 – 16:08 WIB
Penjabat Gubernur Jateng Nana Sudjana saat mengecek lokasi banjir dan sejumlah rumah pompa di Kota Semarang, Jumat (15/3/2024). Foto: Humas Pemprov Jateng

jpnn.com, SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan mengupayakan modifikasi atau rekayasa cuaca guna mengantisipasi cuaca ekstrem yang masih berpotensi terjadi di wilayahnya.

“Satu minggu ke depan cuaca ekstrem masih perlu kita antisipasi. Insyaallah ada upaya seperti rekayasa cuaca yang dilakukan oleh BNPB dan BMKG,” kata Penjabat Gubernur Jateng Nana Sudjana saat mengecek lokasi banjir dan sejumlah rumah pompa di Kota Semarang, Jumat (15/3/2024).

BACA JUGA: Pemprov Jateng Sudah Menggelar Gerakan Pangan Murah 99 Kali, Omsetnya Mencapai Rp 5,6 Miliar

Nana menjelaskan koordinasi dengan BNPB dan BMKG masih dilakukan. Rencananya akan ada rapat bersama antara Pemprov Jateng, BNPB dan BMKG terkait penanganan dan antisipasi bencana akibat cuaca ekstrem di Jawa Tengah.

“Rencananya, hari ini BNPB datang dan akan melakukan rapat juga dengan BMKG terkait kebutuhan yang diperlukan daerah dan juga upaya rekayasa cuaca, sehingga intensitas curah hujan bisa ada pengalihan,” kata Nana.

BACA JUGA: Waspadai Cuaca Ekstrem, Indonesia Sejauh Ini Sudah Mengalami 106 Kali Banjir

Beberapa daerah di Jawa Tengah yang menjadi perhatian adalah wilayah Pantura: seperti Kota Semarang, Kabupaten Demak, Grobogan, Kendal, Pekalongan, mengingat bencana banjir sudah terjadi di daerah tersebut. Selain itu, lokasi rawan longsor yang perlu diperhatikan seperti Banjarnegara, Wonosobo, dan Pemalang.

Terkait kondisi banjir di Kota Semarang, secara umum sudah banyak lokasi yang surut. Termasuk beberapa lokasi yang dikunjungi Nana Sudjana seperti Stasiun Semarang Tawang, sekitar Banjir Kanal Timur, dan sekitar Banjir Kanal Barat (Madukoro).

BACA JUGA: BMKG Peringatkan Warga NTT Akan Bahaya Cuaca Ekstrem

"Kemarin sempat viral Semarang seperti lautan. Sekarang sudah surut, tadi pengungsi juga sudah ada yang kembali  ke rumah. Tadi ke Stasiun Tawang sudah normal, sudah beroperasi,” ujar Nana.

Nana menjelaskan di Kota Semarang terdapat setidaknya 38 pompa air. Terdiri atas 10 pompa milik BBWS, 17 pompa milik Pemkot Semarang, dan 1 pompa air milik Pemprov Jateng.

Seluruh pompa tersebut berfungsi normal saat curah hujan intensitas tinggi mengguyur Kota Semarang.

“Seluruh pompa normal. Cuma karena curah hujan yang tinggi dan ditambah dengan banjir rob,  sehingga memang perlu waktu. Pompa tetap berjalan, tapi butuh waktu dan baru tadi pagi Semarang bisa surut," ujar Nana.

Nana menjelaskan bencana banjir di Kota Semarang terjadi akibat intensitas hujan yang tinggi selama berhari-hari dan sepanjang hari.

“Kemudian juga ada pengaruh rob dan pengaruh dari penurunan muka tanah," ujar Nana.(jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler