Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sebanyak 33 warga di Provinsi Sumatra Barat menjadi korban jiwa akibat banjir dan tanah longsor.  

Nasrul, warga Kampung Langgai di Kabupaten Pesisir Selatan di provinsi tersebut adalah salah satu korban saat hujan besar menerjang Kamis malam pekan lalu.

BACA JUGA: Innalillahi, 5 Warga Tenggelam Akibat Banjir Kota Palangka Raya

"Rumah memang hancur, tapi alhamdulillah saya dan keluarga selamat," ujar Nasrul pada wartawan (12/03).

Curah hujan di Kota Padang pada Kamis hingga Jumat (7-8 Maret) pekan lalu memang tercatat ekstrem, mencapai 394,6 milimeter per hari.

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Nasib TikTok di Amerika Serikat Kini Berada di Tangan Senat

Sebagai gambaran, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengkategorikan hujan lebat dengan intensitas 50-100 milimeter per hari, hujan sangat lebat dengan curah 100-150 milimeter per hari, dan ekstrem di atas 150 milimeter per hari.

Zuhaldi, wali Nagari Ganting Mudik Utara, Kecamatan Sutera, mengatakan ada lebih dari 80 rumah di lokasi itu yang rusak berat dan hanyut terbawa banjir.

BACA JUGA: 6 Daerah Terendam Banjir, Pemprov Jateng Kerahkan Tagana dan Distribusikan Logistik

"Ada yang rata dengan tanah, ada yang hancur sebagiannya," ucapnya.

Sementara itu Sekretaris Utama (Sestama) BNPB, Rustian melaporkan hingga kemarin, tercatat 28 orang meninggal dan lima orang yang hilang akibat bencana banjir yang melanda Sumatra Barat.

Ia juga menambahkan, tidak ada lagi daerah yang terisolasi, sehingga bantuan sudah dapat tersalurkan hampir di seluruh kecamatan terdampak.  

Selain korban jiwa, bencana itu juga mengakibatkan kerusakan infrastruktur di Sumatra Barat, yang kerugiannya mencapai lebih dari Rp226 miliar.

Sudah ada 106 kali banjir

Menurut data informasi bencana yang dihimpun BNPB, telah terjadi 325 bencana alam di Indonesia sepanjang 2024.

Dari jumlah tersebut, 160 bencana terjadi pada Januari, 118 bencana pada Februari, dan 47 bencana pada 1-14 Maret 2024. 

Sementara itu bencana alam yang paling banyak adalah tanah longsor (115 kasus), diikuti oleh banjir (106 kasus), dan puting beliung (74 kasus).

Jika dilihat dari sebarannya, pulau dengan bencana terbanyak adalah Jawa (124 kasus), Sumatra (17 kasus), dan Sulawesi (56 kasus).

Sebagai perbandingan, pada periode Januari hingga akhir Maret tahun lalu, tercatat 497 bencana alam di Indonesia.

Hujan deras sejak pekan lalu memicu banjir dan tanah longsor yang berdampak pada 12 dari 19 kabupaten di Sumbar.

Sebelumnya pada bulan lalu di Jawa Tengah, banjir juga membuat sekitar 11.500 orang mengungsi.

Menurut BNPB, ada sekitar 40.000 keluarga yang terdampak akibat bencana di awal tahun ini, sementara data UNICEF menyebut, sekitar 15.500 di antaranya adalah anak-anak. Apa penyebabnya?

Wilayah pesisir di banyak wilayah Indonesia terancam oleh naiknya permukaan air laut akibat perubahan iklim, sehingga menyebabkan masyarakat berada dalam risiko.

Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi Ansharullah, mengatakan bencana banjir dan tanah longsor diakibatkan beberapa faktor, di antaranya intensitas curah hujan yang tinggi lebih dari 12 jam.

Selain itu, menurutnya, bencana hidrometeorologi juga dikarenakan saluran drainase yang kurang berfungsi dengan baik sehingga terjadi penyumbatan di beberapa titik.

Pembangunan infrastruktur dan permukiman warga yang tidak memperhatikan tata ruang wilayah juga disebutkan sebagai faktor lainnya.

Dari hasil pendataan di lapangan, pemerintah provinsi juga menemukan beberapa titik di kawasan longsor yang mengalami penggundulan hutan dan deformasi.

Bangunan penahan dinding sungai rusak dan sejumlah faktor lainnya.Penanganan dan antisipasi

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan pembersihan dan perbaikan konektivitas di Jalan Raya Padang-Painan Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat ditargetkan rampung seluruhnya dan kembali normal dalan waktu dua minggu ke depan. 

"Saya ditugasi bapak Presiden untuk melakukan langkah penanganan bencana banjir di Sumatra Barat. Kementerian PUPR bertanggung jawab untuk pemulihan sarana prasarana umum, terutama jalan dan air bersih," kata Menteri Basuki.

Presiden Joko Widodo menginstruksikan jajaran menterinya untuk mengantisipasi ancaman gagal panen padi di sejumlah wilayah Indonesia, setelah beberapa wilayah di Indonesia dilanda banjir.

"Yang paling penting jangan sampai itu mengurangi produksi kita dalam jumlah besar," kata Presiden Jokowi setelah meresmikan Pabrik Amonium Nitrat di Bontang, Kalimantan Timur, pekan lalu.

BMKG sendiri telah memberi peringatan mengenai potensi cuaca ekstrem hingga akhir pekan ini berupa puting beliung, hujan lebat disertai kilat dan petir hingga hujan es.

Peringatan juga diberikan soal dampak bencana hidrometeorologi yang dapat ditimbulkannya seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kereta Api Dialihkan, Pesawat Tertunda, Semarang Siaga

Berita Terkait