jpnn.com - BANDUNG - Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang juga mahasiswa Program Doktoral Universitas Indonesia (UI), Hasto Kristiyanto mengupas pernyataan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri agar publik dan kader bisa memahami bagaimana proses pelembagaan atau institusionalisasi partainya.
Hasto menyampaikan itu dalam Seminar Nasional bertema “Pelembagaan Partai dan Kepemimpinan Strategis Nasional” yang dilaksanakan oleh Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni) bersama Sekolah Kajian Strategik dan Global (SKSG), Pascasarjana UI di Hotel Savoy Homann, Bandung, Kamis (26/1).
BACA JUGA: Burhanuddin Muhtadi: Tak Ada Demokrasi tanpa Parpol, Publik Jangan Nyinyir Orang Baik Masuk Partai
Hasto menjadi salah satu pembicara bersama Burhanuddin Muhtadi dan Ketua Kaprodi SKSG Dr.A.Hanief Saka Ghafur.
Menurut Hasto, untuk memahami bagaimana institusionalisasi PDIP, bisa berkaca dari pernyataan Megawati Soekarnoputri.
BACA JUGA: Rayakan HUT ke-76 Megawati, Bung Komar Pimpin Kader PDIP Tanam Pohon di Batas Negara
“Bu Mega mengingatkan jangan sampai PDI Perjuangan jatuh dalam alam transaksional yang pragmatis, sebab kita adalah partai ideologis dengan rekam jejak sejarah panjang. Berpolitik itu membangun peradaban, menentukan arah bagi masa depan bangsa. Karena itulah PDI Perjuangan ada selamanya, sepanjang bangsa ini ada," kutip Hasto. "Tampak pernyataan sederhana, tetapi menunjukkan betapa pentingnya partai politik itu,” kata Hasto.
Pernyataan Megawati yang disampaikan Hasto itu mendapat applaus peserta yang hadir.
BACA JUGA: Hasto Bersama Mahasiswa Unhan Tinjau Pabrik Pupuk Kujang, Begini Kesannya
Dalam kerangka itu, PDIP tetap berusaha menjadi partai modern, tetapi dengan rohnya tidak berubah, yakni berideologi Pancasila dengan spirit kelahiran 1 Juni.
"Maka keputusan strategis Ibu Mega merupakan bahan penelitian sangat menarik,” imbuhnya.
Hasto lalu memaparkan sejarah PDIP yang berasal dari Partai Nasionalis Indonesia (PNI) yang didirikan oleh Proklamator Kemerdekaan RI Soekarno.
Di Bandung, pada 4 Juni 1927, Soekarno mendirikan PNI dengan berbasis pada tradisi intelektual, dari pengalaman spirit kemerdekaan berbagai negara bangsa dunia, dan sejarah nusantara.
Basisnya adalah kesadaran dan dialektika tentang mengapa Indonesia harus merdeka setelah terjajah ratusan tahun.
“Karena tradisi pendiri bangsa itu, maka selayaknya PDI Perjuangan dan kadernya juga mengembangkan kepemimpinan intelektual itu dengan belajar teori demokrasi, pemerintahan negara, fungsi parpol, ketahanan politik. Itu semua harus bagian dari kultur PDI Perjuangan, inilah yang membuat partai punya arah masa depannya,” kata politikus asal Yogyakarta, itu.
Hasto lalu memaparkan hasil risetnya yang menemukan bahwa masyarakat memberikan persepsi yang rendah terkait fungsi partai politik seperti fungsi intermediasi hingga agregasi kepentingan rakyat.
Namun, riset juga menemukan bahwa masyarakat memberikan apresiasi terhadap upaya pelembagaan partai politik.
Hasto mengatakan ada empat variabel yang mempengaruhi pelembagaan partai politik, berdasarkan temuan risetnya. Yakni kemampuan partai beradaptasi dengan perkembangan zaman (35,2 persen), kepemimpinan partai (29,6 persen) dan ideologi partai (17,5 persen), serta budaya/organisasi partai (7,4 persen).
“Itu empat hal yang dinilai masyarakat sangat penting dalam pelembagaan partai,” imbuh Hasto.
Selain keempat variabel itu, dirinya akan membuktikan bahwa ada variabel lain yang berpengaruh, yakni kepentingan strategis partai hingga fungsi parpol termasuk dalam hubungan internasional.
“Maka wajib bagi partai politik seperti PDI Perjuangan memasukkan fungsi hubungan internasional dalam pelembagaannya,” ujar Hasto.
“Semua variabel ini ada indikatornya dan muaranya adalah ketahanan partai politik,” kata Hasto.
Menurut Hasto, sangat penting bagi partai politik membangun ketahanan dalam menghadapi guncangan internal dan eksternal, sembari bertanggung jawab bagi pembangunan masa depan.
Dengan begitu, ke depan partai bukan hanya suatu sarana untuk mendapat kekuasaan politik. Namun, dengan kekuasaan politik itu partai dapat membawa perubahan Indonesia raya.
“Bagaimana kita menjadi bangsa adil makmur terpandang dan pemimpin di antara bangsa-bangsa di dunia,” ujar Hasto.
Dia mengatakan pelembagaan partai politik merupakan tantangan yang harus terus dikerjakan, di tengah rendahnya kepercayaan publik kepada parpol serta rendahnya party id (6,8 persen).
“Tentu saja ini jadi autokritik bagi kita untuk segera melakukan penyempurnaan dan bangkit dalam membangun kepercayaan masyarakat pada kita,” pungkasnya.
Seminar ini dilaksanakan secara luring dan daring, dengan peserta adalah mahasiswa pascasarjana UI, akademisi, hingga sejumlah legislator, di antaranya anggota DPR Junico Siahaaan, Wakil Ketua DPRD Jawa Barat Ineu Purwadewi, dan anggota DPRD Jabar yang juga Sekjen PA-GMNI Abdy Yuhana. (boy/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi