Bahaya Presiden Pakai Heli Produk Asing

Minggu, 29 November 2015 – 13:35 WIB
Dirut PTDI Budi Santoso. Foto: Mesya Mohamad/JPNN

jpnn.com - RENCANA pemerintah mengganti helikopter untuk Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla mendapat dukungan penuh dari kalangan DPR RI. Masalah kemudian muncul ketika kontrak kerja dengan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) untuk pengadaan heli Super Puma family dialihkan untuk membeli heli buatan Italia, Agustawestland VVIPAW101‎.

PTDI pun terkejut bukan kepalang, karena perusahaan yang 100 persen sahamnya milik pemerintah sudah bisa memproduksi heli sejenis AW101. Berikut pernyataan Dirut PTDI Budi Santoso kepada pers termasuk wartawan JPNN Mesya Mohamad, beberapa hari lalu.

BACA JUGA: Beri Rakyat Lingkungan yang Benar, Mereka akan Bersinar

Ada isu, pengalihan Super Puma ke AW101 karena TN AU tidak puas dengan maintenance PTDI. Benarkah?

Tidak ada perasaan seperti itu karena Super Puma di-maintenance sendiri oleh TNI AU setelah diserahterimakan. Malaysia dan Kairo yang memesan heli serupa tidak ada masalah.

BACA JUGA: Dokter Internship Digaji Sangat Murah

Dulu PTDI saat mengalami masalah (tahun 1996) mungkin belum sempurna dalam garapan Super Puma‎. Kemudian PTDI diminta untuk membuat Super Puma yang absolut. Pada pengadaan Super Puma tahun 2012, pengadaannya sudah di hanggar PTDI jadi jauh lebih sempurna dibanding tahun 1996.

‎Apakah pemerintah sudah tahu desain Super Puma family terbaru dari PTDI?

BACA JUGA: Banyak Honorer K2 Stres Berat

Pasti tahulah, PTDI selalu berkoordinasi dengan pemerintah, baik Kementerian Luar Negeri maupun Setneg. Itu sebabnya wacana pengalihan Super Puma family kepada AW101 sangat mengagetkan kami karena tidak menyangka pemerintah lebih percaya asing daripada produk buatan anak bangsa.

Pengadaan heli untuk Presiden dan Wapres harus melalui tender kan?

Kalau menurut aturan Pengadaan Barang dan Jasa, memang harus melalui tender. Apalagi barangnya ini harganya ratusan miliar per unit. Setahu kami, belum ada proses tendernya karena kami belum diinfokan soal itu. Kalau misalnya tidak melalui tender, silakan masyarakat yang menilai.

Pengalihan heli Super Puma kepada AW101, katanya Sesneg atas kemauan KASAU yang notabene Komisaris Utama PTDI. Tanggapan Anda?

Saya tidak mau mengomentari hal tersebut. Yang jelas selama ini PTDI selalu mendapat orderan pesawat maupun heli dari Kemenhan/TNI AU. Untuk pengadaan alustista yang masuk dalam APBN, ‎PTDI jadi penyuplai tetap heli dan pesawat TNI AU.

Apa pengaruhnya bila pemerintah membeli AW101?

Pengaruhnya banyak. ‎‎Airbus tentunya tidak semata akan menarik kerjasamanya, namun kami sebagai Industri strategis 100 persen milik rakyat Indonesia ini akan dipandang tidak mempunya konsistensi maupun tidak komit untuk kerja sama yang lebih luas‎ sehingga ini bisa mematikan PTDI juga. Dalam industri dirgantara, wajar bila dua negara bekerja sama. Untuk pembuatan Super Puma, PTDI bekerja sama dengan Airbus karena "peluru" kita tidak banyak. Kalau ditanya apakah PTDI bisa membuat sendiri tanpa ada campur tangan Airbus, saya katakan sangat bisa asalkan ada support dana. Kondisi sekarang kan beda, anggaran kami terbatas makanya kami joint dengan Airbus. ‎Dengan Airbus Defense & Space kita mensuplai Rear Fuselage, Empennage, Outer Wing dan control surfaces C-295‎.

Dengan SpiritAero System kita supplai sebagian leading Edges A380; A320/1 dan bagian metal parts nya A350‎. Kerja sama dengan Airbus group ini, PTDI bisa mendapatkan keuntungan USD 15 juta per tahun.

‎Dengan Airbus ini, PTDI bisa membuat heli EC725 Combadsar pada 2012. Dibuat dengan keamanan tinggi karena anti peluru, dua mesin, lebih mudah menyesuaikan diri saat mesin digital heli tidak berfungsi/mati. Untuk kerja sama pembuatan EC725 combadsar selama 10, PTDI mendapat keuntungan 3,5 juta Euro per tahun. 

Apa harapan PTDI kepada Presiden?

‎Saya sangat mengidam-idamkan dan menaruh harapan besar kepada Presiden Joko Widodo untuk membeli pesawat helikopter buatan anak bangsa. Selain harganya lebih murah, dari sisi keamanan juga terjamin. Pilot-pilot kita sudah lihai menggunakan pesawat udara buatan DI dengan dua mesin. Sedangkan pesawat ‎Agustawestland VVIPAW101 itu tiga mesin.

Dibanding ‎AW101, airbus helicopters EC 725 buatan DI lebih unggul. EC725 juga sudah dipakai 32 kepala negara sehingga dijamin keamanannya.‎ Sedangkan AW101 baru empat negara. Kalau untuk menjadikan EC725 menjadi VVIP, kita cuma butuh tambahan dana 10 juta Euro saja. EC725 pesenan Presiden Korea, meski dibeli ke PT DI namun yang mengisi di dalamnya adalah teknisi Korea. Teknisi PT DI malah tidak dibolehkan masuk karena screat.

Namanya untuk pesawat presiden, harusnya kita sendiri yang isi agar negara lain tidak tahu. Presiden itukan kepala negara jadi mesti dijaga keamanannya. Kalau beli heli dari luar negeri, orang asing pasti tahu isi di dalam maupun luar pesawat dan ini sangat berbahaya.

Di mana-mana juga, yang jadi ambasador pesawat nasional adalah presidennya. Kami berharap Presiden lebih memilih heli EC725 agar PT DI bisa leluasa menjual produknya ke negara asing. Bagaimana bisa kita menjual produk sendiri, kalau kepala negara kita memilih produk luar negeri. Begitu juga para calon dubes maupun dubesnya, bagaimana bisa jualan pesawat PTDI kalau presiden Indonesia pakai pesawat asing. Tapi kami yakin Presiden Jokowi akan memilih pesawat buatan anak bangsa.

Selain Super Puma family, N219 jadi andalan PTDI juga. Kapan dioperasikan?

Perlu diketahui masyarakat, bikin pesawat terbang semuanya harus pakai impor.  Kita ingin maju ke depan maka kita buat N219 setelah 20 tahun mendesai pesawat.  N219 semua pakai digital tidak adalagi meja gambar. Fasilitas chic pakai digital. Ini disainnya adalan desainer 200 enginer PTDI. Pembuatan N219 tidak menggunakan tenaga asing. Pesawat N219 sengaja dirancang khusus untuk melintasi daerah perintis. Itu sebabnya N219 sangat cocok untuk blusukan. Dari sisi keamanan, N219 didesain khusus dengan tingkat kenyamanan dan keamanan tinggi. Pesawat ini bisa melakukan manuver ketika melewati daerah-daerah perintis yang terkenal dengan hutan lebatnya. Bodynya lebih ringan sehingga lebih mudah dikendalikan pilot. N219 menggunakan twinengine, jadi bila salah satu mesin mati, lainnya masih bisa berfungsi. Tapi saya tidak tahu, apa pejabat kita mau menggunakan pesawat perintis. Sudah ada 150 letter of content yang berasal dari perusahaan lokal maupun luar negeri untuk pemesanan N219.‎ 

Mestinya N219 sudah dilauching Presiden pada 10 November lalu. mudah-mudahan dalam waktu dekat N219 sudah bisa diresmikan agar 2017 sudah bisa diproduksi besar-besaran. (esy/jpnn)

 

 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bidan PTT Berjuang Sembari Mengurut Dada


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler