jpnn.com, JAKARTA - Indonesia berpeluang dibanjiri baja dari Tiongkok. Saat ini, baja dari Tiongkok menguasai 25-30 persen konsumsi baja nasional.
Sepanjang 2017 lalu, konsumsi baja nasional mencapai 13 juta ton.
BACA JUGA: Xi Jinping Presiden Abadi, Donald Trump Iri
"Jadi, kalau dikalkulasi ada aliran baja impor Tiongkok 3,9 juta ton per tahun. Nah, kalau Tiongkok membelokkan ke Indonesia, jutaan ton akan membanjiri pasar domestik," tutur Direktur Eksekutif The Indonesian Iron and Steel Industry (IISIA) Hidayat Triseputro akhir pekan lalu.
Sebetulnya, sambung Hidayat, kebutuhan domestik itu bisa dipenuhi secara mandiri.
BACA JUGA: Xi Jinping Jadi Presiden Abadi
Akan tetapi, selama ini, keran impor baja mendapat tempat alias relatif longgar. Efeknya, baja impor dengan mudah membanjiri pasar dalam negeri.
Karena itu, industri baja nasional tidak akan mandiri kalau tidak dilindungi melalui aturan ketat.
BACA JUGA: Investor Tianjin Tertarik Bangun Jembatan Babin
"Aturan yang ada belum memberi perlindungan penuh. Justru melonggarkan impor," kata Hidayat.
Menurut Hidayat, regulasi impor melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 22 Tahun 2018 tidak mengatur pengontrolan mekanisme pengelabuan yang dilakukan importir.
Karena itu, Hidayat meminta pemerintah menyiapkan regulasi untuk mekanisme kontrol terhadap impor baja.
Dia menambahkan, regulasi itu penting untuk memperkuat permendag nomor 22 tahun 2018 tersebut.
"Kalau pemerintah tidak bergerak taktis, utilisasi kapasitas industri baja akan anjlok. Industri baja nasional bakal mati suri," tegas Hidayat. (far)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Iseng Pipis di Dalam Lift, Beginilah Jadinya..Kualat Bro!
Redaktur & Reporter : Ragil