Bak Siti Nurbaya tetapi Lebih Tragis, Dipenggal Saat Tidur

Kamis, 28 Mei 2020 – 03:58 WIB
Romina Ashrafi, gadis 13 tahun tewas dengan cara tragis. Foto: Al arabiya/Dailymail

jpnn.com, TEHERAN - Kejadian sangat tragis mewarnai Kota Talesh, Gilan, Iran. Seorang gadis cantik (13), tewas dipenggal kepalanya oleh ayah sendiri, saat tidur.

Menurut media lokal, dikutip Dailymail, pembunuhan sadis itu dilatarbelakangi demi kehormatan keluarga.

BACA JUGA: Gegara Sepucuk Surat, Trump Gentar Serang Kapal Tanker Iran, Nih Isinya!

Menurut laporan polisi setempat, korban bernama Romina Ashrafi melarikan diri dari rumah karena ayahnya menentang dia menikahi pria yang telah jatuh cinta padanya. Seperti cerita Siti Nurbaya.

Pria itu bernama Bahamn Khavari, yang pengin dinikahi Ashrafi dan telah berusia 35 tahun, atau terpaut 22 tahun, lansir Iran International TV.

BACA JUGA: Tok, Dua Terdakwa Pembunuhan Sadis Ini Divonis Penjara Seumur Hidup

Keluarga pun melapor ke polisi untuk menangkap kesuanya. Dalam lima hari pengejaran kedua pasangan asmara itu tertangkap.

Polisi kemudian menyerahkan Ashrafi kepada ayahnya, meski sang gadis berulang kali mengatakan bahwa dia dalam bahaya jika di rumah.

BACA JUGA: Jelang Pemakaman, Kantong Mayat Bergerak-gerak, Ternyata!

Setelah ditemukan dan dibawa ke rumah oleh polisi, pada kesemoatan itulah ayah Ashrafi melancarka niatnya untuk membunuh anaknya saat dia tidur menggunakan sabit. 

Setelah membunuh putrinya, sang ayah pergi ke kantor polisi dengan senjata masih dipegang dan mengakui apa yang telah dilakukannya. 

Ayah korban kemungkinan akan dibebaskan karena dia adalah wali Ashrafi, berdasarkan hukum pidana Iran, qisas.

Qisas adalah istilah dalam hukum Islam yang berarti pembalasan, mirip dengan pepatah "utang nyawa dibayar nyawa".

Dalam kasus pembunuhan, hukum qisas memberikan hak kepada keluarga korban untuk meminta hukuman mati kepada pembunuh. 

Namun karena yang membunuh Ashrafi adalah ayahnya sendiri, pelaku kemungkinan akan bebas.

Angka pasti untuk pembunuhan demi kehormatan di Iran tidak diketahui. Pada 2014, Hadi Mostafaei, seorang pejabat senior kepolisian saat itu, mengatakan bahwa pembunuhan demi kehormatan merupakan 20 persen dari kasus pembunuhan di negara tersebut.

Terkait fakta hukum itu dan tragedi pembunuhan Ashrafi, ternyata menyulut keramaian di Iran. Bahkan hingga ke telinga Presiden Hassan Rouhani.

Tak pelak, Rouhani mendesak kabinetnya untuk mempercepat konsep hukum yang lebih keras dalam apa yang disebut pembunuhan demi kehormatan. (DailyMail/mg8/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler