Bakar Pesantren karena Sakit Hati, 7 Bocah Renggut 23 Nyawa

Senin, 18 September 2017 – 07:08 WIB
Kebakaran. Ilustrasi Foto: pixabay

jpnn.com, KUALA LUMPUR - Kebakaran di Darul Quran Ittifaqiyah Tahfiz Center Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis pagi (14/9) ternyata dipicu sakit hati.

Beberapa hari sebelum kejadian, santri di pesantren tersebut dan beberapa remaja sekitar saling ejek.

BACA JUGA: Pesantren Dilalap Api, 23 Santri Tewas Terpanggang

Merasa tak terima, tujuh remaja putus sekolah yang terlibat cekcok itu akhirnya membakar ruang tidur para santri.

Sabtu (16/9) polisi berhasil menangkap seluruh pelaku. Para tersangka berusia 11–18 tahun. 

BACA JUGA: Imbang dengan Thailand, Malaysia Juara Grup A Piala AFF U-18

Polisi berhasil menangkap para tersangka dengan bantuan rekaman CCTV dari bangunan sekitar pesantren.

(Pesantren Dilalap Api, 23 Santri Tewas Terpanggang)

BACA JUGA: Malaysia Siap Izinkan Pengungsi Rohingya Masuk, Asalkan...

Beberapa tersangka terlihat di sekitar gedung. Setelah ditangkap, mereka menyebut nama teman-temannya yang terlibat.

’’Dengan ini kami nyatakan kasus selesai. Tidak akan ada lagi yang ditangkap,’’ kata Kepala Polisi Kuala Lumpur Amar Singh.

Kasus tersebut akan digolongkan sebagai tindak pembunuhan dan perusakan dengan api. Para tersangka bakal ditahan hingga 22 September demi kepentingan penyidikan.

’’Tujuan mereka memang untuk membakar (pesantren). Tapi, mungkin karena masih remaja, mereka tidak tahu bahwa itu bisa menyebabkan kematian,’’ ujar Amar saat ditanya apakah para pelaku sengaja ingin membunuh para santri.

Pelaku membawa dua tabung gas dari dapur ke lantai 2 untuk memicu api. Gara-gara tindakan pelaku yang tidak berpikir panjang itu, 23 orang tewas.

Yaitu 21 santri dan 2 staf penjaga. Besar kemungkinan para pelaku melakukan aksi tersebut dalam kondisi tidak sadar.

Berdasar hasil tes urine, enam di antara tujuh pelaku positif mengonsumsi ganja. Satu orang pernah ditangkap karena mencuri kendaraan dan seorang lagi karena menjarah.

Kebaran di pesantren tersebut memicu seruan agar regulasi di sekolah keagamaan diperbaiki. Saat ini, di Malaysia ada lebih dari 500 sekolah tahfiz yang terdaftar.

Jumlah sekolah yang tak terdaftar jauh lebih banyak daripada jumlah tersebut. Berdasar data dari tim pemadam, 1.083 kebakaran terjadi di sekolah keagamaan dalam dua tahun terakhir. Sebanyak 211 di antaranya rata dengan tanah.

Kasus di Darul Quran Ittifaqiyah Tahfiz Center itu merupakan yang terburuk kedua dalam sejarah Malaysia. Pada 1989 lalu, 27 siswi putri di Negara Bagian Kedah tewas saat api membakar sekolah mereka dan 8 hostel kayu di dekatnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah Darul Quran Ittifaqiyah Tahfiz Center Mohd Zahid Mahmood menegaskan bahwa lembaga pendidikannya tetap buka.

Tahun pelajaran baru dimulai Oktober mendatang di gedung yang baru. ’’Bangunan (baru) itu akan diperiksa dulu oleh departemen keselamatan dan kebakaran untuk mendapatkan sertifikat kelayakan,’’ ujar Zahid. Siswa mereka tinggal 18 orang, yaitu para santri yang berhasil selamat.

Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengunggah foto-foto saat mengunjungi para korban selamat. ’’Mereka tampak tenang meski baru saja mengalami tragedi yang mengerikan,’’ cuit Najib di akun Twitter-nya kemarin (17/9). (Reuters/AlJazeera/TheStraitTimes/sha/c19/any)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Malaysia Siap Tampung Pengungsi Rohingya


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler