Jessica Gordon senang bisa berlibur lagi di Bali seminggu barusan.
"Bali sudah seperti rumah kedua bagi saya," kata perempuan berusia 32 tahun yang bekerja sebagai desainer interior asal Brisbane tersebut.
BACA JUGA: Kasus COVID di Australia Melonjak Lagi, Warga Diminta Jalani Vaksinasi Booster
Jessica tiba di Bali lewat Singapura dari Australia hari Minggu lalu, setelah dia mengetahui bahwa dia sekarang bisa mengunjungi Indonesia tanpa harus karantina.
"Saya juga sebenarnya bermaksud mengunjungi Oma saya di Surabaya yang sedang sakit namun saya hanya bisa masuk lewat Bali, karena Bali satu-satunya bandara yang menawarkan visa on arrival bagi turis internasional," katanya.
BACA JUGA: Baju Baru Alex the sheep setelah 40 Kilogram Bulunya Dicukur
Jessica terakhir kali mengunjungi Bali di tahun 2019 namun sebelum pandemi, dia hampir setiap tahun mengunjungi pulau tersebut.
Dia mengatakan tidak merasa khawatir dengan situasi COVID di Indonesia saat ini.
BACA JUGA: Kemnaker: ASEAN Berkomitmen Kuat Terapkan K3 Guna Melindungi Pekerja
"Saya suka Bali dan ingin mendukung masyarakat yang baik di sini," katanya.
"Mereka sangat ramah dan selalu menyambut baik tamu yang datang, dan saya bisa merasakan bahwa betapa sulitnya kehidupan di sini selama dua tahun terakhir."
Indonesia pada awalnya membuka Bali bagi kedatangan turis internasional termasuk dari Australia, di awal Februari, dengan persyaratan mereka harus menjalani karantina di hotel selama lima hari.
Namun di awal Maret, Bali mengeluarkan kebijakan baru penerapan visa on arrival (VOA) bagi warga Australia dan turis dari 22 negara lainnya.
Setelah visa didapatkan di Bandara Ngurah Rai Bali, pengunjung internasional harus melakukan karantina selama 24 jam sampai hasil tes PCR mereka keluar.
Bila negatif, mereka kemudian bisa melakukan kegiatan yang sudah direncanakan di sana.
Media lokal di Indonesia sudah memberitakan bahwa bila uji coba di Bali ini dianggap berhasil, maka pihak berwenang akan membuka seluruh destinasi lain di Indonesia mulai bulan April.
Djefi Wirjadinata, yang lahir di Indonesia namun sekarang warga negara Australia sudah memesan paket liburan ke Bali dan Jakarta bersama dengan beberapa orang temannya.
"Penerbangan kami sudah dipesan dari Sydney tanggal 8 April," katanya.
"Saat ini ada sembilan orang yang akan pergi ke Bali dan menghabiskan waktu beberapa hari di sana sebelum melanjutkan perjalanan ke Jakarta.'
Djefi yang memiliki usaha keluarga di bidang pengiriman barang di Australia tersebut mengatakan dia senang bisa melakukan perjalanan lagi, kombinasi antara liburan dan pertemuan bisnis.
Dia mencoba berpikir positif dan tidak merasa khawatir bahwa perjalanan mereka nanti bisa dibatalkan karena COVID.
"Saya kira pemerintah tidak akan mengubah janji mereka," katanya merujuk kepada dibukanya kembali program visa on arrival bagi warga asing.
Angka kasus harian COVID di Indonesia sudah menurun selama beberapa pekan terakhir menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga lainnya.
Meski begitu dalam data tanggal 17 Maret, Indonesia masih mencatat 12.018 kasus baru dan 230 kematian.
Tetapi Bali merupakan daerah yang memiliki tingkat vaksinasi dosis pertama dan kedua kedua tertinggi di Indonesia setelah Jakarta. Pengusaha lokal cukup optimistis
Nyoman Santiawan seorang pengusaha lokal yang juga adalah angota Bali Tourism Board berharap mulai datangnya wisatawan internasional akan mendorong pemulihan ekonomi di sana.
Namun memperkirakan bahwa jumlah turis internasional mungkin baru akan meningkat di bulan April atau Mei.
"Kita tentu gembira namun ini masih masa-masa awal. Sejauh ini baru ada empat penerbangan langsung yang tiba dari Australia,"katanya.
Perekonomian Bali memang sangat tergantung pada pariwisata.
Sebelum pandemi, hampir sekitar 70 persen warga Bali menggantungkan diri dari pariwisata baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penerbangan langsung ke Bali dari Sydney dan Melbourne sduah dimulai di awal Maret, namun penerbangan dari Perth baru akan dimulai di bulan April.
Nyoman Santiawan mengatakan sampai penerbangan dari Perth dimulai lagi, sumbangan dari turis Australia terhadap perekonomian Bali masih akan terbatas.
"Bagi beberapa warga Perth, Bali seperti rumah kedua mereka," katanya.
"Jadi karena jaraknya, harga tiket lebih murah jadi Australia Barat adalah pasar terbesar kami."
Nyoman Santiawan juga mengatakan bahwa para pelancong dari Sydney dan Melbourne kadang memilih tempat liburan lain di Asia Tenggara seperti Thailand dan Vietnam.
Vietnam mengumumkan beberapa hari lalu bahwa negara itu juga akan menghentikan kebijakan karantina dan pembatasan lain bagi pengunjung asing dan berlaku segera.
Menurut Kementerian Kesehatan Vietnam, pengunjung yang memasuki negeri itu hanya perlu menunjukkan hasil negatif tes PCR saat kedatangan.
Malaysia juga mengatakan akan mengizinkan pengunjung yang sudah divaksinasi penuh untuk masuk tanpa karantina mulai 1 April.
Perdana Menteri Malaysia mengatakan "warga dengan dokumen perjalanan yang sah akan bisa memasuki dan keluar seperti yang mereka lakukan sebelum pandemi" demikian laporan media lokal hari Selasa.
Thailand sudah membuka diri untuk turis internasional yang sudah divaksinasi dari sekitar 60 negara sejak awal November 2021, tanpa keharusan menjalankan karantina di hotel.
Mereka yang datang hanya perlu tinggal satu malam di hotel yang sudah disetujui dan menunjukkan hasil tes negatif PCR.
Program tersebut kemudian dibatalkan di bulan Desember karena meningkatnya kasus karena varian Omicron, namun AP melaporkan bahwa program bernama "Test dan Go' ini sudah diberlakukan kembali mulai tanggal 1 Februari 2022.
Singapura sudah membuka diri bagi kedatangan warga Australia yang sudah divaksinasi sejak 8 November 2021.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengadilan India Kukuhkan Larangan Hijab di Ruang Kelas di Negara Bagian Karnataka