jpnn.com - JAKARTA – Komjen (Purn) Togar M Sianipar, tokoh Batak yang pernah menjabat sebagai Kapolda Bali, menyampaikan kritikan keras terhadap pemerintah pusat yang sudah lama menganaktirikan Danau Toba dan hanya memanjakan Bali saja.
Menurutnya, banyak acara-acara internasional yang oleh pemerintah pusat ditetapkan lokasinya di Bali, sehingga Palau Dewata itu wisatanya berkembang sangat pesat.
BACA JUGA: SKK Migas Kaget HO Lapangan Banyu Urip Dicabut
“Sedikit-sedikit Bali, sedikit-sedikit Bali. Tidak pernah acara tingkat internasional digelar di Danau Toba. Sudah sangat lama Danau Toba itu ditidurkan,” ujar Togar M Sianipar kepada JPNN kemarin (22/2).
Ditekankan, peran pemerintah cukup besar dalam mengembangkan Bali sebagai destinasi wisata yang terkenal di dunia. Dia juga membantah anggapan sebagian kalangan yang menilai masyarakat Bali punya karakter dasar yang berbeda dengan tipikal masyarakat Batak.
BACA JUGA: Dua Ibu Muda, Geng Pencuri Perhiasan Surabaya Dibekuk
Menurut mantan Kadiv Humas Mabes Polri itu, kondisi masyarakat Bali yang sekarang ini menjadi “Masyarakat Pariwisata”, tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui proses panjang.
“Semua melalui proses, yang mengarahkan masyarakat Bali menjadi masyarakat pariwisata. Ini karena pemerintah memberikan perhatian yang besar. Inilah yang menguntungkan Bali,” ulasnya.
BACA JUGA: Kadin Ajukan Praperadilan Terkait Kasus Dana Hibah
Sementara, lanjutnya, perhatian pemerintah kepada Danau Toba nyaris tidak ada. Karena itu, Togar mengaku jengkel mendengar cerita kawannya, seorang tokoh Batak, yang menyalahkan tipikal masyarakat di sekitar Danau Toba.
“Kawan itu cerita, begitu turun dari mobil, ada yang angkat-angkat koper, tapi setelah itu minta uang. Ada juga yang cerita, waktu dia beli mangga di Danau Toba, dia mencoba menawar harga. Tapi si pedagang bilang, “jangan tawar-tawar!”. Nah, masyarakat Batak yang seperti itu, salah siapa? Ya salah kita semua, salah pemerintah, tidak pernah mengajarkan agar mereka menjadi ramah, menjadi masyarakat pariwisata,” tegas lulusan Akpol 1971 itu. Kondisi seperti ini, lanjutnya, karena hampir tidak ada ivent besar digelar di sekitar Danau Toba.
Sementara, acara-acara tahunan seperti Pesta Danau Toba, hanya menjadi semacam acara rutinitas saja, tanpa hasil nyata. “Pesta Danau Toba tiap tahun hasilnya apa? Nol, nol! Dan hanya dijadikan peluang oleh orang-orang tertentu untuk mencari makan. Jumlah wisatawan tak naik karena masyarakat tidak pernah dipersiapkan menjadi masyarakat pariwisata,” ujar pria yang juga pernah menjadi Kapolda Kaltim dan Sumsel itu.
Meski menyorot minimnya perhatian pemerintah pusat, salah satu Ketua Ikatan Alumni Lemhannas (IKAL) itu mengakui, ketidakkompakan tujuh kabupaten di sekitar Danau Toba juga punya andil terhadap sepinya danau tersebut sebagai destinasi wisata.
Karena itu, Togar mengatakan, saat dirinya masih menjadi Kapolres Simalungun pada 1989, dia sudah menyampaikan gagasan agar Danau Toba diurus oleh suatu badan otorita.
“Saat itu umur saya masih 30-an, saya sudah bicara harus diurus otorita seperti Otorita Batam itu,” kata dia.
Kepada Gubernur Sumut almarhum T.Rizal Nurdin, Togar juga mengaku menyampaikan perlunya Pemprov Sumut membentuk semacam Kawasan Berikat pengelolaan Danau Toba.
“Almarhum Rizal Nurdin itu seangkatan dengan saya, saya bilang “Din, mumpung jadi gubernur, kamu harus berbuat sesuatu untuk Danau Toba”. Dia tanya,” Bagaimana caranya?”. Saya katakan, suruh Kepala Bappeda provinsi rancang Kawasan Berikat, seluruh kabupaten di sekitar Danau Toba harus mendukung. Undang para pakar pariwisata level internasional, minta masukan. Undang para Kepala Bappeda kabupaten/kota ke Medan, suruh bangun sesuai kekhasan daerah masing-masing,” cerita Togar, yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) itu.
Bicara ke depan, Togar menyambut baik langkah pemerintahan Jokowi-JK yang sudah tampak serius akan mengembangkan Danau Toba. Dia juga setuju dibentuk Badan Otoritas. Hanya saja, dia mengingatkan agar pemerintah juga membangun kesiapan masyarakat sekitar Danau Toba, mengarahkan menjadi “Masyarakat Pariwisata”.
“Coba di dekat Danau Toba situ dibangun sekolah pariwisata setingkat SLTA dan akademi. Lulusannya nanti yang menjadi tenaga-tenaga terdidik yang bekerja di situ, sekaligus mereka yang menyiapkan masyarakat menjadi masyarakat pariwisata,” harapnya.
Dan yang terpenting, lanjutnya lagi, upaya pengembangan Danau Toba ini jangan hanya berhenti di tingkat konsep saja, tanpa ada implementasi yang konkrit.
“Tapi sepertinya ada harapan, karena di kabinet ada Bang Luhut (Menko Polhukam Luhut Panjaitan), ada Bang Darmin (Menko Perekonomian Darmin Nasution), dan ada Bang Yassona (Mnekumham Yasonna Laoly), mudah-mudahan impian menjadikan Danau Toba sebagai destinasi wisata berkelas internasional bisa terwujud,” pungkasnya. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sibuk Memasak di Dapur, Ibu Ini Tak Sadar Anak Kecebur Sumur
Redaktur : Tim Redaksi