Bali Masih Jadi Favorit dan Penyumbang Terbesar Devisa Pariwisata

Kamis, 15 Desember 2016 – 14:14 WIB
Menteri Pariwisata Arief Yahya. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com - DENPASAR – Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya selalu menggunakan password “Bali” dalam mempromosikan destinasi di seluruh dunia. Karena dalam pariwisata, Bali adalah gerbang  yang dilewati 40 persen wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia.

“Bali sebagai destinasi utama, akan diproyeksikan menjadi tourism hub. Masuknya lewat tourism, agar terjadi people to people relations, baru masuk ke trade and investment,” kata Arief yang sedang dalam kunjungan kerja di Melbourne, Australia.

BACA JUGA: Tahun Depan, 3 Anak Usaha Medco Melantai di Bursa

Di setiap promosi pun, Bali tetap diangkat sebagai lokomotif untuk menarik destinasi di luar Pulau Dewata itu. Hal itu sebagai strategi untuk bersaing dengan destinasi wisata negara lain.

“Kalau kita masuk dari trade and investment dulu, kita pasti kalah dengan Singapore, Hong Kong, Dubai, Abu Dhabi, Iceland, negara-negara yang mengandalkan financial service. Tetapi kalau masuk lewat tourism dulu, maka tidak ada yang bisa mengalahkan Indonesia,” kata Arief.

BACA JUGA: Lepas Kebun Sawit, Sampoerna Agro Kantongi Rp 447 Miliar

Karenanya wajar ketika Presiden Joko Widodo menempatkan pariwisata sebagai core economy Indonesia. Bahkan sumbangan Bali bagi devisa nasional saat ini masih Rp 70 triliun setahun.

Bali memang melekat kuat di benak warga dunia dan menjadi top of mind sebagai destinasi favorit di Indonesia. Bagi wisatawan Tiongkok, Bali bahkan menjadi keharusan bila mereka melancong ke Indonesia, terutama bagi yang hendak pre-wedding atau honeymoon.

BACA JUGA: Keren, Penjualan Volvo Melesat 300 Persen

Bali adalah favorit mereka. Bahkan Travel + Leisure di Shanghai, Tiongkok menempatkan Indonesia sebagai next destination. “Tahun ini, bakal menembus lima jutaan wisman yang ke Bali,” kata Arief.

Menteri asal Banyuwangi itu menjelaskan, 85 persen wisman asal Tiongkok yang ke Indonesia memilih Bali sebagai objek wisata tujuan. Sisanya, 15 persen wisman Tiongkok yang ke Indonesia tersebar ke Jakarta, Manado, Singkawang, Batam dan Jawa Tengah.

Jangankan, China yang baru tahun ini booming mengenal Indonesia. Australia yang sebagian warganya sudah menganggap Bali sebagai the second home town pun hanya 14 persen yang tahu Pulau Seribu Pura itu bagian dari Indonesia.

Karena itulah pada tahun pertama 2014-2015, Menpar Arief mempromosikan berdasarkan portofolio yang ada. Yakni, 3 greaters yang meliputi Bali, Jakarta dan Kepri (Batam-Bintan).

Mengapa dipilih tiga itu? Karena selama ini wisawatan mancanegara yang berkunjung di Indonesia masuk lewat Bali (40 persen), Jakarta (30 persen) dan Batam-Bintan (20 persen).

“Saya selalu memulai dari akhir. Selama ini 90 persen wisman itu masuk melalui tiga pintu utama itu, karena itu kita buat tiga greater tersebut,” ujarnya.

Promosi pun disesuaikan dengan tiga destinasi itu. Begitu pula dengan originasinya yang ditetapkan berdasar pada data kunjungan yang sudah ada. Lima besar originasi ada di Singapore, Malaysia, Tiongkok, Australia dan Jepang.

“Dan saat ini, Tiongkok sudah mengalahkan semuanya, dan lompat dari posisi ke-4 sebelumnya, langsung naik ke posisi satu,” ungkapnya.

Dari lima besar itu, Tiongkok termasuk yang memiliki proyeksi sangat besar karena pada 2014 saja jumlah outbond atau orang China yang bepergian ke luar negeri untuk berwisata  sudah lebih dari 100 juta orang. Tahun 2015 naik menjadi 120 juta outbond travellers. Namun, yang masuk ke Indonesia baru 1 persen saja.

China adalah pasar yang empuk bagi pariwisata di semua negara di muka bumi. Semua negara memotret China sebagai raksasa yang potensial di pariwisata, termasuk Indonesia.

Berdasarkan data itulah promosi Wonderful Indonesia ke Tiongkok mendapat prioritas. “Karena itu, ketika saat ini wisatawan Tiongkok mulai membanjiri Indonesia, sudah bisa kita perkirakan sejak akhir tahun 2015,” kata Arief.

Selain itu Arief juga sudah menghitung bulan-bulan liburan orang Tiongkok. Yakni saat akhir tahun lalu, Tahun Baru Imlek bulan Februari, lalu bulan Mei saat Hari Buruh sedunia, Juni-Juni ada liburan anak-anak sekolah, bulan Oktober ketika hari Kemerdekaan China, dan kembali di akhir tahun sampai dengan awal tahun.

Dia juga sudah mendapatkan data bahwa orang China memutuskan untuk berlibur minimal satu bulan sebelumnya. “Jadi, dari skedul liburan dan waktu memutuskan berlibur itulah saat yang tepat untuk berpromosi dengan tepat,” kata dia.

Presiden Jokowi memang pernah bertemu dan berdialog dengan Presiden China Xi Jinping di Jakarta. Presiden Jokowi ingin turis dari China yang datang ke Indonesia bisa tembus 10 juta orang.

Seperti diketahui, pada tahun baru Imlek lalu getaran kedatangan turis Tiongkok sangat terasa di Bali. Sedikitnya 70 ribu wisatawan asal Tiongkok mendatangi Indonesia.

Deputi Pemasaran Mancanegara I Gde Pitana menjelaskan, Garuda Indonesia sebagai national flag carrier juga mendapat 65 charter flight dari 11 kota di Cina. “Memang yang paling siap, infrastruktur pariwisata dan sudah punya nama besar di pariwisata adalah Bali,” kata Pitana yang didampingi Asisten Deputi (Asdep) Asia Pasifik Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Vincensus Jamedu itu. ”Namun ada beberapa kota juga yang menjadi daya tarik wisatawan Tiongkok,” ujar I Gde Pitana.

Kota-kota yang dimaksud adalah, Jakarta, Manado, Singkawang, Jawa Tengah dan Batam, yang distribusinya setar 15 persen. “Kami juga menyambut sekitar 1.388 turis dengan perayaan di Bali, untuk menghormati dan memberi kesan yang baik pada mereka. Dan akan menjadi promosi dari mulut ke mulut yang baik ketika mereka kembali ke negaranya,” ujar Pitana.

Yang saat itu menjadi kehebohan nasional adalah acara perayaan Tahun Baru Imlek di Bali. Acara tersebut juga menjadi bagian agenda penyambutan yang memukau banyak wisatawan.

Menurut Pitana, Konsulat Jenderal Tiongkok Mr Hu bahkan menyampaikan rasa harunya setelah mengikuti acara yang dihadiri sekitar 1.388 wisatawan Tiongkok. ”Mr. Hu meminta kami agar pemerintah Indonesia kembali mengadakan acara yang sama di Bali tahun depan. Mr Hu sangat terpukau dan terharu dengan acara itu,” ujarnya.

“Kami semakin yakin, target kedatangan 20 juta wisman itu bisa dicapai di tahun 2019. Dan Tiongkok menjadi salah satu pasar potensial, selain Singapore, Malaysia, Australia, Jepang dan Korea," ujar dia.(adv/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Yakinlah, Gross Split di Sektor Migas Bakal Jadi Solusi Terbaik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler