Baliho Mbak Puan Bertebaran, Bang Ray Lebih Suka Cara Ganjar dan Anies Baswedan

Senin, 02 Agustus 2021 – 11:28 WIB
Para pengguna jalan di Jalan Raya Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, melintas di bawah baliho bergambar Puan Maharani, Jumat (30/7). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Ray Rangkuti menyoroti foto Puan Maharani di baliho dan spanduk yang bertebaran di berbagai daerah.

Dia menilai pemasangan baliho Puan yang digadang-gadang sebagai calon presiden (capres) di Pemilu 2024 itu tidak etis dan minim empati lantaran dilakukan di tengah suasana pandemi Covid-19.

BACA JUGA: Mbak Puan Maharani Berubah Drastis, Sulit Dipahami

Pengendara motor melintas di depan Spanduk Ketua DPR Puan Maharani, Jakarta, Jumat (30/7). Foto : Ricardo/JPNN.com

BACA JUGA: Gus Yaqut Ucapkan Selamat Hari Raya kepada Umat Bahai, Chandra Singgung Penistaan Agama

Ray juga mengatakan persoalan etika dan empati ini memang kurang dipahami oleh para politisi Indonesia.

"Umumnya, mereka hanya mengerti makna demokrasi minimalis. Sebatas tidak melanggar aturan dan etika tidak masuk di dalamnya," kata Ray Rangkuti yang dihubungi oleh JPNN.com, Senin (2/8).

BACA JUGA: Effendi Simbolon Menyorot Kinerja Jokowi, Ferdinand Bereaksi

Pria kelahiran Mandailing Natal, 20 Agustus 1969 itu menyebut ada satu hal yang lebih baik digali oleh Puan Maharani dalam kapasitasnya sebagai ketua DPR.

"Yakni, menjadikan dirinya sebagai figur yang dikenal publik karena kiprah kepemimpinan politiknya, bukan karena spanduk atau baliho," ucap Ray.

Dia lantas membandingkan tindakan Puan dengan sejumlah kandidat pemimpin nasional yang meraih elektabilitas dan popularitas melalui kinerja dan kiprah kepemimpinan politiknya.

"Entah itu Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, AHY (Agus Harimurti Yudhoyono, red) atau Sandiaga Uno. Begitu juga dengan Prabowo," ucap Ray Rangkuti.

Seharusnya, kata dia, baliho dan spanduk itu hanya sebagai pelengkap bukan senjata utama.

Namun, Ray melihat cara yang dilakukan oleh Mbak Puan, justru berbeda.

"Puan malah sebaliknya, spanduk dan baliho adalah utama, sementara tindakan politik adalah pelengkap," ucapnya.

Sejatinya, Ray memandang jabatan cucu Presiden Pertama RI itu sebagai ketua DPR sangat strategis untuk menyedot perhatian publik.

"Sayang, sejauh ini, posisi itu hanya membuat dirinya populer sebagai tukang mematikan mik kala rapat paripurna," pungkas Ray Rangkuti. (mcr8/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Kenny Kurnia Putra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler