jpnn.com, BONTANG - Tersangka Fardi Sahli alias Ardi (27) dan saksi Rina Chandra alias Nita (20) memeragakan 113 adegan pembunuhan terhadap Navita Ariyanti (3), Rabu (24/5).
Navita meninggal setelah dibunuh Ardi yang merupakan ayah tiri. Sedangkan Nita adalah ibu kandung korban.
BACA JUGA: Seklur dengan Kepala Bolong Ditembak Itu Ternyata Baru Keluar dari Bank
Pembunuhan dilakukan dengan cara menganiaya korban yang masih balita.
Korban mengembuskan napas terakhirnya di perjalanan dari Melak menuju Samarinda.
BACA JUGA: Gara-gara Senggolan Kendaraan, Kepala Seklur Bolong Ditembus Peluru
Sempat terdapat beberapa perbedaan keterangan sehingga proses rekonstruksi berlangsung hingga enam jam.
Adegan rekonstruksi pun dimulai. Minggu (30/4) sekitar pukul 22.00 Wita, truk yang dikendarai Ardi singgah di warung Sengkang, Kota Bangun, dalam perjalanan menuju Bontang.
BACA JUGA: Polisi Masih Menunggu Hasil Autopsi
Saat itu, tersangka, saksi yakni ibu korban, dan korban berhenti untuk makan di warung tersebut.
Nita makan sendiri. Sedangkan tersangka makan bakso sambil menyuapi Navita yang duduk di tengah mereka.
Karena korban tidak mau makan, tersangka pun menyentil bibir Navita dua kali. Dia juga mencubit paha korban. Sedangkan ibunya asyik makan sendiri.
“Tersangka kesal dan memaksa korban makan sampai akhirnya muntah,” jelas Kasat Reskrim Polres Bontang Iptu Rihard Nixson.
Setelah sisa muntahan dibersihkan oleh Nita, korban dibawa Ardi ke dalam truk.
Ardi lantas memukul leher belakang Navita sebanyak lima kali.
Nita masih makan bakso dan membayarnya lalu naik ke dalam truk.
Saat naik, Nita melihat korban merintih kesakitan. Dia bertanya kepada korban.
Navita menjawab bahwa dirinya sakit. Nita bertanya pada suaminya dan tersangka menjawab bahwa dia memukulnya.
Sekitar sepuluh menit dari warung bakso tersebut, Ardi menghentikan kembali truknya. Dia singgah di warung yang sudah tutup.
Masih di dalam truk, Navita dipangku oleh tersangka di atas perutnya dan keduanya tidur.
Tiba-tiba saja Navita buang air besar (BAB). Nita bertanya pada Navita tapi tidak dijawab.
Lantas tersangka melihat pampers Navita untuk meastikan bahwa korban BAB.
Saat itu juga tersangka langsung marah ke Navita. “Kalau berak ngomong!!!,” tegas tersangka.
Karena kesal, tersangka langsung memukul kepala korban tiga kali.
Sedangkan Nita hanya bisa menangis dan meminta ampun. Tersangka juga memukul muka korban dua kali.
Lalu korban dijambak dan dilempar ke bawah kaki Nita hingga mengenai speaker mobil. Speaker pecah.
Tak berhenti di situ, tersangka terus melampiaskan kemarahannya dengan memukul korban.
Meski korban sudah telentang di bawah, tersangka masih memukul Navita sebanyak empat kali.
Saat itu, kondisi korban tanpa menangis namun hanya merintih. Sementara itu, Nita hanya bisa menangis dan meminta ampun kepada tersangka.
Sekitar pukul 02.00 Wita, tersangka melanjutkan perjalanan menuju Bontang lewat Tenggarong.
Posisi korban masih di kabin truk dengan kondisi masih hidup tetapi sudah lemas.
Tersangka lalu mengambil Navita dan membaringkannya di tengah, antara tersangka dan ibu korban.
Amarah masih menguasai diri Ardi hingga dia menggigit pipi kiri korban dengan sangat kuat hingga membekas.
Kemudian, tersangka menjambak rambut korban sampai bocah lugu itu terduduk.
“Kali ini, tersangka kembali melempar korban ke bawah kabin mobil hingga mengenai DVD player dan membuat flashdisk-nya patah, ibu korban masih diam terduduk dan hanya bisa menangis,” kata Rihard.
Korban masih berada di bawah jok. Tersangka lantas menginjak perut korban menggunakan kaki kirinya dua kali.
Saat tersangka sedang menjalankan truknya, Nita mengambil korban dari bawah kabin dan mendudukkannya dengan menggunakan bantal.
Ketika itu, tersangka mau mengambil korban namun Nita menariknya.
Nita berhenti menangis dan duduk terdiam hingga panggilan tersangka tak dihiraukan.
Kekesalan tersangka semakin memuncak hingga menghentikan mobilnya dan turun.
Sedangkan Nita duduk di truk sambil memeluk Navita. Tersangka membuka pintu sebelah Nita sambil membawa batu yang ukurannya cukup besar untuk mengancam istrinya untuk bangun.
“Bangun! Nanti kulempar batu,” pinta tersangka.
Nita bangun dan hanya diam. “Kamu kenapa begitu?” tanya tersangka.
Nita hanya menjawab bahwa dirinya pusing. Tersangka kesal karena Nita tak menyahut saat dipanggil.
Tersangka kemudian mengambil korban dari pelukan Nita.
Kemudian tersangka menggoyang-goyangkan tubuh Navita dan menyuruhnya berdiri.
Namun, kondisi Navita sudah lemas sehingga tak mampu berdiri.
Tersangka lantas memukul bahu kanan korban dan menaikkan kembali ke dalam truk yang langsung diterima Nita.
Truk pun kembali berjalan dan berhenti setelah berjalan sepuluh meter.
“Ini pelajaran buat kamu Vita,” ujar tersangka sambil mengangkat korban.
Korban pun dilempar ke Nita, namun terjatuh dan mengenai listrik di kabin truk.
Tersangka menginjak lagi dada korban dua kali, Nita hanya bisa menangis.
Nita mengangkat korban dan mendudukkannya di jok, tetapi langsung diambil oleh tersangka sambil menjambak rambut Navita.
Belum merasa puas, tersangka memukul korban mengenai tangan dan dada kirinya tiga kali.
Keduanya naik lagi dalam truk dan melanjutkan perjalanan. Di tengah perjalanan, tersangka mengambil Navita dengan tangan kirinya.
Dia menempelkan korban di luar pintu truk dengan kondisi truk berjalan sekitar lima meter.
Tak berhenti di situ penganiayaan yang dialami bocah tiga tahun tersebut.
Setelah korban dimasukkan lagi dalam truk, tersangka kemudian menghentikan truknya.
Tersangka turun dengan membawa korban. Di bawah truk, korban dijambak tanpa dipegang badannya oleh tersangka dan dibawa ke belakang truk.
“Pada adegan ini, tersangka mengaku memegang badan korban, namun saksi mengatakan tersangka mengangkat korban dengan cara dijambak,” ujar Rihard.
Di belakang truk, tersangka menggendong korban dengan tangan kiri.
Sedangkan tangan kanan tersangka digunakan untuk memanjat bak truk.
Korban sempat didudukkan di atas pintu bak, tersangka pun naik. Dia kemudian melempar korban ke dalam bak truk dari atas pintu bak truk.
Posisi korban telungkup di dalam bak truk, tersangka malah meninggalkan korban.
“Dia (tersangka) kembali menjalankan truknya sekitar sepuluh kilometer, Nita hanya bisa menangis dan meminta ampun,” ungkapnya.
Truk kembali dihentikan. Tersangka turun dan memeriksa kondisi korban yang dalam posisi tengkurap.
Korban diturunkan dari bak truk. Namun, justru tindakan lebih sadis dilakukan tersangka pada korban.
Tersangka kembali melempar tubuh mungil korban ke dalam bak truk.
Tanpa penyesalan, tersangka naik lagi ke dalam bak dan melihat korban dengan posisi tengkurap.
Namun, dari mulut dan hidung korban sudah mengeluarkan banyak darah dengan kondisi napas mengorok.
“Dia malah memanggil Nita dan menyuruh mengambil anaknya,” ujarnya.
Korban pun diserahkan ke Nita dengan kondisi masih ngorok. Nita lalu membaringkan korban diatas aspal di pinggir jalan.
Namun, kondisi Navita sudah kejang-kejang. Berupaya untuk menolong anaknya, Nita lantas memberikan napas buatan kepada korban.
Sedangkan tersangka malah mengambil air dan menyiramkannya ke muka korban yang masih kejang-kejang.
Tersangka juga seolah-olah memberikan napas buatan kepada korban tiga kali. Karena tidak ada perubahan, tersangka memeriksa denyut nadi korban.
“Saat itu nadinya masih ada, tetapi sudah lemah,” kata Rihard.
Mereka pun kembali naik ke dalam truk dan melanjutkan perjalanan.
Di perjalanan, Nita membersihkan muka korban menggunakan handuk.
Baju korban yang berlumuran darah pun dibukanya dan setelah bersih diselimuti selendang seperti membedong bayi.
“Barulah sekitar lima kilometer, Nita mengatakan bahwa korban sudah meninggal, tersangka tidak percaya dan menghentikan truknya. Tersangka memeriksa denyut nadi korban dan benar Navita telah tewas,” bebernya. (mga)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Astaga, Cekcok soal Lauk Pauk, Jleb, Jleb, Istri Sekarat, Ipar Tewas
Redaktur & Reporter : Ragil