Bamsoet Apresiasi Mentan Syahrul Yasin Limpo Canangkan Salatiga sebagai Kota Vanili

Rabu, 31 Maret 2021 – 19:35 WIB
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengapresiasi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang mencanangkan Salatiga sebagai Kota Vanili. Foto: Humas MPR RI.

jpnn.com, SALATIGA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengapresiasi langkah Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mencanangkan Salatiga di Jawa Tengah sebagai Kota Vanili.

Menurut dia, upaya itu melengkapi  langkah MPR RI yang sebelumnya telah mencanangkan Salatiga sebagai Kota Empat Pilar.

BACA JUGA: Bamsoet Canangkan Kota Salatiga Jadi Kota Empat Pilar

Pencanangan tersebut merupakan bentuk sinergi MPR RI dan Kementerian Pertanian dalam memajukan ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat. 

"Kementerian Pertanian juga telah membuat progran Gerakan Ekspor Tiga Kali Lipat (Gratieks), dengan memasukan vanili sebagai salah satu komoditas unggulan ekspor hasil perkebunan, bersama kopi, kelapa, dan lada. Bahkan usai pencanangan sebagai Kota Vanili, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo langsung memerintahkan Dirjen Tanaman Pangan menyalurkan 10 ribu bibit vanili untuk masyarakat Salatiga," ujar Bamsoet dalam pencanangan Salatiga sebagai Kota Vanili, di pendopo Wali Kota Salatiga,, Jawa Tengah, Rabu (31/3). 

BACA JUGA: Lahan Pertanian di Salatiga Sudah Dilindungi Asuransi

Turut hadir Syahrul Yasin Limpo, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wali Kota Salatiga Yuliyanto, Wakil Wali Kota Salatiga Muhammad Haris, anggota MPR RI Robert Kardinal, Sekretaris Brain Society Center Dhifla Wiyani, dan Ketua Perkumpulan Badan Usaha Masyarakat Adat Nusantara (PERBUMA) Dadung Harisetyo.

Hadir pula jajaran Kementerian Pertanian, antara lain Dirjen Perkebunan Kasdi Subagyono dan Dirjen Tanaman Pangan Suwandi, serta kalangan civitas akademika IAIN Salatiga yang mengikuti acara secara virtual. 

BACA JUGA: Orasi Ilmiah di Unhawa, Mentan Bahas Sarjana dan Pertanian Modern

Bamsoet yang juga ketua ke-20 DPR RI ini menjelaskan dari segi historis, Kota Salatiga sejak zaman penjajahan Belanda, sudah dikenal sebagai daerah penghasil vanili.

Dia menegaskan vanili Kota Salatiga pernah mengalami masa kejayaan dengan harga jual fantastis pada 1980-an.

Oleh karena itu, kata Bamsoet, masyarakat menjuluki vanili sebagai 'emas hijau'. 

Bamsoet mengatakan kejayaan tersebut yang kini harus dibangkitkan kembali. 

"Pencanangan sebagai Kota Vanili merupakan momentum untuk memberdayakan perekonomian masyarakat Salatiga dengan basis pertanian vanili," ungkapnya.

Menurut Bamsoet, hal ini mengingat  kondisi geografi Kota Salatiga di ketinggian 450-825 meter di atas permukaan laut (mdpl), serta berada di daerah cekungan kaki Gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil, yaitu Gunung Telomoyo, Gunung Ungaran, Gunung Payung, dan Gunung Rong.

Fakta ini menyebabkan Salatiga beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata antara 23-24 C. "Sangat cocok untuk tanaman vanili," tegas dia. 

Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menerangkan tidak jarang ditemui bahwa masyarakat di Kota Salatiga giat memanfaatkan lahan terbatas di setiap rumah, seperti di teras hingga atap rumah, dengan menanam 5-10 pot/polybag. Selain itu, katanya, ada yang menanam 400 pohon vanili di halaman rumah.

Bamsoet menjelaskan bahwa berdasar informasi dari wali kota Salatiga, saat ini tanaman vanili yang sudah dibudidayakan penduduk mencapai 8.900 batang, dengan luas tanam lahan mencapai 3,74 hektare, tersebar di Kelurahan Kalibening, Katman Kidul, Bugel, Kumpulrejo, Kutowinangun, Randuacir, dan Dukuh.

"Pemerintah Kota Salatiga juga membuat program, satu rumah sepuluh tanaman vanili," terang Bamsoet. 

Wakil ketua umum Kadin Indonesia ini mengungkapkan sebagai komoditas unggulan, vanili mempunyai nilai ekonomi sangat tinggi.

Pada 2020 lalu harga jualnya menembus Rp 4 juta hingga Rp 6 Juta per kilogram vanili kering. Menempatkan Indonesia sebagai pengekspor vanili terbesar kedua di dunia setelah Madagaskar. 

"Kandungan vanilin dalam tanaman vanili produk Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia, mencapai 3,9 persen. Lebih tinggi dari kandungan vanili produksi Madagaskar yang hanya sebesar dua persen," ungkap Bamsoet. 

Wakil ketua umum Pemuda Pancasila ini menambahkan, pangsa pasar vanili sangat menjanjikan. Sebagian besar importir vanili produksi Indonesia adalah negara-negara maju seperti Amerika Serikat (47,73 persen), Prancis (18,10 persen), dan Jerman (9,31 persen). 

"Yang masih menjadi tantangan adalah optimalisasi pengolahan produk vanili untuk pasar global, sehingga produk yang diekspor adalah produk yang mempunyai nilai tambah. Tantangan yang tidak mudah, namun dengan gotong royong seluruh elemen bangsa, pasti kita bisa mewujudkannya," pungkas Bambang Soesatyo. (*/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler