jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyatakan sistem perekonomian Indonesia yang dirancang para pendiri bangsa bukan ekonomi kapitalis.
Bukan pula sistem ekonomi sosialis, yaitu negara menjadi dominan sebagai pelaku ekonomi.
BACA JUGA: Bamsoet Punya Jurus Atasi Ancaman Krisis Global, Simak nih!
Sistem perekonomian bangsa Indonesia adalah ekonomi Pancasila, yakni pengelolaan ekonomi negara yang bersumber pada nilai-nilai yang mengedepankan religiusitas, humanitas, nasionalitas, demokrasi, dan keadilan sosial.
"Sistem ekonomi Pancasila yang diwariskan pendiri bangsa hanya bisa dijalankan secara penuh dan konsisten,’’ ucapnya.
BACA JUGA: Mendagri Tito Karnavian Sampaikan 4 Pesan Penting di Perbatasan Indonesia
Presiden Soekarno berpesan bangsa Indonesia jangan mau menjadi bangsa kuli dan menjadi kuli bangsa-bangsa lain.
‘’Presiden Jokowi pernah menyampaikan kita tidak boleh menjadi bangsa yang masih bermental inlander dan bersikap inferior ketika berhadapan dengan bangsa lain," ujar Bamsoet dalam Peringatan Hari Konstitusi dan Hari Ulang Tahun Ke-77 MPR RI di Gedung Parlemen, Jakarta, Kamis (18/8).
BACA JUGA: Buka Sidang Tahunan MPR 2022, Bamsoet Ajak Gelorakan Semangat Kemerdekaan Indonesia
Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, agar tidak menjadi bangsa kuli dan menjadi kuli bangsa-bangsa lain, tidak bermental inlander dan bersikap inferior, Indonesia tidak boleh hanya dijadikan sebagai sumber bahan baku murah oleh negara-negara industri-kapitalis.
Tidak boleh hanya dijadikan sebagai 'pasar' untuk menjual produk-produk hasil industri negara-negara industri-kapitalis, serta sebagai tempat memutar kelebihan kapital dari negara-negara industri maju.
"Kita harus mengembangkan sistem perekonomian merdeka yang mampu mencapai keadilan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali. Membangun semangat gotong royong untuk sejahtera bersama serta penguasaan negara atas sektor-sektor penting yang menguasai hajat hidup orang banyak," kata Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menerangkan Indonesia dengan potensi sumber daya alam yang melimpah harus mampu memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri, seperti pangan dan obat-obatan secara berdaulat.
Paradigma ekonomi lama dengan prinsip asal mengimpor dengan harga murah, harus segera diakhiri.
"Karena terperangkap dalam prinsip itu, kita kehilangan wahana meningkatkan kapabilitas belajar untuk mengolah dan mengembangkan nilai tambah potensi sumber daya. Tanpa usaha menanam dan memproduksi sendiri, dengan penguasaan teknologi sendiri, kita akan terus mengalami ketergantungan," ucap Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Wakil Ketua Umum FKPPI ini mengingatkan, berulang kali Presiden Jokowi menyampaikan agar segala sumber daya yang ada harus dikelola dan diolah oleh bangsa Indonesia sendiri dengan teknologi dan inovasi yang dikembangkan sendiri.
Hanya dengan cara itu dapat meningkatkan nilai tambah terhadap sumber daya yang dimiliki. Selain, memberi kesempatan kepada banyak orang untuk terlibat dalam aktivitas ekonomi yang memungkinkan terjadinya mobilitas sosial yang inklusif.
"Kita dapat belajar dari pengalaman negara-negara yang berhasil bertransformasi dari negara miskin menjadi makmur, seperti negara-negara Asia Timur. Lokomotif kemakmuran terletak pada usahawan-inovator yang berhasil mengembangkan inovasi-teknologi yang menciptakan pasar baru," pungkas Bamsoet. (mrk/jpnn)
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi