Bamsoet Dukung Sikap Presiden Erdogan dan Kecaman Keras Jokowi ke Emmanuel Macron

Rabu, 04 November 2020 – 10:02 WIB
Ketua MPR Bambang Soesatyo dan Ketua Parlemen Turki, H.E. Mr. Mustafa Sentop di Ankara, Turki, Selasa (3/11). Foto: Humas MPR RI.

jpnn.com, ANKARA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) melawat ke Turki memenuhi undangan Ketua Majelis Agung Nasional atau Ketua Parlemen Turki, H.E. Mr. Mustafa Sentop.

Dalam lawatannya, Bamsoet menyampaikan dukacita mendalam atas musibah gempa bumi yang menghantam Laut Aegean, sehingga berdampak ke beberapa wilayah di Turki, khususnya Izmir, pada 30 Oktober 2020 yang lalu. Hingga kini tercatat sudah 79 warga meninggal dunia, dan 962 orang terluka.

BACA JUGA: Bamsoet Dorong Peningkatan Kerja Sama RI - Turki di Bidang Pertahanan dan Ristek

"Bangsa Indonesia mendoakan dan mendukung agar semua proses recovery pascagempa dapat berjalan lancar. Sehingga, masyarakat yang terdampak dapat segera pulih dan bangkit dari musibah tersebut," kata Bamsoet saat bertemu Ketua Majelis Agung Nasional Turki, H.E. Mr. Mustafa Sentop, di Ankara, Turki, (3/11).

Dalam kunjungan ini Bamsoet didampingi sejumlah Wakil Ketua MPR RI antara lain Syarief Hasan dan Fadel Muhammad, serta anggota MPR RI dari Unsur DPR RI Mohammad Ichsan Firdaus dan unsur DPD RI Djafar Alkatiri.

BACA JUGA: Habib Rizieq Pulang 10 November, Sudah Susun Jadwal Kegiatan

Mantan ketua DPR RI itu menjelaskan, dalam pertemuan pertemuan, pimpinan MPR RI mendukung sikap tegas Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang mengecam keras pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Macron dalam penyataannya dinilai menghina agama Islam dengan mengatakan Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia. Dia juga mendukung pemuatan karikatur Nabi Muhammad SAW oleh tabloid di negaranya.

BACA JUGA: Dari Jazirah Arab sampai Ujung Eropa, Erdogan Punya Musuh di Mana-Mana

"Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, memang sudah sepatutnya Indonesia mendukung kecaman keras Presiden Erdogan terkait pernyataan Presiden Prancis yang dinilai menghina Islam. Sebagai Pimpinan MPR RI, saya juga mendukung sikap tegas Presiden RI Joko Widodo yang turut mengecam keras pernyataan Presiden Prancis yang berpotensi memecah belah kerukunan antar umat beragama di dunia," tegas Bamsoet.

Wakil ketua umum Partai Golkar itu menuturkan, Indonesia memiliki kepentingan untuk menyuarakan perdamaian. Sebab, agama apa pun tidak pernah mengajarkan untuk saling menghina agama lain ataupun berbuat kekerasan.

"Bahkan di dalam Islam diajarkan, mereka yang bukan saudaramu dalam seiman, adalah saudaramu dalam kemanusiaan. Islam adalah Rahmatan Lil Alamin. Jika penduduk muslim mengamalkan Islam yang Rahmatan Lil Alamin, niscaya benturan antarperadaban yang mengatasnamakan agama bisa terhindarkan," jelas mantan ketua Komisi III DPR itu.

Kepala Badan Bela Negara FKPPI menyebutkan, negara berpenduduk muslim seperti Indonesia dan Turki perlu menghadirkan wajah Islam yang harmonis. Karena penduduk non-muslim tidak mempelajari Alquran dan hadis, melainkan mereka mempelajari perilaku umat muslim.

Atas dasar itulah Parlemen Turki ikut mendukung MPR RI memiliki gagasan membentuk Majelis Syuro Dunia sebagai forum kerja sama bagi negara-negara yang memiliki sistem parlemen yang sama.

"Hal itu untuk mengisi ruang kosong yang selama ini ditinggalkan berbagai forum lembaga legislatif internasional seperti International Parliamentary Union (IPU) dan Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC), yakni dalam mendorong perdamaian, keamanan, demokrasi, HAM, dan toleransi antar umat beragama," terang Bamsoet.

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini juga menyoroti kerja sama yang dilakukan Indonesia dengan Turki di berbagai bidang. Meskipun banyak kemajuan yang telah dicapai, namun belum ada kemajuan dalam negosiasi Indonesia-Turkey Comprehensive Economic Partnership Agreement (IT-CEPA).

MPR RI sebagai lembaga parlemen yang diisi anggota DPR RI dan DPD RI mendorong Parlemen Turki membantu menyelesaikan hambatan yang terjadi dalam proses negosiasi tersebut.

"Percepatan perundingan IT-CEPA sangat diperlukan guna mendorong terwujudnya komitmen pimpinan kedua negara, yaitu Presiden Erdogan dan Presiden Joko Widodo, untuk meningkatkan volume perdagangan bilateral hingga USD 10 miliar pada tahun 2023," pungkas Bamsoet.(jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler