Bandara Ngurah Rai Berpotensi Tersapu Tsunami Jika Terjadi Gempa Besar, BMKG Lakukan Ini

Kamis, 10 Februari 2022 – 10:52 WIB
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memantau kesiapan menghadapi gempa bumi dan tsunami Bandara Ngurah Rai, Bali, Selasa (1/2/2022). (ANTARA/HO-BMKG)

jpnn.com, DENPASAR - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan gempa dan tsunami yang sewaktu-waktu bisa terjadi dan berpotensi menghantam Bandara Ngurah Rai, Bali.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan keberadaan Bandara Ngurah Rai sangat vital bagi Indonesia, karena merupakan pintu masuk utama bagi para wisatawan dari berbagai negara.

BACA JUGA: BMKG Minta Warga Jakarta Waspada Siang Hingga Sore Nanti

Dia menyebut Bali juga merupakan salah satu destinasi wisata andalan Indonesia dan menjadi favorit wisatawan dunia. Selain itu, berbagai agenda internasional sering diadakan di Pulau Dewata.

"Jarak bandara dengan bibir pantai nol meter dan ini sangat berpotensi besar tersapu tsunami, jika sewaktu-waktu gempa besar melanda Bali,” ujar Dwikorita dalam siaran pers terkait kunjungannya ke Bali, Kamis (10/2).

BACA JUGA: Fakta soal Cincin di Jari Fatimah yang Tewas Kecelakaan Bersama AKP Novandi

Dwikorita memaparkan sedikitnya ada tiga upaya yang dilakukan BMKG guna mengantisipasi ancaman bencana tersebut, yaitu meningkatkan akurasi pemodelan terkait dengan bahaya tsunami.

Hal itu dilakukan mengingat bandara itu berada di pesisir pantai yang berhadapan dengan sumber gempa berpotensi tsunami atau terjadinya megathrust selatan Bali.

BACA JUGA: Konflik Desa Wadas, Luqman Ingatkan Keputusan Muktamar NU, Haram Merampas Tanah Rakyat

Kedua, memasang sistem penerima informasi gempa bumi dan tsunami (WRS New Generation) yang akan diintegrasikan ke dalam sistem yang ada di command center Bandara Ngurah Rai.

Menurut Dwikorita, WRS memungkinkan masyarakat dan seluruh pengguna bandara mengetahui adanya gempa bumi dan potensi terjadinya tsunami dalam waktu kurang dari 5 menit atau sekitar 2-4 menit.

Ketiga, BMKG akan mengedukasi stakeholder dan petugas yang terkait dengan penyelamatan di bandara, dengan cara melatih serta menyelenggarakan drill atau simulasi evakuasi terkait dengan respons informasi gempa dan tsunami secara cepat dan tepat, untuk upaya penyelamatan.

Dia menekankan bahwa mitigasi bencana juga harus dilakukan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota setempat untuk makin meminimalkan dampak kerugian dan korban jiwa.

"Mengingat, di lokasi sekitar bandara juga terdapat banyak kawasan ekonomi dan permukiman penduduk,” ucapnya.

Dwikorita menyebut realita ini hendaknya menjadi catatan bagi pemerintah dan semua pihak saat hendak membangun infrastruktur. Sebab, wilayah Indonesia berada di lingkaran cincin api sehingga rawan terjadinya gempa bumi dan tsunami.

BACA JUGA: Aksi Bripka Oktavianus Bikin Bangga Polri, Irjen Iqbal Siap Memberi Surat Sakti

Idealnya, kata dia, pembangunan berbagai fasilitas publik diarahkan di wilayah yang aman dari bencana untuk menghindari korban jiwa dan kerugian.

Dalam kunjungannya ke Bandara Ngurah Rai, Dwikorita juga memastikan seluruh peralatan observasi cuaca penunjang keselamatan penerbangan di fasilitas itu dalam keadaan baik.

Langkah itu dilakukan BMKG bersama instansi terkait karena Bali akan menjadi tuan rumah KTT G20 pada Oktober mendatang.

"BMKG pun telah melakukan berbagai persiapan, karena bandara ini selama penyelenggaraan akan sangat sibuk. Semua alat terus dicek guna memastikan berjalan prima guna menghasilkan data yang akurat, cepat, dan tepat,” ujar Dwikorita. (ant/fat/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler