jpnn.com - JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu memuji keberanian I Gusti Putu Artha yang secara jujur mengakui bahwa Basuki T Purnama alias Ahok bakal memilih jalur partai politik untuk maju pada pemilihan gubernur DKI Jakarta. Padahal, Putu adalah penasihat pendukung Basuki yang tergabung dalam Teman Ahok.
Sebelumnya, Putu dalam sebuah percakapan grup WhatsApp mengakui kebenaran berbagai pernyataan Adian tentang Ahok. Adian pun menyebut Putu pantas dijadikan teladan bagi Teman Ahok.
BACA JUGA: Ini Alasan Fahri Hamzah Melaporkan Elite PKS Ke MKD dan Pengadilan
"Sikap Putu Artha adalah satria yang harus diikuti oleh Teman Ahok lainnya. Karena kejujurannya, maka Putu Artha seharusnya tidak sekadar menjadi penasihat politik tapi juga menjadi teladan moral politik bagi Teman Ahok," ujar Adian, Rabu (20/7).
Meski demikian Adian mengatakan bahwa dirinya selama ini tidak pernah berbicara di publik terkait kecenderungan Ahok memilih jalur partai. Karena itu Adian merasa klarifikasi Putu Artha terlalu dipaksakan dan tidak sesuai fakta.
BACA JUGA: Hasil Sidang Kasus 65, Luhut: Orang Lain Tidak Bisa Dikte Indonesia!
"Pernyataan pertama saya terkait Ahok, dalam kapasitas saya sebagai orang yang diminta menyampaikan pesan dan arahan Presiden Jokowi pada Ahok, agar (maju,red) melalui jalur partai," ujar Adian.
Guna menindaklanjuti keinginan Presiden Jokowi itu, Adian, telah berulang kali menyampaikannya ke Ahok. Terakhir kali Adian menyampaikan pesan yang sama di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur saat Ahok menjemput Jokowi yang baru pulang dari Rusia.
BACA JUGA: Santoso Ditembak Mati, Fadli Zon Apresisasi Kekompakan TNI - Polri
Selain terkait keinginan presiden, Adian mengatakan, pernyataan ke media lebih pada kritikan terhadap konsistensi tentang independensi Teman Ahok, biaya pengumpulan KTP, serta validitas sejuta KTP untuk Ahok.
Adian juga menyinggung soal keuntungan penjualan merchandise pro-Ahok yang mencapai 1300 persen dalam satu tahun, termasuk mempertanyakan upah kerja para relawan Teman Ahok yang mencapai Rp 2,5 juta per bulan beserta peralatan operasional. Antara lain handphone, laptop dan printer yang bisa mencapai puluhan juta rupiah.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Tiga Pertanyaan yang Membuat Hakim Menunda Sidang Jessica
Redaktur : Tim Redaksi