jpnn.com - HILVERSUM, radio milik Belanda berkali-kali menuding Bang Golok penghasut nomor wahid.
========
BACA JUGA: BELUM BANYAK DIKETAHUI...WR Supratman Kencani Janda Soeharto
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
========
BACA JUGA: Hikayat Cengkeh
Nama sebenarnya Siti Danilah Salim. Adik Haji Agus Salim ini lahir di Tanjung Pinang, Riau, Sumatera Tengah, 21 Desember 1897.
"Daerah saya merupakan tempat asal-usul bahasa Indonesia," tuturnya sebagaimana ditulis Mustafa, BSc dan K. Usman dalam buku Sumbangsihku Bagi Pertiwi.
BACA JUGA: Kroeng Rabaââ¬Â¦Dari Sumpah Pemuda hingga Aceh Sumbang Pesawat untuk Indonesia
Umur 17 tahun dia merantau ke Batavia dan bekerja di Bea Cukai.
"Batavia atau Jakarta, belum seramai sekarang. Pimpinan saya orang Belanda totok. Sayalah satu-satunya gadis pribumi Indonesia yang bekerja di kantor milik pemerintah kolonial itu," kenangnya.
Wartawan
Pada 1918, saat berusia 20 tahun dia pindah bekerja di percetakan De Evolutie, milik seorang saudagar Minang, Datuk Tumenggung.
Dia bertugas memeriksa dan mengoreksi naskah-naskah yang mau naik cetak. Di samping buku karangan, koran Neraca dan majalah Jong Sumatera dicetak di sini.
Pekerjaan barunya ini merubah jalan hidupnya di kemudian hari. Gara-gara keseringan memeriksa naskah dia jadi kecantol dunia wartawan.
Maka mulailah Danilah menulis di majalah Jong Sumatera, dengan nama samaran Kemuning.
Dia juga bergabung dengan Jong Sumateranen Bond, organisasi yang menerbitkan majalah itu.
Tak sekadar kecantol dengan dunia wartawan, Danilah juga kecantol pada wartawan.
Sehari sebelum Jepang, dia nikah dengan Syamsuddin Sutan Makmur, wartawan terkemuka Cahaya Timur pimpinan Parada Harahap
Bang Golok
Di penghujung kekuasaan Jepang, suaminya mengambil alih percetakan milik Jepang di Jakarta dan mendirikan koran Harian Rakyat.
Di Harian Rakyat, Danilah mengasuh rubrik Pojok dengan nama samaran Bang Golok.
Tulisan-tulisan Bang Golok memang setajam golok. Belanda yang kembali datang merongrong kemerdekaan Indonesia pun dibuat marah.
"Timbul reaksi dari radio milik Belanda, pemancar radio Hilversum. Kecamannya pedas bukan kepalang. Bang Golok dituduhnya sebagai penghasut kelas satu agar bangsa Indonesia bersatu berontak melawan Belanda," dilansir dari buku Sumbangsihku Bagi Pertiwi.
Menurut cerita langsung dari Danilah, Bang Golok memang kerap menyeru…
Rakyat Indonesia agar bersatu padu meyusun kekuatan. Jangan mau kita dijajah lagi, sebab kita adalah bangsa yang besar, itulah antara lain karangan saya… (wow/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lamira...Kembang Desa Surabaya yang Terbuang ke Belanda Gara-gara Indonesia Merdeka
Redaktur : Tim Redaksi