jpnn.com, JAKARTA - Ketua Program Studi Kajian Terorisme Sekolah Kajian Strategik dan Global Universitas Indonesia (UI) Muhammad Syauqillah mengatakan bahwa terorisme bukan ajaran agama mana pun. Dalam Islam, kata Syauqillah, aksi teror sangat bertentangan dengan inti ajaran yang mengedepankan penjagaan terhadap kehidupan.
“Kalau di Indonesia, misalnya, mayoritas bergama muslim, di India dan Myanmar itu Hindu dan Buddha. Kalau tengok ke negara-negara lain, memang terorisme itu tidak dimonopoli atau milik agama-agama tertentu,” ujar Syauqillah dalam acara Inspirasi Sahur Islam dan Kebangsaan bertema “Terorisme Bukan Ajaran Agama” yang disiarkan melalui akun bknpusat PDI Perjuangan di YouTube, Sabtu (8/5) saat waktu sahur. Acara dipandu Muhammad Putri Novalianota.
BACA JUGA: Ahmad Basarah: Rata-rata 2 Aksi Teror Terjadi Tiap Bulan di Indonesia
Syauqillah mencontohkan ada terorisme berbasis supremasi kulit putih, seperti yang baru-baru ini terjadi di Amerika Serikat. Selain itu, lanjut dia, ada pula yang berbasis etnonasionalism, seperti yang dilakukan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang ada di Kurdi, Suriah atau Turki.
"Ada juga yang terkait dengan gerakan right wing atau left wing seperti yang terjadi di Amerika Latin atau negara-negara lain,” ungkap Syauqillah lagi.
BACA JUGA: Australia Waspadai Ancaman Teror dari Kelompok Kanan dan Islam
Dia menjelaskan fokus di Indonesia terkait aksi teror berdasarkan latar belakang agama, itu keliru. Banyak pihak yang menafsirkan ayat-ayat tentang perang yang tidak kontekstual.
Konteks Indonesia adalah negara yang darussalam atau damai, bukan dalam keadaan perang. Namun demikian, kelompok-kelompok takviri dan salafi jihadi mengembangkan narasi-narasi perang di Indonesia.
BACA JUGA: Perkembangan Terbaru Penyidikan Kasus Terorisme yang Menyeret Munarman
“Padahal, arti jihad itu sungguh-sungguh. Jadi, kalau konteks Indonesia yang damai ini bukan perang bentuk jihadnya, tetapi sungguh-sungguh menjaga kedamaian, sungguh-sungguh bekerja, sungguh-sungguh menolong terhadap sesama, itu jihad,” jelas Syauqillah.
Karena itu, dia menilai teror bukan bagian jihad. Apalagi ajaran Islam mengedepankan kehidupan dan mengharamkan pembunuhan.
“Membunuh satu orang saja itu artinya membunuh kehidupan, membunuh umat manusia. Jadi, melakukan teror yang membunuh orang jelas menyalahi inti dari ajaran agama,” lanjut Syauqillah.
Dia berpesan kaum muda mengantisipasi perkembangan perekrutan teroris era saat ini.
Menurutnya, saat ini, metode yang diginakan bukan saja luring, tetapi juga daring.
"Jadi, senjata anak muda untuk menghadapi itu adalah kritis setiap menerima informasi dari media apa pun itu," kata dia. (tan/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga