jpnn.com - JAKARTA - Gagasan tentang Islam Nusantara yang jadi tema besar Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama, mendapat apresiasi dunia internasional. Hal itu setidaknya tergambar dari diangkatnya tema terkait dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), beberapa waktu lalu.
"Iya, alhamdulillah, saya juga sudah dengar soal itu," kata Ketua Umum Tanfidziyah PB NU KH Said Aqil Siroj, di kantor PB NU, Jl. Kramat Raya, Jakarta, kemarin (12/7).
BACA JUGA: Hindari Istilah Kriminalisasi, KY Merasa Kesalahannya Terus Dicari
Bagaimanapun, lanjut dia, fakta tersebut merupakan suatu hal yang menggembirakan. Termasuk, bagi masyarakat Indonesia. Sebab, menurut dia, dengan demikian dunia luar bisa turut mendengarkan lebih dalam soal Islam di Indonesia yang penerapannya bisa jadi berbeda dengan sejumlah negara lain. Semisal, di Arab Saudi. "Kedepan, Indonesia mungkin akan bisa menjadi contoh," lanjutnya.
Lebih lanjut, Said Aqil berharap sejumlah pihak di dalam negeri yang masih mempertanyakan gagasan Islam Nusantara untuk tidak lagi memandang negatif ide tersebut. "Saya tegaskan lagi, Islam Nusantara bukan agama baru, bukan juga aliran baru," imbuhnya.
Secara garis besar, menurut dia, Islam Nusantara tidak akan mengajarkan seseorang menjadi radikal. "Tidak akan mengajarkan permusuhan dan kebencian. Tapi, mengajarkan Islam yang ramah dan bisa berjalan seiring dengan budaya peradaban di Indonesia yang juga santun," paparnya.
Kabar tentang diskusi tentang wajah Islam moderat di Indonesia di markas besar PBB, di New York, sempat dikutip salah satunya oleh situs www.voaindonesia.com. Diskusi yang dilaksanakan 7 Juli 2015 lalu tersebut diikuti oleh sejumlah pemuka agama, pengamat, diplomat, serta tokoh masyarakat dari sejumlah negara.
"Yang jelas, Islam di Indonesia itu sangat berbeda dengan Islam di Timur Tengah, dan itu akan diperkokoh dalam muktamar NU dalam waktu dekat," tandas Said Aqil.
Sebagaimana diketahui, muktamar ke-33 NU akan dilaksanakan di Jombang, Jawa Timur, pada 1 - 5 Agustus mendatang. Selain sebagai ajang suksesi kepemimpinan, forum permusyawaratan tertinggi di Nahdlatul Ulama itu juga didesain untuk menelurkan sejumlah rekomendasi. Selain utamanya masalah-masalah keagamaan, rekomendasi juga akan menyentuh pula persoalan-persoalan kebangsaan dan dunia. (dyn)
BACA JUGA: Pemudik Ini Puji Pelayanan KAI terkait Pembelian Tiket
BACA JUGA: Innalillahi, Pemudik Ini Tewas dalam Bus
BACA ARTIKEL LAINNYA... 35 Ribu Kendaraan Mudik Melintasi di Daerah Ini
Redaktur : Tim Redaksi