jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo bangga dengan prestasi yang diraih Dokter Gigi Priscilla Daniego Pahlawan.
Dokter gigi berparas manis ini baru saja meraih juara kedua dalam lomba karya ilmiah tingkat Asia Pasifik di "Global Clinical Case Contest 2017/2018" di Singapura.
BACA JUGA: Pengawasan Lemah Picu Banyak Travel Umrah Nakal
Prestasi tersebut membuktikan kemajuan bidang medis di Indonesia tidak kalah dengan negara lain.
“Selama ini perkembangan dunia medis kita kerap dipandang sebelah mata. Masyarakat Indonesia sendiri masih banyak yang memilih berobat keluar negeri. Prestasi yang diraih oleh Priscilla ini membuka mata kita dan dunia, bahwa bidang medis di Indonesia tidak boleh diremehkan,” ujar Bamsoet saat menerima Priscilla di ruang kerja Ketua DPR, Jakarta, Rabu (18/4).
BACA JUGA: DPR Minta Facebook Serahkan Perjanjian dengan Pihak Ketiga
Bamsoet berharap keberhasilan Priscilla bisa memacu kaum millenial untuk menekuni dengan serius studi atau bidang tengah digeluti. Dengan belajar dan berusaha dengan tekun, tidak sukar untuk meraih prestasi.
“Kemenangan ini bukan hanya kemenangan Priscilla semata. Tetapi, merupakan kemenangan seluruh bangsa Indonesia. Kita patut apresiasi, sehingga dapat menjadi motivasi bagi kaum muda lainnya,” kata Bamsoet.
BACA JUGA: DPR Minta Pemerintah Kaji Ulang Rencana Datangkan 200 Dosen
Bamsoet menegaskan, keberhasilan Priscilla bisa menjadi salah satu barometer bahwa dunia pendidikan dan dosen dalam negeri memiliki kualitas tinggi. Karenanya, kebijakan mendatangkan dosen dari luar negeri patut dipertimbang secara matang.
“Menteri Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi pernah mengatakan Indonesia memerlukan 200 tenaga dosen asing. Tujuannya, agar pendidikan Indonesia bisa masuk reputasi dunia. Kebijakan ini tentu harus dilakukan secara cermat dan selektif,” tutur Bamsoet.
Politikus Partai Golkar ini mensyaratkan beberapa hal jika pemerintah ingin mengimpor dosen dari luar negeri.
Utamanya, dosen asing harus memiliki kualitas yang jauh lebih tinggi dari pengajar lokal.
“Harus juga dibuat batasan jangka waktu tertentu bagi dosen asing untuk bisa mengajar di Indonesia. Kita juga harus minta para dosen tersebut mampu memberikan nilai tambah bagi kemajuan pendidikan Indonesia,” tandas Bamsoet.
Priscilla saat ini sedang menempuh pendidikan dokter spesialis konservasi gigi di Universitas Padjajaran.
Dalam Global Clinical Case Contest 2017/2018 di Singapura, ia membawa tema "The Digital Smile Design" dengan judul "Memperbaiki gigi geligi rahang atas dengan direct komposit dengan ceram X speretec universal."
“Setiap orang tentu ingin memiliki senyum ideal. Tetapi, tidak semua orang memiliki bagian gigi, mulut, rahang, hingga jaringan pendukung gigi dengan kondisi yang bagus. Nah, the digital smile design ini, merupakan upaya rehabilitasi satu mulut dengan kondisi kerusakan gigi yang belum begitu parah. Seperti mengubah bentuk geligi, tetapi dengan perhitungan tersendiri,” papar Pia, begitu Priscilla biasa dipanggil.
Pia menuturkan, tahapan yang dilakukan adalah membuat foto klinis terlebih dahulu. Hasilnya, akan dijelaskan kepada pasien. Pasien kemudian diminta mengisi kuesioner dari aplikasi perencana digital 'Visagismile' untuk membuat preferensi akhir bentuk gigi.
“Proses berikutnya adalah pembuatan geligi baru dengan sentuhan seni. Kenapa disebut seni? Karena pembuatan geligi baru tersebut tidak semuanya memakai alat cetak,” jelas Pia.
Pertengahan tahun ini Pia akan mengikuti kejuaran estetika gigi tingkat dunia di Jerman.
Perempuan berusia 30 tahun ini berharap bisa memenangkan kejuaraan tersebut untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia.
“Saya mengharapkan doa dan dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia agar bisa menjadi juara dalam kontes estetika gigi tingkat dunia. Semoga ilmu yang saya dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dan memajukan dunia kedokteran gigi di Indonesia,” pungkas Pia. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR Terima Aduan Terkait HGU PT Cemerlang Abadi
Redaktur & Reporter : Natalia