Bangkitkan Nasionalisme Lewat Goresan Kanvas

Selasa, 06 Agustus 2013 – 02:35 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Indonesia memiliki seniman yang mampu membangkitkan kecintaan masyarakat terhadap Tanah Air dan nasionalisme. Dia adalah Yarno yang kini sudah mengantongi banyak penghargaan. Melalui sentuhan tangan dinginnya, ia kini menuju menjadi pelukis tenar.

"Yarno pernah mendapat penghargaan The Best Watercolor ISI Jogjakarta (1995) dan Minister of Tourism Award (1998) itu memiliki potensi untuk bisa mendunia," kata Direktur Galeri Apik Rahmat di Jakarta.

BACA JUGA: Inilah Jadwal Mudik dan Balik Gratis Kapal TNI

Yarno dinilai mampu go Internasional dengan karya seni hasil karya anak bangsa. Setelah sukses dengan pameran tunggalnya bertema Ultimate City tahun lalu, Yarno kembali sukses pikat kolektor seni pada pameran tunggal Reborn yang diusung Galeri Apik di Bazaar Art Jakarta (BAJ) 2013, Hotel Ritz Carlton, Jakarta, belum lama ini.

Bersaing dengan seniman dari galeri lain di BAJ, tak mampu membendung keinginan kolektor benda seni untuk memiliki 1 dari 9 karya seniman kelahiran Pagar Alam, Sumatera Selatan itu.

BACA JUGA: Pemboman Vihara Dianggap Nodai Kesucian Ramadan

''Waktu pameran tunggal Yarno tahun lalu, karya Yarno masih membutuhkan waktu 6 bulan sampai akhirnya tuntas terbeli kolektor seni. Tahun ini di 4 hari pelaksanaan BAJ, galeri kami berhasil menjual habis 9 karya Yarno. Luar biasa,'' paparnya.

Menurutnya, sepanjang tour de artnya selama ini, tidak banyak seniman yang bisa melaju sedemikian pesat seperti Yarno. Wajar saja, kalau karya Yarno disambut hangat kolektor seni di London (Inggris), Seoul (Korea), Jepang, Australia, Singapura, dan Tiongkok.

BACA JUGA: Negara Lalai Beri Jaminan Keamanan pada Rakyatnya

Awalnya, lanjut Rahmat, saya juga tidak menyangka public seni bisa menerima karya Yarno begitu cepat. Pada Maret 2010, karya Yarno masih Rp9 jutaan. Lalu naik terus di akhir 2011 menjadi Rp 18 juta.

"Di pertengahan 2012 sudah naik lagi menjadi Rp25 juta. Dan minggu lalu, karya Yarno sudah laku di kolektor seni dengan harga Rp35-50 jutaan,'' ulasnya.

Itu menandakan, bahwa kolektor seni, baik dari Indonesia maupun mancanegara melihat potensi yang besar dalam karya Yarno. Karya lukis Yarno sesungguhnya simpel, namun eye catching dengan warna-warna merah bata, fuchia, abu-abu, dan merah yang kalaupun dilihat oleh masyarakat awam sekalipun mampu menjadi magnet.

Pesan apa sebenarnya yang mau disampaikan pelukis jebolan ISI Jogjakarta itu kepada pecinta seni? Lukisannya banyak dianggap pecinta seni unik karena objek gambar binatang yang ada pada karya lukis Yarno bukannya berada di tengah pepohonan hijau, tapi diantara pipa-pipa besi dan cerobong asap sebagai simbol industrialisasi.

Dia juga menggambarkan bagaimana ikan-ikan di sungai mencoba bertahan hidup diantara lautan sampah. Itu adalah gambaran sekilas sejumlah karya pelukis surealis itu dalam menunjukkan kegelisahannya melihat ekosistem alam yang semakin tidak seimbang.

Pengalaman hidup di masa kecil dengan kerimbunan pohon dan binatang liar di sekitarnya membuat Yarno kangen. Dia kini mengaku sulit melihat rimbunnya pohon dan berbagai jenis binatang hutan, karena kian parahnya kerusakan alam.

Pesatnya industrialisasi dan urbanisasi, membuat manusia lupa untuk ''bersahabat'' lagi dengan alam. ''Lukisan saya memang bermakna kritik sosial. Tujuannya untuk keseimbangan kita sendiri.  Masalah global warming yang saat ini ada bukan lagi menjadi isu, melainkan ancaman,'' kritis Yarno. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kepolisian Dituntut Berikan Jaminan Keamanan Beribadah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler