jpnn.com, BANJARMASIN - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Selatan merespons keras terkait bencana banjir yang menerjang Kalsel saat ini.
Menurut Walhi, banjir di Kalsrl tak lepas akibat degradasi lingkungan.
BACA JUGA: Dikepung Banjir, Banjarmasin Siaga Darurat, Korban Berjatuhan
“Selain karena cuaca ekstrem, banjir tak lepas akibat degradasi lingkungan,” kata Direktur Eksekutif Walhi Kalsel Kisworo Dwi Cahyono.
Dari laporan Walhi, Kalsel terdapat 814 lubang milik 157 perusahaan tambang batu bara.
BACA JUGA: Kalsel Dilanda Banjir, Sulbar Diguncang Gempa, Irwan Minta Pemerintah Lebih Responsif
Sebagian lubang berstatus aktif, dan sebagian lagi telah ditinggalkan tanpa reklamasi.
“Dari 3,7 juta hektare total luas lahan di Kalsel, nyaris 50 persen di antaranya sudah dikuasai oleh perizinan tambang dan kelapa sawit,” tambah Kisworo.
BACA JUGA: Hujan Deras Mengguyur, Kota Seribu Sungai Pun tak Kuasa Membendung Banjir
Menurutnya, rusaknya ekosistem alam di daerah hulu yang berfungsi sebagai area tangkapan air atau catchment area menyebabkan kelebihan air di daerah hilir yang berujung pada banjir.
"Dan ini sudah sering saya sampaikan bahwa Kalsel ini darurat ruang dan darurat bencana ekologis,” tegasnya.
Terkait penanganan bencana banjir yang terjadi saat ini, ia mendesak agar pemerintah terutama Gubernur Kalsel beserta Bupati dan Wali Kota segera turun tangan untuk bertindak.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor pun telah meningkatkan status dari siaga darurat menjadi tanggap darurat menyusul banjir besar yang terjadi.
"Dengan ini menetapkan dan meningkatkan Status Siaga Darurat bencana banjir, tanah longsor, angin puting beliung, dan gelombang pasang, menjadi Status Tanggap Darurat di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2021," bunyi surat edaran Gubernur tertanggal 14 Januari 2021.
"Dalam peristiwa banjir besar ini, terdapat setidaknya 13 kabupaten/kota dengan risiko tinggi terhadap bencana-bencana yang disebutkan tersebut. Ini dikhawatirkan akan berdampak terhadap terganggunya aktivitas ekonomi, sosial, dan kesehatan masyarakat." (ris/mof/ran/ema/radarbanjarmasin)
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha