jpnn.com - JAKARTA - Eskalasi banjir di Jakarta semakin meningkat. Hujan yang mengguyur dalam dua hari terakhir meningkatkan debit air sejumlah sungai yang membelah ibu kota. Hasilnya, sungai meluap dan banjir pun menggenangi beberapa kawasan Jakarta. Terutama daerah-daerah yang selama ini memang menjadi langganan banjir.
Salah satu kawasan yang paling parah diterpa banjir adalah Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara. Ratusan rumah di RW 01, RW 04, dan RW 05 di kelurahan tersebut terendam dengan ketinggian air 50 cm"100 cm. Kondisi itu mengakibatkan 1.600 kepala keluarga (KK) harus rela membagi tempat tinggal mereka dengan banjir.
BACA JUGA: Penyaluran Bantuan Korban Banjir Terhambat Data
Camat Penjaringan Rusdiyanto mengatakan, air mulai masuk ke permukiman warga kemarin dini hari (13/1). Ketinggian air terus merangkak naik hingga 1 meter. Sekitar 2.600 jiwa terancam harus mengungsi jika ketinggian air terus naik. Tim Satgas Banjir Pemkot Jakarta Utara telah menyiapkan empat lokasi pengungsian. Petugas juga menyiapkan lima tenda pengungsian untuk menampung warga.
"Sampai saat ini, baru 48 jiwa yang mengungsi di SDN 01 dan SDN 02. Kami tetap menyiapkan tempat pengungsian yang cukup untuk menampung semua warga," jelasnya.
BACA JUGA: Cawang Masih Terendam Banjir 4 Meter
Sejumlah wilayah di Jakarta Timur juga terendam banjir dengan ketinggian air 30 sentimeter hingga 4 meter. Hal itu memaksa warga mengungsi. Namun, tidak sedikit warga yang bertahan di rumah.
Di Posko Sudinkes Jaktim, ada sekitar 1.000 pengungsi. Mereka berdesakan di dua ruangan bawah dan atas. Di pintu masuk, terdapat pemeriksaan kesehatan. Banyak pengungsi yang mengeluhkan kulit gatal-gatal.
BACA JUGA: 14.069 Rumah di Bekasi Terendam Banjir
Masairah, 63, warga RT 12/08, mengungsi sejak semalam. Dia hanya berdua dengan Darpan, 86, suaminya, yang tidak bisa berjalan karena stroke. "Suami saya langsung mendapat pengobatan," ujarnya.
Tidak semua pengungsi langsung mendapat bantuan. Iwan, 37, warga RT 11, Kebon Pala, mengatakan, belum ada bantuan pemerintah. Sejak mengungsi Minggu malam (12/1), dia membeli makanan sendiri. Selain itu, kondisinya harus berdesak-desakan. Terbatasnya lokasi membuat prioritas untuk anak-anak dan perempuan. Air bersih juga terbatas. "Konsumsi belum ada," ujarnya.
Wali Kota Jaktim Krisdianto mengungkapkan, 16.000 warga menjadi korban banjir di wilayahnya. Hingga kemarin sore, baru 1.800 jiwa yang dievakuasi ke pengungsian. "Mereka berada di posko banjir di 64 kelurahan dan 44 kecamatan," katanya.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memantau ketinggian debit air di beberapa pintu air. Beberapa yang sudah dikunjungi adalah pintu air Manggarai, Jembatan Merah, dan Sawah Besar. Khusus untuk Jembatan Merah, pintu air dibuka secara perlahan. "Pembukaan dilakukan untuk menampung debit air yang mengalir dari pintu air Manggarai," ujar Jokowi kepada wartawan di balai kota kemarin.
Jokowi menambahkan, pembukaan pintu air Jembatan Merah juga dimaksudkan agar air tidak masuk ke Istana Negara. Hal itu berdasar pelajaran tahun lalu, ketika banjir juga menerjang Istana Negara dengan ketinggian air 20 cm. "Ini bakal bisa menampung air sehingga tidak masuk ke istana," jelas dia.
Untuk mengurangi dampak banjir, pemerintah Jakarta menyiagakan tujuh pompa di Kali Pakin, Jakarta Utara. Empat di antaranya adalah pompa lama yang sudah diperbaiki dan tiga lainnya merupakan pompa baru. Jika Kali Pakin surut, air yang mengalir ke Istana Negara diharapkan bisa dialihkan melalui kali itu. Dari sana, air langsung menuju Waduk Pluit, kemudian dibuang ke laut. (syn/den/fai/c7/ca)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PU Klaim Siap Hadapi Banjir Tahun Ini
Redaktur : Tim Redaksi