jpnn.com, JAKARTA - Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia Doddy Zulverdi mengatakan, posisi rupiah yang sempat menyentuh Rp 15 ribu per dolar Amerika Serikat tidak bisa disamakan dengan kondisi pada 1998.
"Nilai tukar itu adalah salah satu indikator ekonomi yang namanya relative price, yaitu harga relatif. Dia tidak bisa dilihat sebagai angka absolut," kata Doddy, Senin (10/9).
BACA JUGA: Cadangan Devisa Terendah sejak Januari 2017
Dia menambahkan, posisi rupiah yang menyentuh Rp 15 ribu pada saat ini berbeda dengan krisis 1998 silam.
“Jangan serta-merta disamakan. Ini salah satu pemahanan yang harus kita tanamkan ke berbagai pihak," tambah Doddy.
BACA JUGA: Harga Kebutuhan Pokok Terjaga, Isu Rupiah Jadi Tak Berguna
Doddy menuturkan, kesalahan berbagai pihak saat ini adalah melihat nilai tukar mata uang sebagai angka psikologis.
Padahal, kata dia, nilai tukar mata uang seharusnya yang dilihat pergerakan angkanya.
BACA JUGA: Pelemahan Rupiah Untungkan Pengembang Properti
"Di Australia, Korea, Malaysia, Thailand, nilai tukar bergerak itu nyaris tidak pernah jadi berita besar, kecuali perubahannya sangat cepat. Orang tidak melihatnya sebagai angka psikologis, tetapi seberapa cepat bergeraknya,” ujar Doddy. (uji/jpc/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rupiah Lemah, Usaha Sablon Mulai Gelisah
Redaktur & Reporter : Ragil