Ketua Forum Komunikasi Industri Hulu Migas Jatim Hamim Tohari mengatakan, tahap eksplorasi migas memang membutuhkan dana yang besar
BACA JUGA: 2014 Target Industri Kreatif, Regulasi Menghambat Dibabat
Dia mencontohkan biaya eksplorasi di darat saja bisa mencapai USD 7 juta - USD 10 jutaBACA JUGA: Tandingi Petronas, BUMN Bangun Tower 100 Lantai
Sementara untuk biaya eksplorasi migas di laut dalam bisa merogoh dana hingga USD 100 juta."Besarnya dana sering menyebabkan kalangan perbankan ciut
BACA JUGA: Bursa Dilanda Aksi Jual
Kalaupun dapat belum tentu tingkat keekonomiannya sebanding dengan modalnya," ungkapnya.Dia menuturkan, pihak perbankan yang masuk ke industri hulu migas lebih banyak untuk melakukan pembiayaan penunjangMisalnya untuk pipa-pipa migasPadahal, masuknya perbankan dalam industri hulu migas bisa menjadi angin segar bagi pengusaha lokal agar berani mencari sumur-sumur baru. "Contohnya Medco, industri migas pengusaha lokal yang mendapatkan pembiayaan perbankan mulai tahap eksplorasi hingga pengembangan," katanya.
Kepala BP Migas R Priyono menyatakan, sektor hulu migas yang padat modal memang memiliki potensi besar untuk menggerakkan roda ekonomi nasionalDalam lima tahun terakhir, investasi industri hulu migas mencapai USD 55 miliar, atau rata-rata USD 11 miliar setiap tahunDia berharap perbankan nasional tidak hanya memfasilitasi transaksi dalam industri hulu migas, tetapi juga terlibat dalam pembiayaan proyek-proyek hulu migas"Kami mendorong bank-bank nasional, terutama bank-bank BUMN untuk berani membiayai kegiatan-kegiatan hulu migas yang aman," paparnya.
Di Jatim, saat ini terdapat 26 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang masih dalam tahap eksplorasiSementara KKKS yang sudah melakukan eksploitasi sumur migas hanya sembilanDi antaranya Pertamina Hulu Energi (PHE) West Madura Offshore (WMO), Camar Resource Canada (CRC), Santos Madura Offshore, Santos Sampang, JOBPPEJ (Join Operating Body Pertamina Petrochina East Java), HESS, PT Pertamina Eksplorasi Produksi, Kangean Energi Indonesia (KEI), dan Lapindo Brantas.
Sembilan KKKS tersebut memproduksi gas 457 juta kaki kubik per hari (mmscfd)Jauh dari permintaan gas Jatim yang mencapai 872 mmscfd"Kalaupun 35 KKKS tadi berproduksi, masih belum bisa memenuhi permintaan gas yang tentunya naik terus," ujar Kepala Dinas ESDM Pemprov Jatim Dewi JPutriatni(gal/fat)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Daerah Latah, Promosi Susah
Redaktur : Tim Redaksi