jpnn.com, JAKARTA - Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dituntut menerapkan strategi yang adaptif seiring dinamisnya industri digital di masa pandemi COVID-19.
Hal itu penting agar pelaku UMKM tetap mampu mengembangkan usaha dan bisa memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat.
BACA JUGA: Ini Cara agar Pelaku UMKM bisa Tembus Pasar Global
Terkait dengan hal tersebut, Bank Mandiri dan Yokke menggandeng Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) menggelar Virtual Workshop bertajuk “Transformasi Digital UMKM Merah Putih” di Jakarta, Rabu (13/10), dengan mengundang ribuan peserta pelaku UMKM.
Virtual workshop dan pelatihan berikutnya akan digelar di sejumlah wilayah hingga 28 Oktober 2021.
BACA JUGA: Teten Masduki Puji Komitmen Perusahaan ini Menggerakkan Transformasi Digital UMKM
SEVP Micro & Consumer Finance Bank Mandiri Josephus K. Triprakoso mengatakan kegiatan ini sejalan dengan upaya pemerintah mendorong lebih banyak pelaku UMKM untuk bertransformasi ke platform digital.
“Apalagi saat ini perkembangan UMKM Digital pun makin masif,” ucapnya
BACA JUGA: Datuk Seri Al Azhar Meninggal Dunia, Brigjen TNI Syech Ismed: Beliau Peduli Adat
Data Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan jumlah UMKM yang sudah onboarding ke dalam ekosistem digital mencapai 15,9 juta atau 24,9% dari total pelaku UMKM yang sekitar 65 juta unit.
Padahal, sebelum pandemi Covid-19 pelaku UMKM yang terhubung dalam platform digital baru sebanyak 8 juta UMKM. Pemerintah menargetkan 30 juta UMKM onboarding digital pada tahun 2024 nanti.
Dikatakan, perlu terobosan dan inovasi untuk mengembangkan UMKM dalam negeri agar bisa bersaing. Salah satunya adalah dengan upaya digitalisasi. Oleh karena itu, pemerintah mengajak para pelaku ekonomi dan juga pelaku startup, berpartisipasi secara aktif mendukung proses digitalisasi ini.
Josephus mengatakan, perkembangan digital yang pesat dan masif harus disambut sebagai momentum untuk beradaptasi agar bisnis dapat tumbuh lebih cepat dan mampu bersaing, meski masih dibayangi pandemi.
“Kami berharap UMKM bisa bangkit dan naik kelas agar bersama-sama mendukung upaya pemulihan ekonomi," ujar Josephus.
Dikatakan, sebagai agent of development Bank Mandiri secara bank only telah menyalurkan pembiayaan ke sektor UMKM hingga Rp 114,58 triliun hingga akhir Agustus lalu, atau tumbuh 18,52 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Dari nilai tersebut, penyaluran pembiayaan yang dilakukan secara online telah mencapai Rp 22,9 miliar yang telah diberikan kepada seller online mitra eCommerce.
Josephus menambahkan, saat ini dunia digital terus bergerak ke arah yang semakin canggih.
“Untuk itu pelaku usaha secara aktif perlu menambah ilmu dan wawasan agar tak ketinggalan atau kalah saing. Apalagi, potensi ekonomi digital di Indonesia dinilai masih sangat besar.”
Data dari hasil survei dari Google dan Temasek mencatat, ekonomi digital Indonesia di 2025 diproyeksikan akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dengan nilai transaksi mencapai Rp 1.826 triliun.
Sedangkan hasil survei Bank Indonesia pada 2020 mencatat nilai transaksi ekonomi digital melalui e-commerce mencapai Rp 253 triliun pada 2024.
Niniek S. Rahardja, Direktur Utama Yokke, mengatakan pihaknya memahami bahwa pemberdayaan UMKM tidak cukup hanya dengan memberikan akses pada permodalan.
Dikatakan, pelaku usaha juga perlu dilengkapi dengan platform yang memudahkan mereka untuk mengelola usahanya, sehingga mereka tidak lagi direpotkan dengan hal-hal seperti pencatatan manual untuk penjualan dan inventori.
“YokkeBiz hadir menjawab kebutuhan para pelaku usaha akan platform yang dapat membantu mendigitalisasi usahanya karena memiliki integrasi lengkap ke berbagai aplikasi layanan logistik, pembukuan, online store sampai dengan integrasi dengan berbagai marketplace” ungkap Niniek S. Rahardja.
Niniek mengatakan, modal utama yang dibutuhkan seorang pengusaha sebenarnya adalah keberanian, kejelian menangkap peluang dan tentunya kreativitas.
“Di era industri 4.0 yang penuh dengan kemajuan teknologi ini terdapat banyak peluang sekaligus alat yang tersedia untuk dapat mengelola dan mengembangkan usaha,” ucapnya.
Himelda Renuat selaku Chief Marketing Officer DOKU mengungkapkan bahwa pandemi COVID-19 telah mengakselerasi pola konsumsi barang dan jasa masyarakat dari offline ke online.
Dia mengatakan pola konsumsi online yang kemungkinan besar akan menjadi permanen ini perlu didukung oleh sebuah ekosistem toko online yang solid dan berkelanjutan, di mana salah satu aspeknya adalah cara toko online tersebut menerima pembayaran dari pelanggannya.
“Dalam hal ini DOKU berkomitmen untuk tidak hanya menyediakan akses ke beragam metode pembayaran pilihan pelanggan namun juga memastikan kelancaran dan keamanan setiap transaksi yang terjadi dalam platform toko online seperti YokkeBiz,” ujar Himelda.
Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga mengapresiasi dan berkomitmen untuk bersama-sama mendorong UMKM di Indonesia agar semakin digital dan naik kelas.
Dalam pelatihan ini, idEA juga akan menggandeng beberapa pakar digital yang tergabung dalam keanggotan idEA agar dapat secara langsung memberikan wawasan baru pada pelaku usaha UMKM.
“Setiap perubahan yang terjadi di platform e-commerce member kami tentu jadi bisa langsung disosialisasikan ke pelaku usaha untuk segera menyesuaikan strategi pemasarannya. Karena dunia e- commerce yang merupakan bagian industri digital juga terus berkembang menemukan bentuk terbaiknya.”
Penyelenggaraan Virtual Workshop “Transformasi Digital UMKM Merah Putih” dibagi menjadi lima fokus wilayah.
Antara lain kawasan Jabodetabek dan Banten, Jawa Tengah dan DIY, Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali, serta Sumatera, Kalimantan, Papua, dan Sulawesi.
Pembagian wilayah ini ditujukan agar dapat menyesuaikan dengan karakteristik ekonomi dan potensi di tiap kawasan.
Pelatihan pertama diselenggarakan di Jabodetabek dan Banten pada hari Kamis (14/10).
Sementara, pelatihan berikutnya akan digelar di wilayah berikutnya hingga 28 Oktober 2021. (esy/jpnn)
Redaktur : Soetomo
Reporter : Mesya Mohamad