jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) membantah keberadaan para profesor asing di tanah air untuk menyaingi dosen Indonesia. Sebaliknya, melalui Program World Class Professor (WCP) yang diinisiasi Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, diharapkan bisa memperkuat kolaborasi antara dosen dalam negeri dan profesor kelas dunia.
"Profesor kelas dunia yang bergabung pada Program WCP tidak hanya berasal dari luar negeri. Profesor dalam negeri yang berkelas dunia juga ada. Bahkan para diaspora yang telah sukses meniti karier di kampus terbaik dunia ada di dalamnya," kata Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Ali Ghufron Mukti saat membuka Annual Seminar World Class Professor di Jakarta, Kamis (15/11).
BACA JUGA: Banyak Dosen Bingung Pilih Tema Penulisan Jurnal Ilmiah
Tercatat, jumlah perguruan tinggi penyelenggara program WCP tahun ini untuk Skema A sebanyak sembilan universitas yang terdiri atas delapan PTN (UGM, UI, ITB, Unair, IPB, ITS UPI, Unsyiah) dan satu PTS (UII). Sementara untuk Program WCP Skema B sebanyak 21 universitas yang terdiri atas 15 PTN dan enam PTS.
Ghufron menegaskan, program ini bukan mengundang profesor asing, tetapi berkolaborasi bersama profesor kelas dunia untuk memperkuat inovasi dan publikasi. Saat ini, ada 23 negara yang terlibat pada Program WCP.
BACA JUGA: Ali Ghufron Mukti Janji Segera Lunasi Utang
Program WCP tahun ini bahkan melebihi target Kemenristekdikti, yakni dari target 70 orang menjadi 115 orang. Dari jumlah tersebut, 67 orang mengikuti Skema A dan 48 orang mengikuti WCP Skema B.
"Artinya sebanyak 10% dari total profesor kelas dunia tersebut telah memenuhi h-index Scopus lebih dari 10. Untuk mengikuti Program WCP Skema A, profesor yang bersangkutan harus memiliki h-index Scopus lebih dari atau sama dengan 20. Sedangkan untuk mengikuti Program WCP Skema B, profesor kelas dunia yang diundang harus memenuhi h-index Scopus lebih dari atau sama dengan 10," bebernya.
BACA JUGA: Kemenristekdikti Datangkan Dosen dari Universitas Nottingham
Annual Seminar World Class Professor menjadi ajang untuk mengevaluasi capaian Program WCP yang telah berlangsung dari Mei 2018. Kendati demikian, kegiatan dan lama penelitian bergantung pada kesepakatan kedua belah pihak, yakni dari dua sampai dengan empat bulan. Hingga saat ini, progres sementara dari capaian publikasi yang telah dimonitoring oleh tim pakar WCP sebesar 60%.
"Sementara yang berstatus published sebanyak dua, empat revised, satu accepted, 20 under reviewed, dan 35 submitted sebanyak 35. Targetnya program ini bisa menghasilkan 115 publikasi," papar Dirjen Ghufron. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tingkatkan Kapasitas Dosen, Indonesia Gandeng Inggris Â
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad