Banyak Dosen Bingung Pilih Tema Penulisan Jurnal Ilmiah

Kamis, 01 November 2018 – 05:51 WIB
Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti Kemenristekdikti Ali Ghufron Mukti. Foto: Mesya Mohamad/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti Ali Ghufron Mukti mengungkapkan, ada kendala besar yang dialami dosen saat membuat jurnal ilmiah berstandar internasional. Bukan pada bahasa Inggris, tapi lebih ke tema penulisan jurnal.

Banyak dosen yang bingung mau menulis tentang apa. Mereka cenderung miskin ide karena fokus pada mengajar.

BACA JUGA: Ketahuilah, Ini Aturan Baru Tentang Akreditasi Jurnal Ilmiah

"Masalah bahasa bukan kendala utama bagi dosen dan guru besar ketika akan membuat publikasi internasional. Lebih pada tema apa yang akan ditulis," kata Prof Ali di hadapan Ikatan Alumni Riset Pro (IASPro) di Jakarta, Rabu (31/10).

Ada gap besar antara potensi dan yang diteliti. Dia mencontohkan Richard Harton yang menyatakan banyak ide yang bisa di-sharing karena potensi penelitian di Indonesia luar biasa, tapi belum optimal diteliti. Karena dosen lebih banyak mengajar daripada meneliti.

BACA JUGA: Ali Ghufron Mukti Janji Segera Lunasi Utang

"Nah peneliti kita sudah meneliti tapi masih perlu ditingkatkan sehingga potensi yang ada bisa digarap dengan baik. Juga budaya atau kultur meneliti kita sudah ada tapi kurang kuat. Kurang menjadi budaya yang menciptakan atmosfer akademik peneliti yang baik itu kurang akhirnya hasilnya juga kurang padahal potensinya besar," paparnya.

Ali Ghufron juga mengungkapkan, ada gap besar antara peneliti muda dan senior. Ini karena regenerasi tidak berjalan cepat. Misalnya peneliti yang pensiun 1000 harusnya diganti 1000, tapi itu tidak terjadi. Mestinya setiap tahun ada yang baru.

BACA JUGA: Datangkan 200 Dosen Asing, Gaji Hingga Rp 65 Juta

"Makanya kemampuan antara dosen peneliti senior dengan yang muda-muda ini jauh sehingga terjadi gap. Akibatnya regenerasinya akan sulit," ucapnya.

Agar tidak terjadi gap, lanjut Ali Ghufron, project IASpro diharapkan bisa meningkatkan kapasitas kualitas kompetensi dosen peneliti muda ini agar cepat menguasai ilmu teknologi. Kemudian pemerintah kirim ke berbagai negara dan pusat-pusat penelitian di dunia.

"Jadi dengan mengirim mereka, kami berharap kemampuannya bisa mendekati yang lebih senior, pengalamannya banyak bahkan kalau bisa melebihi karena perkembangan teknologi ini luar biasa," ucapnya.

Dia melanjutkan, bila SDM tidak kuat maka gapnya akan semakin lebar. Apalagi sekarang sudah memasuki revolusi industri 4.0, memang harus banyak peningkatan. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Impor 200 Dosen Asing, Spesifikasi Harus Jelas


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler