GUNUNG SITOLI---Siati Nduru, tersangka pembantai anaknya sendiri, kemarin (29/12), kembali ditemui wartawan Sumut Pos di tahanan Mapolres NiasWartawan Sumut Pos telah mempersiapkan banyak pertanyaan, mengapa dia tega membunuh darah dagingnya sendiri
BACA JUGA: 5 Napi Rutan Landak Kabur
Tapi jawaban yang muncul dari mulut Siati sangat mengejutkanBACA JUGA: Dua Polisi Lamsel Dipecat
Bahkan, dengan santai dia mencerita cara pembantaian yang dilakukannyaBahkan, dia mengaku tak peduli dengan perbuatannya yang telah menghebohkan masyarakat Nias
BACA JUGA: Pemuda Tewas Ditikam Gadis
Kepada wartawan koran ini dia berkali-kali menyatakan tidak menyesal telah membunuh tiga anaknyaMenurutnya, dia terlanjur sakit hati oleh ejekan anak-anaknyaSaat ditemui, awalnya Siati hanya diam saja, menolak memberikan jawaban apapun saat ditanyaTapi setelah didesak, wanita yang saat itu memakai baju putih lusuh itu akhirnya mau bercerita.Awal dari kejadian itu menurutnya, saat suaminya, Talizanolo Nduru, memberitahukan niatnya untuk merantau keluar Nias, agar kondisi ekonomi keluarga mereka membaikNamun dia terkejut karena seluruh anaknya diajak merantau oleh suaminya, sementara Siati ditinggalSiati mengaku sangat tidak setuju dengan rencana suaminya tersebutPertengkaranpun terjadiDia mengaku bertambah emosi saat anak-anaknya terutama Fonaha Nduru (8), setiap saat selalu mengejeknya dengan sebutan orang gila. "Saya sakit hati, karena terus dikatai (diejek) sebagai orang gila sama anak-anak, terutama si Fonaha Nduru (korban tewas, Red)"Saya kemudian berpikir, lebih baik saya bunuh saja mereka semua," katanya dalam bahasa Nias.
Siang hari sebelum pembantaian itu terjadi, Siati mengaku hatinya bertambah kalut dan emosiApalagi si Fonaha terus-menerus mengajari adik-adiknya agar mengejek ibu mereka sendiriMulai saat itu, akunya, ada bisikan kuat dalam hatinya agar dia membunuh semua anak-anaknya"Bunuh saja anak-anakmu, karena mereka mau meninggalkanmuBegitu kata hati saya," ujarnya.
Saat malam tiba, Siati tak tidurDia membiarkan anak-anaknya tidur duluanDia mengaku, bisikan dari hatinya agar dia membunuh semua anak-anaknya semakin kuatKemudian, Sabtu dini hari, pukul 02.00 WIB, dia mengaku spontan mengambil parang dan langsung membantai anak-anaknya yang sedang tertidur.
Mengapa si bungsu, Kafina (1,5), tidak dibunuh"Saya kasihan sama si kecil, makanya saya tidak mau membunuhnya yang saat itu lagi tidur pulas di ayunan," jawabnyaSiati kemudian menceritakan cara pembantaian yang dilakukannya"Saya tidak menyesalSaya membunuh mereka satu persatu, yang pertama saya bacokin tubuhnya adalah si Sulung, Ferina (10), baru si Fonaha (8), terus si Ferida (7), baru si Folo'o (5) dan terakhir si Ferius (3)," katanya dingin, tanpa ada rasa menyesal (ini nama-nama yang benar, sekaligus meralat nama-nama pada edisi sebelumnya, Red)
Wartawan Sumut Pos kemudian mengulang sekali lagi, apakah dia tidak menyesal telah membantai darah dagingnya sendiri" Siati dengan wajah tanpa ekspresi malah menjawab, "Bagaimana itu?"Wartawan koran ini lalu balik menjawab, "Apanya bagaimana?"Tapi Siati tak memberikan jawaban dan malah menatap tajam wartawan koran iniKemudian dia memalingkan wajahnya dan bangkit membelakangi wartawan Sumut Pos.
Diberitahukan kepadanya bahwa ada dua anaknya si Ferida (7) dan Folo'o (5), saat ini masih dirawat intensif di RSUD Gunung SitoliSiati kemudian bertanya, "Apakah bapaknya (suaminya, Red) ada di situ?"Lalu terdiam lagi, seakan tak mau tahu kondisi dua anaknya yang sedang kritisSetelah terdiam beberapa saat, Siati kemudian bertanyaDia bilang, dia sama sekali tidak pernah bersekolah, jadi dia tidak tahu berapa hukuman atas perbuatannya"Apakah hukuman saya lama di sini (penjara, Red)?," tanyanyaTapi tak lama berselang, seorang penjaga tahanan Polres Nias yang kebetulan berdiri tak jauh dari sel berkata, "Ibu tak akan lama di sini".
Usai mewawancarai tersangka Siati, wartawan Sumut Pos kemudian meluncur ke RSUD Gunung Sitoli, untuk melihat kondisi Ferida (7) dan Folo'o (5)Begitu sampai wartawan koran ini langsung menuju ruang perawatan keduanyaSaat itu, tampak Folo`o sedang duduk di atas ranjang, tepat di samping ayahnya, Talizanolo NduruMelihat kedatangan wartawan koran ini, Folo`o menangisSetelah ditenangkan oleh ayahnya, sesekali Folo`o melihat ke arah wartawan koran ini dengan rasa penasaran.
Kepada wartawan koran ini, Talizanolo kembali menceritakan pembantaian anak-anaknya oleh isterinya sendiriDia mengulang cerita sebelumnya, bahwa pembunuhan itu terjadi saat dia berada di desa lain untuk mengikuti acara NatalBagaimana dia tahu bahwa pelakunya adala isterinya sendiri.
"Saat saya pulang dan melihat anak-anak telah bersimbah darah, isteri saya bilang karena baru didatangi perampokSetelah kepala desa dan kepala dusun datang, saya tak dikasih masuk rumah, kepala desa dan kepala dusun yang masuk rumah dan menanyai isteri sayaKarena mendengar suara saya, Folo'o kemudian merangkak keluar rumah, menuju saya yang ada di teras, saat itu tubuhnya penuh luka menganga dan bajunya semua berlumuran darahKemudian, saat ditanyai kepala desa, isteri saya mengaku telah membunuh anak-anaknya," ujar Talizanolo terlihat sedih.
Berbeda dengan Folo`o Nduru (5) yang bisa duduk saat di samping ayahnya, Talizanolo NduruFerida Nduru (7) sama sekali tidak bisa duduk, posisi miring saja dia terlihat sangat kesulitanMenurut Talizanolo, kondisi Ferida yang paling dikhawatirkan dokterPasalnya, luka di bagian lehernya sangat dalam"Saat dokter membuka perbannya tadi pagi, keluar darah segar," tutur Talizanolo.
Wartawan Sumut Pos kemarin berupaya mewawancarai dokter yang merawat kedua bocah itu, namun gagalPasalnya, dokter yang bersangkutan menurut perawat yang bernama Amoni Zega, baru saja pulang ke Jogjakarta. Amoni Zega menuturkan, melihat kondisi kedua korban yang sangat parah, dokter menyarankan agar keduanya dirujuk ke salah satu rumah sakit di MedanNamun hal itu terkendalaPasalnya, hanya Ferida Nduru yang terdaftar sebagai peserta JamkesmasSedangkan Folo`o Nduru, kartu Jamkesmasnya sedang diusahakan oleh pihak Pusat Kajian Perlindungan Anak (PKPA) Gunung Sitoli.
Menurut Amoni, kondisi ekonomi keluarga korban sangat memprihatinkan"Rumah sakit sudah mencoba untuk membantu, seperti susu kedua anak itu dikondisikan dari bagian gizi rumah sakit, juga makanan ayahnya dan sanak saudaranya yang sedang menjaga kedua korban, sehingga keluarga ini sangat membutuhkan uluran tangan dari berbagai pihak untuk meringankan penderitaan mereka," katanya(mag-11)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Inspektorat Usut Kecurangan Tes CPNS
Redaktur : Soetomo Samsu