Seorang turis asal Australia, Emma Bell, mengaku jika ia mengalami kecelakaan motor karena menjadi korban begal, namun kini pihaknya sudah memberikan pengakuan soal apa yang sebenarnya terjadi.

Awal Desember lalu, beredar pemberitaan soal Emma yang mengalami luka parah akibat terseret beberapa meter setelah tasnya dijambret pengendara sepeda motor.

BACA JUGA: Bos McDonalds Australia Terlibat Insiden Pengrusakan Bendera Aborijin

Pihak Rumah Sakit BIMC di Kuta, tempat Emma dirawat membenarkan jika perempuan berusia 25 tahun sempat dirawat selama tiga hari dengan kondisi tulang hidung retak dan cedera kepala.

Sebelumnya, ABC melaporkan semakin banyak turis asing di Bali yang jadi mengalami kecelekaan karena dijambret, khususnya bagi mereka yang mengendarai sepeda motor.

BACA JUGA: 80 Tahun Radio Australia: Sejarah dan Akan ke Mana Masa Depannya

Sesudah adanya pemberitaan tersebut, Polda Bali mengaku langsung mendatangi Emma yang saat itu tinggal di sebuah vila di kawasan Canggu Utara.

Tapi salah satu temannya mengaku kepada Polda Bali, jika Emma memang mengalami kecelakaan di kawasan Kerobokan, tapi bukan korban penjambretan.

BACA JUGA: Kabin Dipenuhi Asap, Penumpang Pesawat Qantas Dievakuasi di Bandara Sydney

Selain Polda Bali tak menemukan adanya laporan barang Emma yang hilang, belakangan diketahui jika ia memberikan pengakuan agar dapat mencairkan klaim asuransi di Australia. 'Tetap butuh dana' bantuan Di Australia, Emi Thompson, salah satu kerabat Emma melakukan penggalangan dana lewat situs GoFundMe dan berhasil menarik hati banyak warga Australia.

Namun di pertengahan pekan lalu (12/12/2019), Emi menyatakan bahwa pengakuan Emma "tidak semuanya benar".

"Tidak ada penjambretan, Emma jatuh dari sebuah sepeda motor tanpa menggunakan helm," tulis Emi di halaman GoFundMe.

Apa yang benar dalam insiden tersebut adalah Emma mengalami kecelakaan berat dan luka pada otaknya sehingga membutuhkan operasi dan perawatan yang tidak ditanggung asuransi.

Tapi Emi mengatakan pihak Emma tidak bermaksud menipu orang-orang karena Emma dan keluargnya masih membutuhkan dana untuk menutupi biaya perawatan.

"Saya dengan rendah hati dan secara resmi meminta maaf karena telah menyesatkan dengan cerita awal saya, mungkin orang-orang pikir ini semacam penipuan," tulisnya.

Dana yang berhasil dikumpulkan untuk membantu Emma telah lebih dari AU$ 17,8000, atau hampir Rp 172 juta, hingga Senin pagi (16/12/2019).

Emi mengaku Emma masih tetap membutuhkan biaya untuk pengobatannya di Rumah Sakit Perth, tempat ia sekarang dirawat, dan juga untuk biaya pemindahannya dari Bali ke Perth dan menuju rumahnya di Queensland.

Sejumlah media di Australia melaporkan jika GoFundMe bersedia untuk mengembalikan dana yang sudah terkumpul bagi perempuan yang bekerja sebagai penata rambut tersebut.

Tapi dari pantauan ABC Indonesia, sejumlah penyumbang menyambut baik kejujuran dari pihak Emma dan beberapa mengatakan tidak keberatan untuk menyumbang, karena "Emma dan keluarganya masih tetap butuh dana". 'Mencoreng' citra pariwisata Bali Photo: Lawson Rankin, korban begal di Bali hingga mengalami koma, bersama ayahnya Phillip. (Foto: Koleksi pribadi)

 

Di Bali, Dinas Pariwisata menyayangkan sikap Emma yang telah "berbohong" menjadi korban begal.

"Ini sudah mencoreng pariwisata Bali karena sempat diberitakan yang tentunya tidak baik bagi image pariwisata kita," ujar Putu Astawa, Kepala Dinas Pariwisata Bali kepada wartawan.

Ia juga memuji sikap yang dilakukan Polda Bali untuk segera menyelidikinya dan berharap peristiwa ini memberikan "efek jera" bagi para turis asing.

"Perlu diwaspadai modus-modus seperti ini [akan] menjadi pelajaran bagi kita untuk waspada," ujar Putu, yang juga menghimbau pelaku industri wisata di Bali agar berhati-hati dengan tindakan turis.

Di akhir bulan November, seorang remaja pria asal Australia, Lawson Rankin mengalami kecelakaan motor setelah mencoba mengejar pelaku yang menjambret hape temannya yang sedang ia bonceng.

Lawson mengalami luka parah di kepala dan membuatnya ia terbaring dalam keadaan koma dengan biaya pengobatan mencapai Rp 300 juta dan tidak ditanggung asuransi karena tidak memiliki SIM internasional.

Warga asal Melbourne, Heather Woods juga pernah dilaporkan mengalami patah tulang selangkangan ketika seorang pengendara motor berusaha mengambil tasnya, bulan September lalu.

Beberapa bulan sebelumnya, seorang turis Singapura, Eugene Aathar, 24 tahun, dilaporkan menjadi korban begal, setelah hape-nya dijambret saat ia sedang mengecek Google Maps.

Simak berita-berita lainnya dari Australia hanya di ABC Indonesia.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kembali Jadi Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson Janji Teruskan Brexit

Berita Terkait