Mereka yang pernah menjadi backpacker dan bekerja di Australia, tapi sekarang berada di Selandia Baru sedang berusaha kembali ke Australia untuk bisa membantu musim panen setelah perbatasan internasional dibuka.
Walau perbatasan internasional di Australia masih ditutup saat ini, ada ketentuan dalam visa COVID-19 yang memungkinkan mereka yang sebelumya pernah kerja di Australia dengan visa Working Holiday (WHV) untuk kembali lagi.
BACA JUGA: Negara Lain Masih Kewalahan, Selandia Baru Sudah Cabut Pembatasan
Ini karena, dalam ketentuan visa pandemi ada kebutuhan untuk mempertahankan jumlah pekerja di industri yang penting seperti produksi makanan.
Backpacker asal Prancis James Godard saat ini sedang bekerja di perkebunan alpukat di North Island (Selandia Baru) dan mengatakan sekarang ini masih ada sekitar 10 ribu backpacker yang berada di Selandia Baru dan berminat untuk kembali lagi ke Australia.
BACA JUGA: Jumlah Turis Hutan Sangeh Turun Drastis, Kera-Kera Lapar Serbu Rumah Penduduk
"Bagi para backpacker yang pernah di Australia, menurut kami [bekerja di Australia] itu adalah pengalaman yang mengesankan," katanya.
"Hidup senang, bayaran bagus, dan cuacanya juga indah ."
BACA JUGA: India Mungkin Sudah Memasuki Fase Endemi Setelah Melewati Gelombang Kedua Penularan COVID-19
Backpacker adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak-anak muda berusia 18-30 tahun yang datang bekerja sambil berlibur di sebuah negara menggunakan visa bernama Working and Holiday Visa (WHV).
Program WHV ini berlangsung antara 1 sampai 3 tahun dan populer di Australia dan Selandia Baru, serta telah menjadi sumber tenaga kerja bagi industri pertanian. Masuk lewat pintu belakang
James Goddard sebelumnya pernah bekerja menjadi pemetik buah blueberry di dekat Coffs Harbour di New South Wales.
Menurutnya, ada pasangan asal Prancis dan Korea Selatan kenalannya yang sebelumya bekerja di Selandia Baru telah kembali lagi ke Australia ketika koridor perjalanan Selandia Baru-Australia sempat dibuka.
"Mereka kembali ke Australia menggunakan visa turis dan kemudian mendapatkan visa COVID-19 sehingga sekarang mereka bekerja di sebuah ladang pertanian di sana," katanya.
"Kebanyakan dari kami sudah menggunakan visa WHV untuk tahun pertama dan tahun kedua, sehingga kami tidak bisa kembali lagi menggunakan visa Working Holiday karena faktor usia atau karena visa kami sudah tidak bisa digunakan lagi."
Namun, dengan terus berlanjutnya pandemi COVID-19 dan adanya peluang bagi para pekerja asing di industri penting di Australia, banyak backpacker di Selandia Baru melihat adanya peluang baru.
"Visa COVID-19 mungkin susah didapat, tapi beberapa teman saya mendapatkannya, dan sekarang berharap bisa mendapat status warga permanen," katanya.
Keterbatasan penerbangan masih jadi kendala
Keterbatasan tempat hotel karantina di Australia menjadi salah satu kendala bagi kemungkinan masuknya pekerja dari Selandia Baru di bulan-bulan mendatang.
Bahkan bagi warga Australia yang ingin kembali dari Selandia Baru sudah mendapat pemberitahuan bahwa kemungkinan penerbangan mereka akan dibatalkan atau ditunda karena keterbatasan kuota.
Maskapai Penerbangan Air New Zealand mengatakan, mereka hanya memiliki jumlah kursi terbatas sampai akhir Oktober. Seorang sumber di industri holtikultur mengatakan akan sulit bagi pekerja lain, selain pekerja di sektor esensial, untuk bisa masuk ke Australia saat ini.
Pemerintah Selandia Baru juga sedang berjuang mengatasi kekurangan pekerja dan sedang mempertimbangkan untuk membuka diri bagi masuknya migran baru, sekaligus mempertahankan pekerja yang sudah ada di sana. Pilihan bagi backpacker
Departemen Dalam Negeri Australia dalam sebuah pernyataan mengakui pandemi sudah secara signifikan mengganggu program working holiday visa (WHV) selama hampir dua tahun terakhir.
Departemen tersebut mengatakan akan mengembalikan biaya pendaftaran yang sudah dikeluarkan tapi sekarang telah melewati batas usia antara 30 tahun atau tidak memenuhi kondisi lainnya.
Namun, warga asal Kanada, Prancis, dan Irlandia masih bisa mengikuti program WHV ini sampai usia 35 tahun.
Mereka yang memegang atau yang sudah pernah mendapatkan WHV tetapi mengalami masalah, diizinkan mengajukan permohonan baru tanpa harus membayar biaya lagi.
Sektor kesehatan, layanan lansia, pengasuhan balita, pertanian, difabel, pariwisata, industri makanan, dan restoran serta hotel sudah ditetapkan sebagai industri yang penting oleh pemerintah Australia.
Mereka yang mendapatkan visa pandemi COVID-19 atau memiliki visa sementara (bridging visa) bisa menggunakan hari kerja di bidang kesehatan atau bidang khusus lain sebagai syarat bagi perpanjangan visa tahun kedua dan ketiga.
Departemen Dalam Negeri mengatakan akan memberikan prioritas untuk memroses pengajuan WHV mereka yang sudah memiliki pengecualian untuk bisa melakukan perjalanan.
James Godard mengatakan bahwa teman-temannya yang sekarang berada d Selandia Baru akan berusaha masuk ke Australia lagi ketika perbatasan internasional dibuka.
"100 persen saya mau ke sana lagi. Saya akan segera berhenti dari sini dan akan langsung naik pesawat pertama ketika perbatasan dibuka," katanya.
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sejumlah Mahasiswa Indonesia Lulus dari Perguruan Tinggi Australia tanpa Perlu ke Sana