Banyak Calo, Potret Gedung Striptis Minta Dibayar

Minggu, 17 April 2011 – 23:15 WIB
Kawasan Gran Via di Madrid. Foto: Virtualtourist.com.
Meskipun pemerintahan PM Jose Luis Rodriguez Zapatero cukup optimistis bahwa negaranya tidak akan terseret dalam krisis utang di Eropa, ekonomi Spanyol berada dalam kondisi sulitWartawan Jawa Pos Nanang Prianto sempat merekam suasana krisis itu saat berkunjung ke sana awal bulan ini.

SEBAGAI salah satu tujuan pariwisata yang tenar di dunia, Spanyol punya banyak kekurangan

BACA JUGA: Gunakan Bom Kluster, Kerahkan Tentara Anak

Salah satu di antaranya masalah keamanan
Holden Wijaya, tour leader rombongan saya bersama PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI), selalu mengingatkan agar kami sesering mungkin meraba kantong saku tempat menaruh dompet atau paspor.

"Selalu letakkan dompet di saku bagian depan

BACA JUGA: Putri Kadhafi Serukan Perlawanan

Jika ditaruh di belakang, Anda bisa-bisa jadi korban lengbet (meleng kena sabet)," pesan Holden dengan wajah serius.

Kenyataannya, pencopet berkeliaran di banyak tempat
Beberapa kasus aksi rogoh saku itu saya lihat di Kota Madrid dan Sevilla

BACA JUGA: TNI Urung Serbu Perompak Somalia

Dampak krisis Eropa sangat terasa di SpanyolApalagi, tahun lalu Negeri Matador itu diterpa resesiEkonominya mengalami kontraksi (minus)Tingkat pengangguran melonjak pesatTermasuk di kota-kota besar seperti MadridSebagian di antara kelompok pengangguran itu terjun ke "profesi" copet.

Beruntung, selama berkunjung pada 31 Maret sampai 6 April lalu, saya menginap di Thyss Hotel yang berada di kawasan Gran Via, MadridItu adalah kawasan paling ramai di ibu kotaJalan tersebut menghubungkan tiga tempat terpenting di MadridYakni, Calle de Alcale (jalan terpanjang di Madrid), Plaza de Cibeles (alun-alun patung dewi kesuburan), dan Plaza de Espana (alun-alun Spanyol yang juga alun-alun terbesar di Madrid).

Gran Via sering dijuluki sebagai Broadway-nya SpanyolSebab, di sana terdapat banyak teaterBroadway adalah ruas jalan di kawasan Manhattan, New York, yang terkenal dengan teater-teaternya.

Meski sedang resesi, teater di Spanyol tetap laris manisPada suatu malam, sekitar pukul 20.00 waktu setempat, saya lihat antrean masuk ke Opera Teatro Compac mencapai sekitar 300 meter.

"Pertunjukan opera di teater itu memang spesialPada akhir pertunjukan, sebuah lampu kristal yang pembuatannya makan waktu sebulan dihancurkan," cerita Andreas, resepsionis Thyss Hotel.

Selain copet, resesi meningkatkan jumlah calo di SpanyolAkibat kondisi ekonomi yang sulit, banyak calo berkeliaran untuk menawarkan tontonan atau hiburanTermasuk pertunjukan striptisKetika saya menikmati malam, seorang pria bule bertubuh tinggi besar tiba-tiba menghampiri.

Lalu, pria itu menunjukkan kartu nama bergambar seronok"Dari Filipina? Mau nonton striptis?" kata dia menawarkan jasa.

Saya langsung menggelengkan kepalaBersama beberapa rekan wartawan lain dari Indonesia, saya kemudian mempercepat langkah.

Namun, karena penasaran dengan bentuk teater striptis di sana, langkah kami kemudian mengarah ke salah satu bangunan di salah satu blok di Gran ViaLampu di bangunan itu terlihat berkelap-kelip dari kejauhanItulah lokasi gedung pertunjukan striptis yang ditawarkan bule tadi.

Eh, si bule yang tadi menawari menonton striptis ternyata mengikuti kamiDia langsung menodong kami agar membayar ketika seorang rekan wartawan mengambil foto gedung pertunjukan striptis dari luar.

"No photo! You must pay if you wanna take a picture here (Tak boleh ambil gambarHarus bayar jika Anda ingin memotret di sini)," serunya dengan wajah bersungut-sungutSambil tetap cuek, kami segera berlalu"Dasar calo," ujar saya dalam hati.

Tak kalah dengan Madrid, Sevilla dikenal sebagai surga pertunjukan (show) di SpanyolYang sangat terkenal di kota kawasan selatan Spanyol tersebut adalah pertunjukan FlamencoTarian energik itu memang lahir tidak jauh dari SevillaTepatnya di JerezDari Sevilla lewat perjalanan darat, kota itu bisa ditempuh dalam sejamSelama pertunjukan Flamenco itu, para penarinya banyak mengentakkan kaki di panggung.

Namun, situasinya tidak seperti yang ada dalam bayangan saya sebelumnyaPara penari Flamenco di sana tidak secantik seperti yang disebut di IndonesiaDi antara tiga penari perempuan yang tampil di El Patio Sevillano pada 4 April lalu sekitar pukul 20.30, semua berusia di atas 30 tahunBahkan, penari yang menampilkan show penutup berusia di atas 40 tahunSuaranya melengking dan menggemaSelain cinta dengan tari Flamenco, mereka bertahan pada profesi itu karena faktor ekonomi(dwi/ito/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Diminta Jalankan Opsi Negosiasi dan Militer


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler