Kesimpulan itu diungkapkan Indra, ketika memaparkan pengaruh dan peran penting elemen (masyarakat) adat dalam dunia perpolitikan tanah air belakangan, pada acara Diskusi dan Peluncuran Buku 'Adat dalam Politik Indonesia', di Gedung YTKI, Jakarta, Rabu (10/11)
BACA JUGA: Sikap Patrialis Sama dengan Kubu DL Sitorus
"Memang banyak sekali ituBACA JUGA: SDM Keuangan KPU Kurang Terlatih
Begitu juga di Riau"Kalaupun mereka sendiri misalnya tidak punya dana, ada saja tempat-tempat atau pihak tertentu di mana mereka mendapatkan sumber dana
BACA JUGA: Empat Sekretaris KPUD Diganti
Imbal baliknya (untuk pemberi dana) tentu jelas, berupa proyekDan inilah yang kemudian membuat mereka, ketika akhirnya benar-benar terpilih memimpin, lantas jadi tersandera oleh hutang-hutang dana pemilihannya itu," ungkap Indra, sambil mencontohkan salah seorang calon bupati di Sumbar yang pernah dijumpainya di Jakarta tengah menunggu janji ketemu dengan seseorang dari Singapura yang konon hendak memberi dana miliaran rupiah.Kenyataan itu juga, menurut Indra lagi, yang menjadi salah satu alasan kenapa dirinya cenderung 'kritis' terhadap program-program yang banyak dikembangkan di tanah kelahirannya (Sumbar, Red) belakangan, seperti program "Kembali ke Nagari" atau "Kembali ke Surau""Bukan apa-apa juga, saya sendiri tak yakin kalau mereka yang katakanlah (kelak) akan menjadi pemimpin di nagari itu, paham dengan konsep keberadaan nagariNyaris tidak ada lagi saat ini (yang menguasai) menurut sayaDan mereka juga biasanya jarang yang suka membacaMasih mending kita-kita di lingkungan akademis, yang minimal pernah memahaminya lewat bacaan-bacaan misalnya," ucapnya.
"Lagipula, untuk menjadi seorang wali nagari (pemimpin di nagari, Red) pun saat ini, sudah sama saja dengan pemilihan kepala daerahHarus memiliki atau menyiapkan dana besar - yang ujung-ujungnya bakal sama juga keadaannya dengan kepala daerah lain (berhutang, Red) setelah benar-benar terpilih nantinya," tukas pengamat yang juga adalah politisi Golkar itu pula(ito/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Golkar, PAN, PKB Satu Arus
Redaktur : Tim Redaksi