Banyak Pelajar Berkasus, Puspeka Ingatkan Tanggung Jawab Orang Tua

Sabtu, 30 Oktober 2021 – 15:13 WIB
Plt Kepala Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikbudristek Hendarman. Foto tangkapan zoom

jpnn.com, JAKARTA - Kemendikbudristek menjadikan pendidikan karakter sebagai salah satu program prioritas.

Menurut Plt Kepala Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Hendarman tidak bisa dipungkiri masih terdapat beberapa kasus yang melibatkan pelajar. Ini karena karakter kurang baik.

BACA JUGA: Selebritas dan Influencer Dilibatkan dalam Lomba Lari Malam 25 Km

Itu sebabnya kata Hendarman, orang tua mestinya ikut berperan aktif dalam pendidikan karakter anaknya. Dan, bukan hanya menyalahkan pemerintah maupun guru.

"Pengembangan karakter seharusnya bukan hanya di sekolah oleh guru ataupun pemerintah melalui Puspeka tetapi juga perlu peran orang tua di rumah," kata Hendarman dalam taklimat media secara daring bertajuk membangun karakter bangsa berlandaskan Pancasila bersama Ibu Pertiwi, Jumat (29/10).

BACA JUGA: Berita Gembira dari BKN Soal Hasil Sanggah PPPK Guru Tahap I, Silakan Klik

Dia menegaskan orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya.

Terlebih di masa pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang membuat anak-anak selalu di rumah. 

BACA JUGA: SSCASN Sulit Diakses, Portal Guru PPPK Kemendikbudristek tak Berubah, Pengumuman Molor Lagi?

Memang kata Hendarman banyak orang tua yang kesulitan menjadi guru bagi anak-anaknya.

Itu sebabnya sebagian besar orang tua mendorong pemerintah membuka sekolah tatap muka.

"Alhamdulillah pembelajaran tatap muka sudah berjalan meskipun terbatas," ucapnya.

Lebih lanjut dikatakan untuk mengembangkan karakter anak, perlu ada sinergitas antara sekolah, orang tua, dan anak termasuk masyarakat.

Pada kesempatan sama Natalina Rimba, chief marketing officer Mentari Group mengungkapkan pihaknya mendukung pemerintah dengan meluncurkan program pembangunan karakter bangsa, yaitu buku Ibu Pertiwi.

Terdapat dua pendekatan pembelajaran dalam Ibu Pertiwi, yaitu cerita dan saintifik. 

Melalui cerita, para pelajar akan lebih cepat memahami dan mengingat nilai karakter yang digambarkan pada cerita.

Pendekatan saintifik dilakukan dengan beragam aktivitas pembelajaran yang berfungsi untuk mengembangkan kompetensi pelajar. 

"Jadi pelajar bukan semata-mata menghafal butir Pancasila, melainkan benar-benar memahami dan mengaplikasikan nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,” pungkas Natalina. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemendikbudristek Targetkan 1.000 Peserta di ISODEL 2021


Redaktur : Adil
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler