Banyak Pelajar SMA Menilai Pancasila Bukan Ideologi Permanen

Rabu, 22 Mei 2024 – 21:30 WIB
Promovendus Iskandar resmi menyandang gelar doktor dalam bidang komunikasi, Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta, Rabu (21/5). Foto dok. Univ. Sahid

jpnn.com, JAKARTA - Sebanyak 83,3 persen pelajar SMA menilai Pancasila bukan ideologi permanen. Itu artinya  bisa diganti dengan ideologi lain.

Fakta tersebut diungkapkan promovendus Iskandar saat mempertahankan disertasi promosi doktor dengan judul disertasi Analisis Diseminasi dan Resepsi Ideologi Pancasila Melalui Media Sosial (Studi Kasus YouTube BPIP RI), Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta, Rabu (21/5).

BACA JUGA: Membedah Buku di UIN, BPIP: Nilai Universal Pancasila untuk Generasi Muda

"Fenomena terjadinya degradasi pemahaman dan penghayatan ideologi Pancasila ini dapat ditingkatkan diseminasi melalui media sosial, " kata Iskandar yang kini menyandang gelar doktor dalam bidang Komunikasi.

Direktur utama PT. Energi Baru Nawasena ini menyebutkan dengan fokus pada diseminasi melalui media sosial, akan membuka peluang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila dan memperkuat fondasi kebangsaan. 

BACA JUGA: BPIP Gandeng Content Creator untuk Menggaungkan Spirit Pancasila

Salah satu wakil ketua Komisi Kerukunan antarUmat Beragama Dewan Pimpinan Pusat Majelis Ulama Indonesia periode 2003-2028 ini menegaskan tujuan penelitian untuk menganalisis bagaimana proses komunikasi BPIP dalam mendiseminasikan ideologi Pancasila melalui YouTube serta untuk menjelaskan bagaimana posisi audiens dalam merespons konten yang disampaikan oleh BPIP melalui YouTube. 

Penelitian ini, ujar ketua Pimpinan Pusat Baitul Muslimin Indonesia (PP BAMUSI) itu, menggunakan analisis dengan mengintegrasikan dua teori komunikasi, yaitu teori resepsi Stuart Hall dan model komunikasi Lasswell. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

BACA JUGA: Kepala BPIP: Segera Mengimplementasikan Pendidikan Pancasila di Sekolah

Metode penelitian adalah studi kasus untuk menganalisis lebih terperinci dan mengamati bagaimana pesan ideologi Pancasila disebarkan, diterima, dan diproses oleh audien YouTube, serta faktor-faktor apa yang memengaruhi proses tersebut.

Menurut Iskandar, hasil penelitian menunjukkan bahwa resepsi khalayak penonton kanal YouTube BPIP mayoritas pada posisi negosiasi. Untuk mengubah resepsi khalayak dari posisi negosiasi menjadi posisi dominan, maka dibutuhkan gimik simbolik. 

Saran-saran diberikan untuk meningkatkan efektivitas diseminasi idiologi Pancasila, jelas Iskandar, termasuk penelitian yang lebih mendalam tentang respons audiens, peningkatan kualitas konten, memperkuat keterlibatan audiens, dan terutama memantau dampak diseminasi ideologi Pancasila melalui media sosial.

Selain itu, saran juga mencakup pemberian hadiah atau beasiswa sekolah dan kuliah dari BPIP.

"Semoga penerapan saran-saran tersebut dapat meningkatkan keberhasilan diseminasi ideologi Pancasila dalam memperkuat kesadaran dan komitmen terhadap nilai-nilai Pancasila di kalangan masyarakat Indonesia," terang Doktor Iskandar yang memulai jenjang pendidikan Strata 1 di Universitas Halu Oleo Kendari ini. 

Iskandar melanjutkan studi S2 Jurusan Ekofisiologi Tanaman di Universitas Padjadjaran, Bandung. Selanjutnya, pada 2001, melanjutkan studi S3 di ITB Bandung Jurusan Mikrobiologi Tanah. Tahun 2008, Kembali studi S2 pada Program Studi Magister Manajemen di Universitaa Jayabaya, Jakarta.

Lalu, tahun 2017, melanjutkan studi di Program Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Sahid Jakarta. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler